KKN Mahasiswa Ubhara, Mengubah Penjualan Jamu Tradisional ke Digital

  • Whatsapp
Mahasiswa Ubhara saat mengedukasi Suparti menggunakan digital dalam memasarkan produk jamunya, dan saat penutupan KKN di Balai Desa Kesamben Wetan, Driyorejo, Gresik, Minggu (6/12/2020).

GRESIK, beritalima.com | Program pengabdian pada masyarakat telah dituntaskan sekelompok mahasiswa Universitas Bhayangkara (Ubhara) Surabaya, Minggu (6/12/2020). Selama sebulan, setiap Sabtu dan Minggu, mereka hadir dalam upaya meningkatkan kesejahteraan warga Desa Kesambi Wetan, Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik.

Adalah Suparti. Perempuan umur 55 tahun ini paling beruntung atas kehadiran para mahasiswa Ubhara. Namun, ini juga tak lepas dari kerja keras ibu 4 anak ini dalam memproduksi jamu sekaligus memasarkan keliling ke warga sekitar.

Kerja keras Suparti, terlebih produksinya cukup bermanfaat di masa pandemi, mendapat perhatian Kepala Desanya, H.Husnul Khuluq. “Bu Suparti icon Desa Kesamben Wetan. Dia salah satu pelaku UMKM, pembuat sekaligus penjual jamu,” ujar Husnul. Karena itu, saat Dwiarya Jatmika dan kawan-kawan datang pertama untuk ber-KKN di desa ini langsung diarahkan ke Suparti.

Perempuan asal Sidoarjo ini usaha minuman jamu tradisional sejak 2013. Dari beragam empon-empon ia bikin sinom, beras kencur, temu lawak, kudu laos, dan siri kunci. Jamu-jamu racikannya itu ia jual sendiri keliling kampung, dan bila ada kegiatan ibu-ibu PKK serta di balai desa.

Ditemui di sela acara penutupan KKN Ubhara, Suparti mengatakan, sebelum virus Corona mewabah, jamu-jamu merk Si Uti produksinya sebenarnya cukup laris. “Saat itu rata-rata perhari bisa laku antara Rp 100.000,- hingga Rp 150.000,-,” tuturnya.

Namun ironisnya, sejak pandemi, dimana untuk menangkal penularan Covid tubuh butuh peningkatan imun yang diantaranya bisa didapatkan dari minum minuman empon-empon, pembeli jamu buatan Suparti justru terus merosot.

Dalam kondisi terdampak ini, secerca harapan timbul saat mahasiswa Ubhara datang KKN, 7 November lalu. Dwiarya bersama 14 temannya mencoba memodernisasikan penjualan jamu Si Uti produksi Suparti. Untuk itu, mereka tidak cukup membuatkan weebsite, mempromosikan di medsos dan Instagram, dan menawarkan secara online melalui Shoppe dan Lazada, tapi juga mengajari Suparti menggunakan gatget. Dan itu butuh kesabaran, karena selama ini Suparti belum pernah pegang handphone.

Hampir selama KKN, Kelompok 31 di bawah bimbingan dosen Ika Kharismawati SE MM ini banyak tercurah untuk memperbaiki cara Suparti memasarkan jamu produksinya secara digital. Beruntung di antara anak Suparti juga tertarik dan ikut menyimak edukasi ini, sehingga diharapkan dapat membantu menjalankan bisnis secara online ini.

Di samping itu, pelajaran marketing secara offline yang lebih proaktif juga sempat diberikan para mahasiswa Fakultas Ekonomi Fisip Ubhara ini pada Suparti, saat Desa Kesamben Wetan punya gawe khitanan massal sekalian bazar, 29 November lalu. Sebuah kenangan indah, mereka bisa memecahkan rekor penjualan jamu Suparti, mendapatkan uang sebanyak Rp 320 ribu untuk perempuan yang tinggal di RT.13 RW.02 tersebut.

Selain itu, anak-anak millenial bernama Dwiarya, Lynamira Ratna Dewi, Mega Ananda Thasya, Anik Rizky, Damara Hawa, Erika Ayu, Ariesta Gita Aryani, Maevia Natasya, Fidelis Azelia, Anggie Anggraeni, Choidah Miftakul Zannah, Ellen Novita Sari, Enny Safira, dan Armedia Eka, ini juga membuat kolam ikan dan taman di balai desa semakin indah, serta beberapa kali mengajak senam sehat ibu-ibu PKK desa setempat.

Kini, kegiatan KKN itu sudah berakhir. Dwiarya bersama kawan-kawan sudah pamit. Dalam acara pamitan di Balai Desa Kesamben Wetan, mereka memberikan cinderamata berupa kompor gas kepada Suparti dan vendel kepada Kades. Dalam kesempatan itu, Kades Husnul mengucapkan banyak terimakasih, di samping berharap pada mereka untuk sesekali datang menemui Suparti guna menanyakan hasil edukasi mereka selama KKN. (Ganefo)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait