JAKARTA, Beritalima.com– Tanaman Porang sedang menjadi primadona untuk dibudidayakan petani. Pasalnya, komoditi ini memiliki peluang pasar yang cukup besar. Apalagi permintaan ekspor dan pasar dalam negeri baru terpenuhi sekitar 10 persen.
Karena itu, Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti mendukung langkah Kementerian Pertanian (Kementan) untuk terus mengembangkan industri porang.
Namun, LaNyalla menyarankan agar pengembangannya dalam skala luas dan lengkap dari hulu ke hilir dengan kelembagaan petani yang kuat.
“Porang mempunyai potensi besar sebagai produk ekspor yang akan mendatangkan banyak devisa buat negara. Kita ingin tanaman porang ini dijadikan komoditas super prioritas,” kata LaNyalla di sela reses di Madiun, Jawa Timur, Minggu (1/8).
Salah satu tempat sentra budidaya porang adalah Madiun, Jawa Timur. Tahun lalu, luas lahan budidaya porang di Madiun 5.363 hektare lebih dan terletak di kecamatan Saradan, Kare, Dolopo, Dagangan, Mejayan, Gemarang, Wungu, Wonoasri, Pilangkenceng dan Madiun.
Kementan mendorong Madiun tidak hanya sekedar menjadi sentra budidaya, tapi melakukan juga sebagai sentra industri olahan porang. Nantinya ekspor porang bukan lagi dalam bentuk umbi, tetapi sudah dalam bentuk olahan.
“Porang mengandung glukomanan yang menurut para ahli mempercepat rasa kenyang, memperlambat pengosongan perut. Makanya di Jepang porang dijadikan sebagai bahan baku beras shirataki, beras yang digunakan untuk berdiet. Nah, kita juga ingin nantinya masyarakat global bisa mengenal beras porang dari Madiun,” ucap dia.
Tidak hanya bahan baku beras diet, menurut LaNyalla, porang juga diolah menjadi bahan campuran pada produk kue, roti, es krim, permen, jeli, selai, bahan pengental pada produk sirup dan produk kosmetik.
Sebab itu, LaNyalla meminta pemerintah mempersiapkan dengan matang rencana pengolahan porang, terutama sarana prasarana industri serta teknologi pengolahan agar standar ekspor.
Bisa juga menggandeng perusahaan yang punya pengalaman bidang pengolahan bahan baku makanan.
“Perlu juga memperhitungkan kuantitas hasil porang dari para petani. Jangan sampai setelah ada industri pengolahan, sudah masuk pasar ekspor, ternyata pasokan bahan baku kurang. Jadi harus dipersiapkan sebaik-baiknya,” lanjut dia.
LaNyalla meminta agar Kementan dan Pemerintah Daerah melakukan upaya akselerasi. Para petani porang perlu diberikan sejumlah program dan bimbingan sehingga budidaya yang dilakukan berhasil.
“Banyak cara yang bisa dilakukan dalam percepatan pengembangan porang. Misalnya bantuan pupuk dan bibit. Juga pendampingan dalam bentuk bimbingan teknis dan kemitraan,” ungkap dia.
Selain beberapa bantuan itu, menurut LaNyalla, sektor permodalan perlu dibantu juga oleh Kementan.
“Paling tidak Kementan ikut memfasilitasi para petani agar mudah dalam mengakses kredit usaha rakyat (KUR),” demikian AA LaNyalla Mahmud Mattalitti. (akhir)