JAKARTA, Beritalima.com– Di bawah siraman hujan lebat dan petir, kilang minyak milik PT Pertamina RU VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat meledak dan terbakar, Senin (29/3) dini hari-WIB.
Petugas berjibaku sekitar enam jam untuk memadamkan kobaran api. Lima orang luka berat dan 15 lainnya luka ringan. Sekitar 600 warga mengungsi akibat terbakarnya kilang minyak Balongan itu. Musibah ini juga menyebabkan akses jalan Indramayu-Cirebon ditutup sementara.
Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mattalitti menilai, peristiwa itu tak lazim. Sebab, industri sektor minyak dan gas bumi memiliki risiko tinggi di sektor hulu yakni pada kegiatan pengelolaan dan pengeboran. Sementara di sektor hilir pada kegiatan pemrosesan dan distribusi.
“Saya meminta agar peristiwa itu ditangani dengan serius. Apa yang menjadi penyebab kebakaran dan bagaimana standar keamanan dan keselamatan Pertamina. Tentu ini harus dievaluasi,” kata LaNyalla dalam keterangan resmi, Senin (29/3).
Di sisi lain, LaNyalla menyoroti Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan serta Lindung Lingkungan (LL). “Indusri harus memiliki antisipasi terhadap potensi bahaya (Hazard), kemungkinan risiko (risk) yaitu peluang terjadinya kecelakaan/kerugian pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu,” tutur alumnus Universitas Brawijaya Malang tersebut.
Industri harus menjamin keamanan lingkungan dan masyarakat dari bahaya yang ditimbulkan dari aktivitas perusahaan. “Industri harus memastikan jaminan keamanan masyarakat, lingkungan dari aktivitas yang dilakukan,” kata Senator Dapil Jawa Timur tersebut.
Kilang minyak milik PT Pertamina RU VI Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat meledak dan terbakar hebat sekitar pukul 01.00 WIB, Senin (29/3). Diketahui, api yang melalap kilang minyak ini terlihat dari sejauh. Hal itu disampaikan warga Indramayu. (akhir)