SURABAYA, beritalima.com | Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bertemu dengan Komunitas Jogo Suroboyo (Jogoboyo) di rumah dinas Wali Kota Surabaya, Jalan Sedap Malam, Surabaya, Jumat (16/10/2020). Tiba di rumah dinas, puluhan perwakilan Jogoboyo itu disambut hanya oleh wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya.
Pada kesempatan itu, Koordinator Komunitas Jogoboyo Kusnan menjelaskan asal muasal terbentuknya komunitasnya itu. Ia memastikan bahwa komunitasnya itu terdiri dari berbagai elemen masyarakat yang tersebar di 31 kecamatan di Kota Surabaya. Komunitas ini terbentuk karena arek-arek Suroboyo ini merasa tidak tega karena melihat Wali Kota Risma malam-malam turun langsung ke jalan membersihkan sampah-sampah dan barang-barang yang dirusak oleh masa demo anarkis beberapa waktu lalu.
“Jadi, hati arek-arek Suroboyo ini menangis, tidak tega melihat Bu Risma hingga larut malam membersihkan sampah-sampah aksi anarkis, yang ternyata mereka itu bukan arek Suroboyo, tapi berasal dari luar kota. Kita tidak ingin kota ini dirusak lagi, kita tidak ingin Bu wali dibegitukan lagi, makanya kami bangkit dan membentuk komunitas ini untuk bersama-sama membantu Bu Risma menjaga Surabaya dari anarkisme,” kata Kusnan.
Ia juga menegaskan bahwa silahkan menggelar aksi demonstrasi di Kota Surabaya, karena itu hak yang dilindungi oleh undang-undang. Namun, kalau demonstrasi anarkis dan merusak fasilitas umum Surabaya, maka warga Surabaya yang tergabung dalam komunitas ini siap menghadang.
“Siapapun itu, silahkan aksi di Surabaya. Tapi kalau sampai merusak kota ini, maka harus berhadapan dengan kami. Jadi, titik tekannya jangan sampai merusak kota yang sudah bagus ini, karena nanti kalau mereka merusak kota ini, maka nanti perbaikannya akan menggunakan APBD lagi yang dibayarkan oleh warga Surabaya, dan kami tidak mau itu,” tegasnya.
Kusnan juga memastikan bahwa komunitasnya itu sudah ada perwakilannya di 31 kecamatan se-Kota Surabaya. Bahkan, ia memastikan sudah membuat posko-posko di 31 kecamatan itu, sekaligus di beberapa tempat yang biasanya dijadikan tempat untuk demonstrasi. “Kami juga on call 24 jam untuk membantu Bu Risma, kami siap gerak untuk menghadang aksi anarkisme itu,” ujarnya.
Saat pertemuan itu, salah satu anggota komunitas juga menyampaikan bahwa dirinya siap berada di garda terdepan apabila ada aksi demontrasi yang anarkis lagi di Kota Surabaya. Bahkan jika perlu, ia rela yang pertama kali menghadapi para demontran anarkis itu sebelum pihak kepolisian dan TNI turun.
“Yang ngaku arek Suroboyo, yang ngaku anak putune Sawunggaling, harus bergabung bersama kami untuk berada di barisan terdepan jika ada yang mau merusak Surabaya. Niatan kami hanya ingin menjaga bumi Sawunggaling ini. Mungkin kami tidak bisa memberikan apa-apa kepada Surabaya, tapi melalui jihad ini kami ingin meninggalkan sesuatu untuk anak cucu kami,” tegasnya dengan berapi-api.
Sementara itu, Wali Kota Risma meminta kepada mereka untuk tidak gegabah dan jangan sampai berurusan dengan pihak kepolisian dengan menghadapi demonstran yang anarkis itu. Ia mengaku tidak rela jika arek-arek Surabaya harus berurusan dengan hukum. Sebab, ia mengaku membangun Surabaya ini dengan warga dan demi arek-arek Surabaya supaya berkehidupan yang aman dan nyaman.
“Pasti ada cara lain untuk menghadapi mereka. Ayo kita pikirkan bersama-sama. Saya mengerti dan paham tujuan kalian, tapi jangan sampai rela hilang atau bermasalah dengan hukum, saya tidak rela,” katanya sambil matanya berkaca-kaca.
Presiden UCLG ASPAC ini juga sangat mengapresiasi dan mengaku senang serta bangga dengan semangat mereka untuk menjaga Surabaya. Bahkan, ia juga menitipkan anak-anak Surabaya supaya tidak ikut-ikutan dengan ajakan yang menyesatkan itu.
“Saya senang sekali dengan semangat kalian untuk menjaga Surabaya, supaya orang luar tidak seenaknya merusak kota ini, tapi sekali lagi jangan sampai bermasalah dengan hukum, karena kalian punya istri, anak dan saudara. Saya bangun kota ini untuk kesejahteraan warga, jadi ayo bersama-sama jogo Suroboyo,” pungkasnya. (*)