beritalima.com | Masyarakat Surabaya sempat di hebohkan dengan di copotnya Whisnu Sakti Buana sebagai ketua DPC PDI Perjuangan Surabaya.
Penggantinya juga cukup sensasional, sosok Adi Sutarwijono yang beragama Khatolik di dampingi Baktiono sebagai sekretarisnya yang beragama Kristen dan WNI keturunan.
Langkah ini tentu bukan tanpa perhitungan dan pertimbangan yang matang dari seorang Megawati.
Sebagai politikus senior, Megawati sudah cukup merasakan Asam dan Garam perpolitikan di negeri ini.
Maaf ! Bukan membahas masalsh SARA, tapi ini menarik untuk di cermati.
Jumlah pemilih minoritas berdasarkan etnis maupun agama di Surabaya, jumlahnya mencapai 25% dari jumlah pemilih.
Sebagai sosok politikus senior, Megawati tentu punya perhitungan tersendiri akan hal ini.
Apa lagi pada Pilwali mendatang, sosok Whisnu yang sekarang menjabat wakil wali kota mendampingi Risma, di nilai sangat riskan dan mudah untuk di kalahkan.
Apa lagi Tri Rismaharini juga punya jago sendiri sebagai penggantinya.
Agar tidak ada dua Matahari dalam Pilwali nanti, dan agar Risma jangan di gaet oleh partai lain untuk dijadikan icon pemenangan Pilwali mendatang, langkah yang paling tepat adalah menjadikan Risma sebagai salah satu ketua di DPP PDI Perjuangan.
Banyak pihak menilai bahwa Risma makin moncer dan bakal jadi calon menteri pada kabinet Jokowi jilid II, namun analisa saya justru sebaliknya.
Kenapa Bambang DH Tidak Lagi dI DPP PDI Perjuangan ?
Analisa saya berikut juga jawaban saya, kenapa analisa saya tentang Risma justru sebaliknya ?
Presiden Jokowi tampaknya sangat responsif terhadap apa yang berkembang di masyarakat berkaitan dengan para menterinya sebagai pembantu presiden.
Jokowi ingin total memberikan layanan kepada masyarakat dengan sebaik mungkin.
Sehingga, Revolusi mental yang ingin dibangun oleh Jokowi harus dimulai dengan tidak memberikan peluang pada menterinya untuk merangkap jabatan di partai politik.
Para menteri dari partai politik, harus menentukan pilihan, tetap menjadi pengurus partai atau sepenuh hati bekerja membantu presiden sebagai menteri ?
Nah !
Disinilah muncul nama dari sepuluh orang kader yang ditawarkan ke Jokowi, ada nama Tjahyo Kumolo, Bambang DH, Puti Guntur Soekarno, Maruar Sirait (Ara), Ganjar Pranowo dan Pramono Anung.
Lalu, kenapa kongres PDI Perjuangan dipercepat, yang sedianya diselenggarakan pada 2020 sehingga dipercepat tahun ini (2019) ?
Alasan Puan Maharani menyebut percepatan tersebut bertujuan untuk melakukan sinergi program partai dengan program pemerintahan Jokowi – Ma’ruf Amin.
Dengan tidak terakumudirnya ketua Bapilu Bambang DH untuk tidak lagi duduk di susunan pengurus DPP partai ini merupakan indikator bahwa ketua umum terpilih Megawati Soekarno Putri akan memberikan porsi Menteri kepada Bambang DH, untuk membantu percepatan program Pasangan Presiden Jokowi – Ma’ruf Amin.
Dengan demikian terjawab sudah posisi Tri Rismaharini dan Bambang DH.
Kali ini Megawati pasti sangat berhati-hati terhadap kadernya, tentu tidak ingin kejadian kadernya tidak bisa di kontrol saat jadi menteri seperti halnya menteri BUMN Rini Soemarno.
Hal ini bisa terulang pada sosok Tri Rismaharini, dan sudah teruji Risma tidak patuh saat di minta maju sebagai cawagub menggantikan Anas yang mengundurkan diri.
Sosok Bambang DH sudah cukup teruji oleh Megawati, Bambang DH kader PDI Perjuangan tulen sejak masih PDI di era Soeharto, dan ikut berjuang berdarah-darah.
Jadi, sangatlah naif kalau harus disingkirkan dari PDI Perjuangan, pasti ada tugas lain dari Mak-nya Banteng.
Sekarang tentang tidak adanya nama Puti Guntur Soekarno dalam jajaran DPP PDI Perjuangan, bukan berarti Megawati tidak menaruh perhatian kepada cucu dalam satu-satunya trah Soekarno ini.
Sementara Prananda Prabowo dan saudara tirinya, Puan Maharani masuk dalam kepengurusan DPP PDI Perjuangan.
Megawati tentu telah menganalisa dengan matang potensi Puti sejak Pilgub sebagai calon wakil gubernur hingga Pileg kemarin.
Puti akan dijadikan kartu AS, seandainya tidak lolos sebagai salah satu menteri di kabinet Jokowi jilid II, sudah bisa dipastikan Puti akan maju sebagai cawali menggantikan Risma.
Benar atau tidaknya analisa ini, kita tunggu saja episode berikut !
(Singky Soewadji)