SUMENEP, beritalima.com| Salt Festival atau Festival garam tahun 2019 untuk yang perdana akan digelar selama dua hari yakni pada 16 -17 Agustus 2019 di Kota Tua Kalianget dan Desa Karanganyar Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Salt is super power over water, bukanlah ungkapan yang berlebihan. Garam yang selalu tersedia di atas meja makan kita adalah salah satu kunci pembuka sejarah planet dan kosmos. Maka sepanjang sejarah peradaban manusia takkan terlepas dari garam.
Opening Festival Garam tersebut di hadiri Bupati Sumenep, Dr. KH. A. Busyro Karim, M.Si, diwakili Asisten Perekonomian Setkab Sumenep, Herman Purnomo, Dirut PT. Garam Persero di wakili, Kepala Disparbud Sumenep, Camat Kalianget, Koramil Kalianget, Kapolsek Kalianget, perangkat desa se kecamatan Kalianget, Tokoh Ulama dan segenap para undangan serta masyarakat sekitar.
Berbagai kegiatan digelar dalam Festival Garam tersebut diantaranya; parade sepeda onthel, pertunjukan tari topeng, pameran foto foto kota tua yang berada di Kalianget, hiburan dan penampilan Orkes Keroncong.
Sedangkan hari Sabtu (17/08/2019) adalah garam dalam lensa (wisata digital bangunan tua dan tambak garam), parade garam dan hiburan rakyat.
Terima kasih kepada panitia yang baru pertama kalinya menyelenggarakan festival itu. Pemerintah daerah mendukung suksesnya kegiatan tersebut dengan memasukkan sebagai salah satu kegiatan Visit Sumenep 2019,” kata Bupati Sumenep, Dr. KH. A. Busyro Karim, M.Si, melalui Asisten Perekonomian Setkab Sumenep, Herman Purnomo pada pembukaan Festival Garam Kota Tua di Kecamatan Kalianget, Jum’at (16/08/2019).
Ia menyatakan, kegiatan itu untuk melestarikan sekaligus menjadikan potensi sejarah dan budaya sebagai investasi pariwisata sejarah dan budaya. Salah satunya Kalianget sebagai Kota Tua adalah contoh betapa Kabupaten Sumenep memiliki nilai historis yang luar biasa.
“Kawasan Kota Tua merupakan kota modern pertama di Madura, dan pernah menjadi Kota Pelabuhan tersibuk di selat Madura, tentu saja nilai historis itu harus membangkitkan kembali semangat untuk lebih maju di masa mendatang,” tegasnya.
Untuk diketahui, Garam merupakan komoditas strategis dunia. Sekitar abad 12, pedagang dari kerajaan Mali di Afrika menghargai garam sangat tinggi, disamakan dengan harga emas. Dalam perjalanan waktu, garam telah memainkan peran penting dalam menentukan kekuatan dan lokasi kota besar di dunia, seperti Liverpool di Inggris dan Munich di Jerman.
“Untuk itu, Festival Garam digagas dan dirancang sebagai sebuah upaya membangun wacana dan isu garam Madura, sehingga romantisme kejayaan kota tua Kalianget dan Pulau Garam kembali terangkat ke permukaan. Dalam kurun waktu yang panjang, secara berangsur, diharapkan dapat membangun iklim industri garam yang dinamis”, demikian disampaikan Hamzah Fansuri Ketua Panitia pelaksana giat Festival Garam yang baru pertama kali dilaksanakan ini.
(MC/ An)