Kota Karismatik Madiun, Jadi City Branding Kota Pecel

  • Whatsapp
Pakaian Khas Kota Madiun

MADIUN, beritalima.com- Kota Madiun, Jawa Timur, yang terkenal sebagai Kota Pecel, telah resmi menancapkan nama “Kota Karismatik Madiun” sebagai city branding. ‘Penobatan’ ini bersamaan dengan peluncuran pakaian (menggunakan udeng/pengikat kepala dan jarit/kain panjang untuk pria) dan tarian adat khas Kota Madiun (solah mediunan) jelang tahun baru 2018 lalu, di Alun-Alun Kota Madiun dengan disaksikan ribuan masyarakat.

Dengan brand ini diharapkan memberikan semangat baru bagi masyarakat maupun Pemerintah Kota Madiun. Apalagi, brand Kota Karismatik Madiun, sudah mewakili segala unsur. Mulai dari kuliner, seni, budaya, wisata dan pelayanan publik.

Penegasan tentang brand Kota Karismatik Madiun, dipertegas dengan gelar jumpa pers oleh Dinas Kominfo. Dengan begitu, dipastikan semua masyarakat sudah tahu tentang brand tersebut. Tak hanya warga Kota Madiun, tapi juga masyarakat luar kota.

Wali Kota Madiun, H. Sugeng Rismiyanto, mengatakan, Kota Madiun wajib memiliki brand legendaris yang mudah diingat oleh siapapun. “Jadi tidak hanya mewakili masyarakat Kota Madiun, tapi juga harus menarik perhatian warga luar kota. Ini penting agar tujuan branding dapat dicapai secara maksimal dan optimal,” kata H. Sugeng Rismiyanto.

Branding yang menarik dan mudah diingat, lanjutnya, menjadi pertimbangan awal sebelum seseorang memutuskan datang sekaligus memudahkan masyarakat luar mencari hal yang diinginkan di Kota Madiun.

“Dengan persepsi yang baik, branding dapat mengangkat daya tarik dan nilai jual suatu daerah. Dengan begitu, kunjungan wisatawan meningkat, masuknya investasi, serta daerah akan lebih maju dengan banyaknya industri. Artinya, akan terbuka peluang kerja baru, perekonomian meningkat dan sebagainya,” tambahnya.

Menurutnya lagi, ada masa penerapan otonomi daerah serta meluasnya tren globalisasi saat ini. Yakni daerah harus saling berebut satu sama lain dalam berbagai hal. Mulai perhatian, pengaruh, pasar, investasi, wisatawan, tempat tinggal penduduk, orang-orang berbakat, hingga pelaksanaan kegiatan atau event.

“Di Kota Madiun, kata karismatik dinilai sudah mewakili segala unsur. Karismatik mewakili kekayaan sumber daya manusia yang memiliki kepercayaan diri, lembut, kuat, berani, juga tegas. Masyarakat Kota Madiun juga cinta damai dan mampu bertahan pada setiap ancaman yang datang. Ini merupakan sifat pendekar yang dimiliki mayoritas masyarakat Kota Madiun sejak dulu,” paparnya.

Sementara itu, Ardiansyah, dari Universitas Brawijaya Malang, menjelaskan, Kota Madiun memiliki posisi istimewa secara geografis dengan latar belakang sejarah yang besar. Kota Madiun juga memiliki sejumlah unggulan. Diantaranya bidang komunikasi dan informasi, perdagangan, industri olahan, serta seni budaya pencak silat yang kuat.

“Kami mencoba memasukkan unsur-unsur potensial ini dalam logo Kota Karismatik Madiun,” terang Ardiasyah yang menjadi salah satu konseptor city branding Kota Karismatik Madiun.

Logo Kota Karismatik Madiun pun tampil ikonis dan simpel, tapi sarat makna. Berangkat dari unsur hewan, kilatan api, gerakan efek pencat silat, senjata kerambik khas pencak silat, sampai alam Kota Madiun. Harimau dan banteng dinilai sebagai hewan yang dapat mewakili kota ini. Garis loreng serta mata harimau diimplementasikan dalam logo yang mewakili kultur masyarakat Kota Madiun yang percaya diri, berani, juga tegas.

Sedangkan dari sisi sejarah, Aji Prasetyo, yang juga dari Universitas Brawijaya, menjelaskan, logo tak terlepas dari sejarah sosok Sentot Prawirodirjo, salah seorang panglima perang pasukan Pangeran Diponegoro saat melawan penjajah Belanda itu dikenal gagah dan berani.

Dialah ‘harimau’ asal Madiun yang menjadi inspirasi logo Kota Karismatik Madiun. “City branding ini mengajak kita terus berbenah, memperbaiki diri dan menunjukkan inilah orang Madiun yang berkarismatik,” terang Aji Prasetyo.

Menurutnya lagi, sebagai kota yang terus berbenah dan berkembang, Kota Madiun wajib terus menancapkan budaya dan tradisi sebagai salah satu akar pembangunan. Apalagi dengan letak geografisnya yang berada di bagian barat Provinsi Jawa Timur, kota ini menyimpan potensi pengembangan salah satu tradisi budaya asli bumi Nusantara, yakni pencak silat. Tak kurang dari 11 perguruan silat ada di Kota Madiun. Karena itu, Madiun juga dikenal dengan Kampung Pesilat.

Bahkan ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kota Madiun, Moerdjoko HW, menaruh harapan besar agar pencak silat dapat menjadi ikon wisata. Apalagi pencak silat menjadi salah satu pertunjukan budaya, yang ditampilkan dalam puncak acara budaya, yang berlangsung setiap bulan Suro di kota ini. “Pencak silat jangan hanya dilihat dari satu sisi. Selain sebagai bela diri dan olahraga, menjadi seni yang dapat dinikmati,” kata Murdjoko HW.

Bukan hanya pencak silat, Kota Madiun juga memiliki makanan khas pecel Madiun dan madumongso serta tarian solah mediunan yang diluncurkan saat pesta rakyat malam tahun baru 2018 bersamaan dengan peluncuran city branding.

Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Madiun, Agus Purwowidakdo, mengatakan, gerakan tari mengambil dasar pencak silat yang menjadi kekayaan budaya dan ciri khas Kota Madiun. “Pencak silat sudah menjadi ciri Kota Madiun sehinga wajib semakin dikuatkan. Salah satunya dikemas dalam bentuk lain seperti tarian. Tarian ini akan dipatenkan melalui peraturan wali kota dan didaftarkan di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia,” terang Agus.

Walikota Madiun, H. Sugeng Rismiyanto.

Selain tarian, Kota Madiun memiliki pakaian khas daerah yang diluncurkan saat pesta rakyat malam tahun baru 2018. Penyusunan pakaian khas ini melibatkan akademikus hingga harus bertolak ke Jakarta dan Belanda demi mencari referensi. Referensinya, antara lain kaum bangsawan, priyayi serta pelajar.

Seperti tarian, pakaian adat yang dibuat dengan menggandeng akademisi Universitas Gadjah Mada ini juga akan dipatenkan dengan peraturan wali kota dan didaftarkan di Kementerian Hukum. “Ini sebagai salah satu identitas Kota Madiun, wajib dilestarikan. Harapannya, pakaian adat dapat digunakan dalam event-event tertentu,” pungkas Agus. (Adv/Kominfo).

beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *