Kisah Pilu Warga Merak Situbondo Harus Menantang Maut Menuju Puskesmas

  • Whatsapp

SITUBONDO, beritalima.com – Tak adanya fasilitas kesehatan dan tidak adanya akses darat karena terisolir oleh pihak taman nasional membuat 600 Kepala keluarga rawan pangan dan rawan kesehatan selama musim penghujan.

Seperti yang dialami Suharto(60) Kadus labuhan merak, merupakan sepenggal kisah pilu dari ribuah jiwa di warga kampung Merak, desa Sumberwaru kecamatan Banyuputih Situbondo. betapa sulitnya warga Merak mendapatkan fasilitas kesehatan. Harus ditandu dan bertaruh nyawa menembus gelombang laut hingga berjam – jam untuk bisa menuju pusat kecamatan Banyuputih.

“jalan satu – satunya harus melalui laut dengan menyewa perahu Rp 300 ribu, itupun kalau pas ada nelayan, Baru di lanjutkan ke rumah sakit, kalau dari merak melewati Taman nasional tidak boleh pak oleh petugas, andai boleh kami harus jalan kaki sekitar 5 jam baru sampai di pos taman nasional,”Keluh Haris dari Suharto yang sedang sakit.

Sebelumnya Suharto sudah 10 hari dilaporkan oleh keluarganya tidak mau makan karena stok pangan dikampungnya terbatas hingga membuat kadar gula Suharto Drop, Bidan desa Sumberwaru Leny Hartono yang mendatangi lokasi kampung hutan merak, segera melakukan penanganan, namun karena kondisi pasien terus memburuk di putuskan untuk mengevakuasi ke puskesmas.

“kondisi pasien sudah sangat lemah, karena sudah sepekan tidak makan, saya periksa disana memang harus dievakuasi ke puskesmas, tapi terpaksa lewat laut seperti ini karena jalan darat tidak bisa di lakukan,”Kata Bidan Leny.

Upaya bidan mengevakuasi pasienpun butuh perjuangan melelahkan, sebab tak hanya harus menjemput pasien kedalam hutan dan melewati gelombang laut, Bidan desa juga kesulitan menurunkan pasien karena tak ada yang membantu menurunkan. iapun sempat berteriak – teriak pada sejumlah anggota polsek Banyuputih dan satpol air yang berada di bibir pantai, namun teriakannya tak dihiraukan , beruntung sejumlah warga dan nelayan akhirnya mau membantu menurunkan pasien menuju ambukans puskesmas yang bersiaga di pantai.

“Kondisi pasien sangat memprihatinkan terkena dehidrasi berat karena tak ada infus selama perjalanan,beruntung warga dan nelayan dengan sigap mau membantu,”tutur Leny.

kondisi seperti ini terpaksa dilakukan warga kampung merak lantaran didalam kampung hutan merak baluran tidak ada akses layanan kesehatan , Bidan desa juga tidak bisa berbuat banyak lantaran akses darat untuk memeriksa pasien maupun mengevakuasi tidak diperbolehkan oleh pihak taman nasional. Warga berharap kepada pemerintah daerah agar diberikan bantuan perahu, sehingga memudahkan warga ketika suatu saat dibutuhkan dalam kondisi darurat.(JOE).

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *