Kisah Alumnus Berprestasi Unair yang Berhasil Raih Beasiswa LPDP di UK

  • Whatsapp

SURABAYA, Beritalima.com|
Saat ini Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) menjadi minat utama para pelajar di Indonesia untuk melanjutkan pendidikan tinggi.

Begitupula, bagi Wildan Haffata Yahfitu Zahra, alumnus Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Airlangga (Unair). Haffata secara resmi menjadi penerima beasiswa LPDP di College of Arts and Law, University of Birmingham, United Kingdom (UK), pada Agustus lalu dan akan menjalani perkuliahan di pertengahan September mendatang.

“Saya mendapat penawaran di College of Arts and Law di jurusan Magister of Art History. Kebetulan saya memiliki minat yang besar di spesialisasi applied public history dan kampus sangat mendukung minat saya tersebut. Kami bahkan mendapat izin mempelajari beberapa modul peminatan lain seperti contemporary history atau global history,” ungkap alumnus FIB Unair itu.

Menjadi Wisudawan Berprestasi
Haffata sendiri tercatat sebagai peraih predikat wisudawan berprestasi tahun 2018. Hal ini berkat beberapa penghargaan yang ia raih dalam ajang perlombaan nasional maupun internasional semasa studi di Unair.

Selama berkuliah di Unair Haffata sering melakukan penelitian dan publikasi pada jurnal nasional dan internasional. Ia juga berhasil mendapatkan dana hibah penelitian dari beberapa lembaga, serta berhasil menulis buku berjudul Bara Api Kemerdekaan yang rilis tahun lalu.

Haffata kerap kali terpilih menjadi panelis di konferensi nasional maupun internasional. Seperti Historical National Conference 2021 dan International Conference on Indonesia Culture (ICONIC) 2020. Keduanya diselenggarakan oleh Kemendikbud.

Tidak hanya unggul dalam akademik, Haffata juga kerap mengikuti program pengabdian masyarakat semasa kuliah melalui AUBMO. Pengalaman tersebut banyak membantu Haffata mengenal diri sendiri, melatih team-work, dan pada akhirnya memudahkan menjawab profiling diri saat seleksi LPDP.

“Bagi saya semua aspek yang saya jalani selama studi S1 sangat membantu untuk melamar beasiswa LPDP. Saya bersyukur mendapat kelancaran selama studi, sehingga syarat indeks prestasinya mencukupi,” ujarnya.

Selain aspek tersebut, tentu pengalaman yang Haffata masukkan dalam curriculum vitae dan personal statement juga menjadi pertimbangan pihak penyelenggara beasiswa. Haffata juga mengamati bahwa pewawancara beasiswa LPDP memiliki ketertarikan pada proyek penelitian atau kontribusi mahasiswa terkait bidang keilmuan.

“Jika kita pernah melakukan penelitian, kita punya nilai lebih di mata penyelenggara beasiswa. Saya berterima kasih juga kepada FIB Unair yang dulu memberi dana hibah di tahun 2017 untuk tim saya. Sehingga, pengalaman di bidang penelitian saya bertambah,” tutur Haffata.

“Tapi perlu digaris bawahi, menurut saya ada banyak cara untuk bertumbuh dan kita boleh mengaturnya sendiri. Karena, semua usaha yang dilakukan dalam rangka pengembangan diri selalu dihargai dalam seleksi beasiswa,” imbuhnya.

Persiapkan Beasiswa Sambil Bekerja
Pasca studi sarjana, Haffata menjalani karir sebagai tutor di lembaga konsultasi dan bimbingan belajar Prosus Inten cabang Kota Surakarta. Ia bertanggung jawab memberikan konseling dan pelatihan bagi siswa-siswa kelas 12 SMA yang mempersiapkan diri masuk PTN. Tentu, bukan hal yang mudah bagi Haffata dalam mempersiapkan pendaftaran beasiswa di tengah kesibukan kerja.

“Dalam kasus saya, saya mempersiapkan seleksi LPDP sembari bekerja pasca studi S1 membutuhkan scheduling yang ketat. Dalam mempersiapkan diri untuk tes bahasa, saya harus belajar di sela-sela waktu bekerja dan masih ikut online course juga sepulang kerja,” ucap alumnus Ilmu Sejarah Unair itu.

Bagi Haffata, memulai studi lanjut membutuhkan kesiapan mental dan investasi waktu yang tidak sedikit. Terlebih jika hendak mendaftar beasiswa, tentu membutuhkan persiapan ekstra karena step yang dilewati akan lebih beragam. Sehingga, penting untuk memiliki manajemen diri yang baik.

Kenali Beasiswa Tujuan
Haffata juga menyarankan untuk mengenali beasiswa incaran sejak masih di bangku perkuliahan, dalam artian memahami kualifikasi yang diminta. Sehingga, mahasiswa bisa memetakan berapa lama waktu yang kita butuhkan untuk berkembang.

“Setiap penyelenggara beasiswa punya kriterianya sendiri-sendiri untuk mengukur kapabilitas pendaftar. Jadi jika kita mengenali persyaratan yang diminta lebih awal, kita sudah menang setengah jalan. Karena kita jadi lebih leluasa mempersiapkan diri,” terangnya.

Dengan beasiswa yang ia peroleh, Haffata berharap dapat berkontribusi lebih banyak dalam bidang keilmuan sejarah di Indonesia. Ia juga berencana mempelajari riset humaniora terapan di United Kingdom dan mendalami applied public history, agar keilmuan sejarah dapat menjadi lebih aplikatif dan berdampak pada sekitar. (Yul)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait