Kurangi Kerusakan Tanah Banyak Petani Gunakan Pupuk Organik

  • Whatsapp

Jombang | beritalima.com – Penggunaan pupuk subsidi dari pantauan beritalima.com terlihat semakin berkurang takarannya biasanya 50 – 75% sekarang variatif 20 – 25% pupuk kimia karena dicampur dengan pupuk organik, karena melihat harganya lebih murah dibanding harga pupuk subsidi yang banyak mengandung zat kimia.

Dari hasil investigasi, sebagian besar petani Jombang menggunakan pupuk non subsidi, mendorong para petani beralih ke pola pertanian organik dengan pola lama yang diperbaruhi.

“Banyak kerusakan tanah mengakibatkan dampak yang luar biasa akibat kandungan zat kimia seperti pestisida yang merusak keseimbangan ekosistem,” kata Agus Bejo selaku PPL Megaluh yang berhasil diminta keterangannya, pada Selasa (4/1/2022).

Dikatakan Agus, petani sudah banyak yang membuat pupuk organik, mulai dari pupuk kandang sampai pupuk organik yang diolah dari bahan – bahan alami dengan rumusan litbang Kementan. Ia pun tidak mengesampingkan perguruan tinggi swasta dan negeri yang melakukan riset pupuk organik dengan mengembangkan mikroorganisme untuk tanaman pertanian.

“Iya gak apa apa menggunakan pupuk organik hasil riset perguruan tinggi dengan metoda yang berbeda dengan Litbang Kementan,” tuturnya.

Pada gilirannya petani Megaluh kata Agus, baru saja menggunakan pupuk kandang, yang bahan bakunya diperoleh dari kotoran hewan yang dimiliki warga Desa/ Kecamatan Megaluh. Pada saat turun tanam, Senin (24/12/2021) sekaligus memproduksi 12 ton pupuk kandang untuk luas areal tanaman padi.

Di tempat terpisah Desa Banjarsari, Kecamatan Bandar Kedungmulyo memproduksi pupuk organik pengusir tikus yang dikelola CV. Agro Bahtera Mandiri. Yang per harinya memproduksi 2 ton pupuk untuk tanaman padi dan bisa digunakan untuk tanaman holtikultura.

“1 ton pupuk organik pengusir tikus bisa digunakan untuk 3 hektar tanaman padi, produksi pupuk ini sudah berjalan 2 tahun dan didistribusikan ke kecamatan lain,” tandas Kades Banjarsari, H. Basaroddin kepada beritalima.com

Dijelaskannya produksi pupuk ini sudah berjalan 2 tahun bersumber dari dana Bumdes, sampai saat ini sudah memproduksi 300 ton pupuk dan didistribusikan ke kecamatan lain setelah 14 hari.

“Pembuatan pupuk ini telah bekerjasama dengan tim peneliti Prof. Anton dari Universitas H. Wahab Hasbulloh (Unwaha) Kabupaten Jombang,” ujar Kades yang didampingi Rudi, Ketua Kelompok Tani (Poktan) Dusun Ponggok Desa Banjarsari, Kecamatan Bandar Kedungmulyo.

Ironis Ketua Poktan tersebut terkesan tidak akademis dan agresif serta mengharapkan wartawan media ini tidak meniru. Sejatinya tugas wartawan mulai dari meliput, mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi.

Lebih lanjut dalam praktek jurnalistik, dibatasi rambu – rambu selain mendapat ijin badan publik, dengan sendirinya memahami kode etik jurnalistik. Kecuali bocor ke permukaan, jurnalis punyak hak konstitusi mempertanyakan kebenaran dari informasi yang berkembang di masyarakat.

Lebih ekstrim Ketua Poktan berdasarkan pantauan langsung beritalima.com, sepertinya menyanding nyandingkan wartawan ini dengan wartawan lain yang menurutnya suka rea reo. Padahal berdasarkan keterbukaan informasi saat ini semakin terbukanya pemilik modal membuat website sebagai perusahaan pers, tidak bisa digeneralisir ketika melihat prilaku jurnalis di lapangan.

“Ini sepertinya mirip dengan yang satunya,” tuturnya.

Reporter : Dedy Mulyadi

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait