KLB Demokrat bergeser ke pembunuhan Karakter Moeldoko

  • Whatsapp

Oleh : Wibisono

Konggres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat telah berlangsung aman dan lancar, keputusan konggres telah menghasilkan ketua umum Jendral Moeldoko yang dipilih secara aklamasi setelah mundurnya kandidat calon ketua umum Marzuki Ali.

Namun, setelah Moeldoko menjadi ketua umum, isunya bergeser menjadi persoalan pribadi sang jendral, narasi negatif dan opini yang berkembang condong ke “character Assassination” atau pembunuhan karakter Moeldoko, bahasa yang dihembuskan oleh kubu AHY #begalpolitik dan #malingpolitik menjadi tranding topik di media sosial.

Pembunuhan karakter Moeldoko mulai terlihat saat isu Kudeta Demokrat jelang KLB, terbukti isu ini terus berkembang sampai terjadi KLB di Deli Serdang Sumut, padahal dalam pidato politiknya Moeldoko mengatakan bahwa dia dilamar dan dipilih para kader menjadi ketua umum, ada tiga pertanyaan sebelum menerima menjadi ketua umum,salah satunya pertanyaan sang jendral ke para kader tentang keabsahan KLB sesuai AD/ART, para kaderpun menjawab sah sesuai AD/ART.

Kubu AHY langsung bereaksi dan membuat pernyataan bahwa KLB Deli Serdang abal abal, karena tidak sesuai AD/ART, bahkan ketua majelis tinggi partai Demokrat SBY pun memberikan pernyataan yang sangat tajam, sampai ada pernyataan menyesal dan merasa malu serta mohon ampun kepada Tuhan yang telah menjadikan Moeldoko menduduki jabatan diposisi penting disaat SBY menjabat presiden.

Kalo kita cermati hingar bingar kemelut Kepemimpinan AHY dan Dominasi cikeas dalam pengendalian Partai, sejak dulu Kejadian pertikaian dan gonjang ganjing ditubuh partai pernah terjadi dipartai lain, seperti Partai PKB, kasuistis PKB, pertikaian cak imin dengan Gus Dur yang berujung di Peradilan dan munculnya muktamar versi parung dan muktamar ancol.

Begitu juga ribut ribut dalam konggres Partai Amanat Nasional (PAN), perseteruan antara Amien Rais dan Zulkifli hasan, dan terakhir partai berkarya Tommy Suharto yang di kudeta oleh Muchdi PR dan akhirnya dimenangkan oleh Tommy, riak riak pergolakan di tubuh Partai Demokrat sesungguhnya sudah ada sejak dulu dengan munculnya partai Barnas dan Republikan adalah fakta sejarah.

Kondisi gonjang ganjing partai selama ini sudah sangat wajar,karena selalu terjadi sepanjang era reformasi , SBY seharusnya tidak usah kaget dan merasa di dzolimi, karena Konggres pertama diBali dengan skenario Hadi Utomo menjadi ketua umum sudah terbaca bahwa cikeas sudah mulai berkeinginan membangun “trah politik dinasty” dalam tubuh Partai Demokrat. Namun pada konggres di Bandung keinginan terus bisa mengendalikan Partai Demokrat kandas karena ternyata poros cikeas kalah telak lawan Anas Urbaningrum.

Kriminalisasi Anas Urbaningrum di tetapkan oleh KPK sebagai tersangka dalam kasus wisma atlet sangat sumir,dengan mundurnya Anas, mendorong KLB dan SBY terpilih sebagai ketua umum, dengan alasan segala argumentasi demi penyelamatan partai.

Dengan kembalinya poros cikeas menjadi episentrum Partai Demokrat sampai SBY dipilih kembali dalam konggres di surabaya, meski sebelumnya wacana perlawanan dari Marzuki ali dan Ahmad mubarok di hadang dengan begitu ketat.

Konggres JCC di jakarta dengan menempatkan AHY secara aklamasi sebagai ketua umum dinilai cacat hukum, dengan segala strategi dan rekayasa proses penyelenggaraan konggresnya adalah bagian dari upaya melanggengkan episentrum Partai Demokrat pada poros Cikeas.

Pada masa Partai Demokrat dibawah kendali SBY, tidak jarang kader yang bersebrangan disingkirkan, hingar bingar KLB kali ini adalah resonansi kekecewaan para kader yang tersisih dan mengkristal, pemantiknya ditengarai adalah proses penyelenggaraan konggres di JCC jakarta yang memilih AHY sebagai ketua umum di anggap cacat prosedur dan hukum, beberapa kewenangan daerah yang diambil oleh DPP, yang lebih rasional adalah terus menurunnya hasil perolehan suara dalam pemilu. diakui atau tidak bahwa SBY tidak bisa lagi menjadi “magnit politik” basis layaknya pemilu 2009.

Kekhawatiran para senior dan beberapa dewan pendiri untuk menyelamatkan Partai Demokrat bukanlah sesuatu yang mengada ada, sah sah saja untuk pendewasaan politik dan demokrasi, jika KLB satu satunya penyikapan, maka prahara di tubuh Partai Demokrat akan semakin meruncing karena endingnya pasti masuk ke ranah hukum, di sinilah ujian berat bagi kader kader di daerah yang menjadi obyek dari pertikaian elite.

Kesimpulan dari fakta fakta diatas, disamping isu KLB Abal Abal, pribadi Moeldoko juga diserang, para pengamat dan pakar politik yang membela AHY menyudutkan Moeldoko, bahkan ada yang meminta ke Presiden Jokowi untuk memecat Moeldoko, para lembaga survey pun berturut-turut membuat pernyataan yang menyudutkan Moeldoko, sehingga berita yang tidak berimbang, Moeldoko pun diam dan tentunya kita tunggu reaksi dia, beragam pendapat para ahli atau pakar tata negara pun ikutan komentar. Narasi yang di bangun hampir sama. Padahal mereka lupa ini ranah politik, didalam arena politik tujuan nya adalah kepentingan.

Penulis: Founder Fixpoll dan pengamat politik

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait