SURABAYA, beritalima.com | Kendati tergolong Olahraga baru, namun Olahraga Petanqua mendapat sambutan antusias dari sekolah-sekolah. Hal ini diungkapkan Rendy Eko Cahyono usai memberikan Couching Clinic Virtual di KONI Kota Surabaya. ”Alhamdulillah saya melihat Respon para Guru sangat antusias,” ujarnya.
Rendy berharap kegiatan ini tidak putus sampai disini namun ada kelanjutan dan berkesinambungan sehingga menghasilkan klub-klub baru, yang nantinya atlet-atletnya bisa bersaing di berbagai kejuaraan baik tingkas Kota sampai tingkat Nasional, dan Pengkot Federasi Olahraga Petanque Indonesia (FOPI) Kota Surabaya akan membatu dalam menyiapkan SDM nya untuk memberikan bekal kepada para guru sekolah SD maupun SMP.
“Usai Kuching Clinik ini saya harap ada pelatihan bagi para guru, agar mereka memiliki pengetahuan tetang olahraga ini, sehingga kemudian para Guru bisa membuka klub disekolah masing-masing, dan klub-klub itu nantinya kita evaluasi” tambahnya.
Diungkapkan Rendy bahwa dengan diselenggarakan Kegiatan Olahraga antar Pelajar SD, SMP ini tentunya akan memberikan angin segar bagi olahraga Petanque di Kota Surabaya, untuk bisa membagun ketertinggalan, mengingat dicabang olahraga ini Kota Surabaya boleh dibilang ketinggalan oleh daerah lain seperti Kota Kediri dan Lamongan yang saat ini sangat menonjol. Ini dibuktikan pada hasil Pekan Olahraga Provinsi Jatim VI 2019 lalu, Atlet Petanque Surabaya hanya menuai hasil satu Perunggu.
“Ini kesempatan kita untuk bisa mengembangkan, sebab secara SDM kita tidak kalah dengan mereka” katanya.
Kota Kediri, dan Lamongan Poprov 2019 sangat mendominasi perolehan medali hal ini disebabkan minat masyarakat terhadap olahraga Petanqua sangat menjajikan tidak hanya dikalangan masyarakat biasa, tetapi dikalangan pendidikan olahraga petanque bisa menembus sampai ke sekolah-sekolah
“Kediri dan lamongan bisa menembus sampai ke sekolah-sekolah sementara kita masih terkendala oleh kebijakan sekolah.”lanjut Rendy
Menurut Rendy Pengkot FOPY sudah berupaya mengembangkan olahraga Petanque ini sampai ke sekolah-sekolah namun sejauh ini masih terkendala oleh aturan. “kita masih terhambat oleh aturan, jadi kita gak punya kewengan, kecuali kalo Diknas menginstruksikan langsung ke sekolah sebagai ekstra kurikuler mungkin beda lagi hasilnya” pungkasnya. (red)