BATU, Beritalima.com|
Pandemi covid-19 yang berlangsung sejak Maret 2020 membuat Areal Model Konservasi Edukasi (AMKE) yang ada di Desa Oro Oro Ombo, Kota Batu, Malang tidak mendapatkan penghasilan sama sekali, sehingga manajemen terpaksa harus merumahkan lebih dari 30 karyawannya. Bahkan untuk menggaji para karyawan yang masih aktif bekerja, pihak manajemen sampai harus tekor, meskipun mereka digaji hanya separuh dan sisanya akan dibayarkan jika kondisi perekonomian sudah membaik.
Namun begitu saat pandemi mulai turun, AMKE kembali menggiat dengan membidik sektor retail. Penyuluh Kehutanan dan Pendamping serta Pimpinan Pengelola AMKE, Sri Asih, mengatakan AMKE berdiri sejak tahun 2018.
“Pada tahap awal itu, usahanya adalah menyediakan aneka macam bibit dan pupuk tanaman. Untuk melayani pengadaan dari kegiatan tanam pohon massal oleh instansi pemerintah maupun swasta,” terang Sri Asih di depan awak media yang melakukan kunjungan bersama direksi PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk atau Bank Jatim, Minggu (12/12/2021).
Dari kegiatan itu, omzet yang didapat bisa mencapai Rp 1 miliar per bulan, dengan rata-rata per Minggu antara Rp 150-250 juta.
Di tahun 2019, mereka menambah fasilitas dengan wahana edukasi bagi pelajar hingga instansi. Namun begitu terjadi pandemi, tidak ada lagi pesanan bibit dan pupuk. Tidak ada lagi pesanan pembelian bibit, dan juga tidak ada pengunjung yang datang.
“Selama hampir dua tahun pandemi, pengunjung warga sekitar pun hanya sesekali. Semua mengikuti aturan yang terkait pandemi. Seperti saat PPKM, harus tutup tidak boleh ada kunjungan. Kemudian setelah ada pelonggaran, kembali membuka kunjungan lagi. Dan ini sejak November, kami sudah mulai mendapat kunjungan dan pesanan bibit dan pupuk lagi. Kunjungan dari warga sekitar Batu dan Malang juga sudah mulai berdatangan,” ungkap Sri Asih.
Meski tidak ada pesanan hingga kunjungan, AMKE tetap berkreasi untuk bisa mendapatkan pemasukan.
Pemenang UMKM Award ini mendapat apresiasi dari Bankjatim. Bankjatim menggulirkan dana sebesar Rp 250.000.000,-(Dua Ratus Lima Puluh Juta Rupiah), hingga kemudian AMKE bisa menambah wahana edukasi dan menciptakan produk seperti membuat makanan ringan dalam kemasan yang bahan bakunya diambil dari budidaya tanaman yang ada di AMKE.
Dari 17 wahana edukasi yang mereka bangun sejak tahun 2019, masih ada 7 wahana yang bisa dikunjungi.
Pihaknya juga menyediakan area kuliner dan wahana permainan anak-anak, termasuk pembibitan untuk tanaman hias.
“Dari itu kami masih ada pemasukan. Meski dari 50 karyawan hanya 15 yang bisa digaji. Tanaman hias yang sedang naik daun saat pandemi, berhasil membuat pendapatan bersih kami bisa di kisaran Rp 4 jutaan per minggu,” ungkap Sri Asih.
Tak hanya itu, untuk usaha minyak Atsiri, budidaya kambing etawa, dan madu, juga mengalami peningkatan, termasuk sentra kuliner yang menyediakan aneka produk cemilan dan yang paling terbaru adalah olahan dari umbi porang.
Selanjutnya dari UMKM Award itu, pihaknya mendapat bantuan dan pendampingan dari Bank Jatim berupa alat suling untuk minyak atsiri dan madu.
Direktur Keuangan Bank Jatim, Ferdian Timur Setya Nugraha dan Direktur Risiko Bisnis Bank Jatim, Rizyana Mirda, saat kunjungan ke AMKE, memberikan apresianya dan berharap UMKM ini segera bangkit dari dampak pandemi.
“Melihat kondisi yang ada dan peluang yang ada, kami optimis UMKM AMKE ini bisa bangkit kembali. Kami juga siapkan pendampingan untuk meningkatkan jumlah pengunjung dengan tetap prokes dan kami juga siap branding Bank Jatim disini,” sambung Mirda, sapaan akrab Rizyanan Mirda.(Yul)