JAKARTA, Beritalima.com– Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti kembali melakukan safari ramadhan. Kali ini, yang dikunjungi Pesantren Mama Bakry Sadeng, Bogor, Minggu (9/5). Kehadiran LaNyalla disambut Pengasuh Pesantren Mama Bakry Sadeng, KH Abah Raodl Bahar Bakry.
Pada kesempatan, Senator dari Dapil Provinsi Jawa Timur itu mengatakan, pesantren memiliki peran yang sangat besar terhadap kemajuan Indonesia.
“Kalau ditanya, apa peran pondok pesantren dalam kemajuan Indonesia? Saya akan jawab dengan dua kata saja, banyak sekali!” tutur LaNyalla dalam keterangan pers yang diterima awak media, Minggu (8/5).
Menurut dia, pesantren adalah institusi masyarakat madani yang mandiri. Bahkan, pesantren menjadi problem solver bagi masyarakat. “Hal ini sudah berlangsung sejak lama. Dahulu, masyarakat akan datang ke pesantren kalau ada yang sakit. Mereka minta doa ke kiai. Masyarakat yang tidak punya beras pun datang ke pesantren. Ada yang punya masalah, minta nasihat kiai, dan seterusnya.”
Lebih jauh dikatakan, ulama dan kiai pengasuh pesantren memilik catatan penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. “Ulama dan memberikan pendapat dan masukan kepada Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang kemudian menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Termasuk, kata LaNyalla, sikap legowo para ulama dan kiai, yang demi keberagaman, setuju mengganti dan menghapus anak kalimat ‘Piagam Jakarta’ yang menjadi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, diganti dengan kalimat Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa,” jelas LaNyalla.
Puncak perjuangan di masa itu adalah lahirnya Resolusi Jihad untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Resolusi itu dikeluarkan 22 Oktober 1945 oleh Kiai Haji Hasyim Asy’ari di Surabaya.
LaNyalla yakin Pesantren Mama Bakry Sadeng punya peran yang tak kecil dalam kemerdekaan. Apalagi, pesantren yang cukup tua di Bogor karena sebelum Indonesia merdeka. “Saya dengar, sebelum Indonesia merdeka, pesantren ini telah memiliki santri sekitar 3.000 orang. Luar biasa. Artinya, pesantren Mama pasti punya kontribusi dan terlibat dalam proses kemerdekaan Indonesia.”
Di era modern, LaNyalla menilai, peran pesantren tetap besar. Alasannya, pesantren tetap menjadi prototype institusi masyarakat madani karena hidup mandiri dan masih menjadi solusi bagi masyarakat sekitarnya.
“Baik solusi pendidikan, menjaga kearifan lokal dalam pembangunan. Dan, kalau kita bedah dari analisa ideologi, ekonomi, sosial dan budaya, pesantren masih menjadi institusi yang paling konkret memberikan sumbangsih,” teran dia.
LaNyalla mengurai, dari sisi ideologi, Pancasila jelas menempatkan Ketuhananan Yang Maha Esa di sila pertama, dan di Pasal 29 ayat 1. Ini menjadi domain utama Pesantren sebagai penjaga akhlak dan adab atau moral generasi bangsa ini.
Dari sisi ekonomi, selain institusi mandiri, pesantren sudah memasuki ruang ekonomi melalui koperasi dan usaha-usaha di sektor pertanian dan peternakan. “Apalagi jika pesantren memanfaatkan peluang pasar produk halal yang sekarang sedang digalakkan pemerintah dan sejumlah negara sehingga pasarnya bisa menembus manca negara, khususnya yang membutuhkan produk halal.”
LaNyalla, menilai hal ini bisa dikolaborasikan dengan Kadin. Namun, tentu membutuhkan dukungan dan keberpihakan Pemerintah, baik daerah maupun pusat. “Kami para Senator di DPD RI bisa mendorong kementerian dan lembaga terkait untuk lebih aktif melakukan pendampingan dan pembinaan pengembangan sektor usaha di Pesantren,” kata dia.
Dari sisi sosial, Pesantren terbukti sebagai penjaga nilai-nilai kearifan lokal dan moral. Di tengah gencar arus globalisasi dan gaya hidup baru, pesantren masih berperan sebagai penyeimbang, sekaligus penjaga moral generasi penerus. Dari sisi budaya, pesantren menjadi garda terdepan lembaga pendidikan di Indonesia.
“Ini semua bukan peran kecil. Tapi peran besar dan fundamental. Belum lagi nilai-nilai budi luhur yang diajarkan di pesantren akan menjadi bekal kehidupan bagi para santri yang telah selesai menempa pendidikan di pesantren,” demikian AA LaNyalla Mahmud Mattalitti. (akhir)