Timika, beritalima.com. Ketua Majelis Dewan Hakim Musabaqah Khattil Qur’an, pada ajang MusabaqahTilawatil Quran (MTQ) XXX tingkat Provinsi se-Tanah Papua, Hamzah, mengatakan bahwa tahun ini terlihat peningkatan yang luar biasa dalam kualitas karya-karya peserta.
“Alhamdulillah, tahun ini saya melihat luar biasa peningkatan. Kualitas di naskah, mushaf, kontemporer, dan dekorasi itu sangat halus semuanya,” tuturnya.
Hamzah juga menyebutkan bahwa tahun ini partisipasi meningkat pesat.
“Partisipan meningkat sekali tahun ini, luar biasa. Tahun lalu tidak sampai 20 peserta untuk 4 kategori. Tahun ini saya melihat dari semua golongan punya standar-standar bagus, dari berbagai kabupaten dan kota,” tambahnya.
Optimisme juga disampaikan Hamzah terkait peluang di kejuaraan nasional.
“Untuk kejuaraan nasional, kita bisa optimis, tapi memang persaingannya ketat karena di sana ada pondok pesantren kaligrafi. Makanya (selama ini) sehebat apapun anak-anak kita, kalau belum bersaing di pesantren-pesantren kaligrafi, agak-agak sulit. Tapi tahun kemarin, 2 tahun yang lalu, kita punya peserta dekorasi putra masuk urutan ke-17 kalau nggak salah,” jelasnya.
Peserta tersebut sudah tidak ikut bertanding karena faktor usia, namun menurut Hamzah, ada peserta yang penampilannya lebih baik dari penyelenggaraan sebelumnya.
Hamzah menjelaskan bahwa di Jawa ada pesantren kaligrafi yang khusus mengajarkan khat Al-Qur’an, termasuk 7 macam tulisan Al-Qur’an yaitu Naskhi, Tsuluts, Diwani, Jali Diwani, Riq’ah, Kufi, dan Farisi.
“Dalam 4 kategori ini semua diajarkan di situ dan setiap hari, siang dan malam, mereka bekerja, selain ilmu-ilmu lainnya, tapi spesialisasinya di khattil Qur’an,” ujarnya.
Namun, Hamzah juga mengakui bahwa pembinaan di Papua masih kurang.
“Di pondok-pondok dan madrasah-madrasah, banyak bakat seni tapi kurang pembinaan. Idealnya, masing-masing LPTQ kabupaten/kota ada kegiatan pembinaan dari semua cabang. Bagus sekali kalau ada LPTQ kecamatan yang membina di tingkat kecamatan masing-masing, nanti akan muncul ahli kaligrafi baru,” harapnya.
Hamzah menambahkan bahwa banyak anak-anak di Papua yang punya jiwa seni yang tinggi, terutama seni lukis.
“Saya kemarin ke Keerom, melihat mereka memainkan cat, membuat sketsa, bakatnya luar biasa tinggi. Kalau dibina, cepat jadi,” ungkapnya.
Dari segi potensi, Hamzah optimis bahwa Papua sebenarnya memiliki potensi yang cukup bagus.
Hanya pembinaan sangat kurang, masih kurang sekali. Kita belum pernah mendapatkan kejuaraan di tingkat nasional, bahkan harapan. Selama ini belum pernah karena kita baru pertama kali memperlombakan kaligrafi di Papua waktu di Sentani, sebelumnya belum ada. “Alhamdulillah sekarang ini telah masuk dalam salah satu cabang yang diperlombakan, bahkan di Papua muncul bakat-bakat baru,” tutupnya.
(Timika/lasatya)