“KPK” Desak Stop Prostitusi di Tambak Asri

  • Whatsapp

Masih ada 23 Wisma yang Beroperasi Terselubung

SURABAYA, beritalima.com – “Komunitas Peduli Kremil” (KPK) mensinyalir, masih ada sekitar 23 wisma di Tambak Asri yang menyediakan layanan _esek-esek._

Rata-rata praktek prostitusi terselubung yang dilakukan oleh penyedia layanan _plus-plus_ ini berkedok warung kopi, warung pracangan dan kos-kosan.

Menurut Daniel Lukas Rorong, Ketua “KPK”, lokasi “wisma” tersebut ada di pinggir jalan utama dan ada yang masuk di dalam gang.

“Biasanya _mbak-mbak,_ sebutan untuk PSK (Pekerja Seks Komersil) ini beroperasi antara jam 1-4 dini hari,” kata Daniel yang lahir dan besar di Tambak Asri yang lebih dikenal dengan nama Kremil ini.

Bahkan, lanjut Daniel, ada juga yang sembunyi-sembunyi _berpraktek_ pada siang hari, menyaru sebagai pengunjung di warung kopi.

“Begitu ada yang pengunjung laki-laki, si _mbak-mbak_ tersebut langsung mendekati dan menawarkan layanan _plus-plus_ ,” ungkap pria berusia 38 tahun ini.

Untuk tarifnya, bervariasi. Ada yang 100-150 ribu untuk sekali main. Itu belum termasuk biaya sewa kamar yang sudah disediakan di bagian dalam warung kopi tersebut.

Prostitusi terselubung ini kembali muncul sekitar 4 tahun terakhir belakangan.

Padahal pemerintah sudah menutupnya secara resmi pada April 2013 lalu.

“Untuk itu, pihak kami (KPK) siap bersinergi dengan pengurus kampung setempat (Rukun Warga) yang juga sudah membentuk pokja posko terpadu guna memberantas praktek prostitusi terselubung yang kembali muncul di kawasan Tambak Asri,” ujar Daniel yang sudah 8 tahun ini memimpin “KPK”.

Sebagai bukti penolakan terhadap munculnya praktek prostitusi di Tambak Asri, dipasang 5 spanduk di sepanjang jalan utama.

Spanduk bertuliskan Tambak Asri Bebas Prostitusi, Warga Menolak Prostitusi Terselubung, Stop Prostitusi dan Tolak Prostitusi ini terpasang sejak Minggu (9/12).

*Kuatir Psikologis Anak-Anak Terganggu*

Dukungan senada juga diberikan Sudarwati, tokoh masyarakat Tambak Asri yang juga berprofesi sebagai kepala sekolah 30 tahun lamanya di SD Bina Karya yang ada di Tambak Asri.

Dirinya kuatir, jiwa dan psikologis anak-anak yang bermukim di wilayah Tambak Asri akan terganggu jika keadaan ini tidak segera diatasi.

Bahkan, salah satu saksi mata pada saat seremonial penutupan lokalisasi Tambak Asri yang saat itu juga dihadiri oleh Menteri Sosial dan Bu Risma (Walikota Surabaya) pada April 2013 lalu ini, berharap agar pihak pemerintah dan pihak kepolisian segera bertindak tegas.

“Karena rata-rata, para Pekerja Seks Komersial tersebut bukan warga Tambak Asri. Jadi, kami tidak rela jika kampung kami dikotori oleh ulah mereka”, geram mantan anggota DPRD Surabaya 2009-2014 ini.

“Intinya, kami warga Tambak Asri siap membantu pemerintah untuk memberantas prostitusi terselubung yang kembali muncul di Tambak Asri,” tegas Sudarwati yang juga Pembina “Komunitas Peduli Kremil” (KPK) ini. (rr)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *