JAKARTA, Beritalima.com– Sektor seni dan budaya termasuk sektor yang terpukul pandemi virus Corona (Covid-19) karena seniman dan budayawan tak dapat melakukan aktivitas setelah Pemerintahan Jokowi menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegaitan Masyarakat (PPKM).
Sektor ini tidak luput dari perhatian Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti. Dia menaruh perhatian kepada para seniman dan budayawan yang tidak bisa melakukan pekerjaannya. Senator ini mengaku banyak mendapat keluhan dari para seni dan budayawan yang penghasilannya menurun drastis selama pandemi.
“Karena bukan termasuk dalam sektor esensial maupun kritikal, kegiatan seni dan budaya tidak menjadi prioritas Pemerintah. “Akibatnya, kegiatan seni, termasuk seni pertunjukkan ikut terkena pembatasan karena dikhawatirkan menimbulkan kerumunan,” kata LaNyalla saat reses di Madiun, Sabtu (31/7).
Pukulan pandemi ini yang dirasakan seniman di Kabupaten Mojokerto. Para pemahat patung di Dusun Jatisumber, Desa Watesumpak, Trowulan, Mojokerto yang merupakan sentra kerajinan patung berbahan batu andesit mengaku, kesulitan memasarkan hasil karyanya.
Namun, pekerja seni dan budayawan itu tidak menyerah dengan kondisi ini. Seniman pahat di Mojokerto bahkan memilih mengibarkan bendera merah putih untuk menyambut HUT Kemerdekaan. Dengan cara ini, mereka menggelorakan semangat pantang menyerah menghadapi pandemi Corona.
“Semangat juang seperti ini yang kita butuhkan. Walau kondisi berat, jika kita tetap semangat, saya yakin akan memudahkan kita untuk terus berjuang. Sikap positif para seniman dan budayawan di Mojokerto harus menjadi inspirasi,” kata LaNyalla yang memberi apresiasi atas semangat para seniman.
Menurut LaNyalla, selama ini fokus utama diberikan bagi sektor-sektor formal dan pelaku usaha mikro. Padahal ada banyak sektor informal yang juga sangat terdampak pandemi.
Selama ini orang hanya bicara soal beratnya pandemi bagi Usaha Mikro Kevil Menengah (UMKM), pariwisata dan transportasi.
“Sering kali kita lupa sektor informal seperti temen-temen seniman dan budayawan ini juga sangat terdampak. Apalagi para pekerja seni kni kan mengandalkan karya-nya untuk mencari nafkah dan sekarang peluang mereka bekerja sangat terbatas,” papar LaNyalla.
Karena itu,
ia meminta pemerintah mengalokasikan bantuan khusus bagi para seniman dan budayawan. Seperti program BLT bagi para seniman yang digulirkan tahun lalu.
“Kita harap program ini diteruskan tahun ini. Karena, bantuan dana pastinya akan sangat membantu seniman bertahan hidup, termasuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka.”
Untuk diketahui, Pemerintah memberi Bantuan Langsung Tunai (BLT) ke pekerja seni atau seniman Rp 1 juta 2020 dengan alokasi Rp 26,5 miliar untuk melindungi 26.500 pelaku seni dan budaya yang pencahariannya terdampak Covid-19.
Hal ini diberikan pemerintah melalui Kementerian Keuangan, karena pandemi covid-19 ini dianggap telah melumpuhkan perekonomian masyarakat, termasuk pekerja seni.
“Bansos dari pemerintah harus disalurkan secara merata kepada warga terdampak pandemi Covid-19. Para pekerja seni dan budayawan banyak yang belum tersentuh bantuan. Saya rasa pemerintah daerah juga harus punya alokasi khusus untuk membantu 2 sektor ini,” kata LaNyalla.
Pemerintah Daerah (Pemda), seperti Jawa Barat mengalokasikan dana Rp 50 miliar untuk bansos bagi Pedagang Kali Lima (PKL) hingga seniman dan budayawan. Pemberian sembako dan bantuan tunai juga sudah berjalan. Perlu diikuti daerah lain,” tambah dia.
LaNyalla berharap pemerintah daerah juga bisa memfasilitasi kegiatan kesenian dan karya seniman serta budayawan dalam bentuk digital. Hal ini dinilai sebagai salah satu upaya pemulihan ekonomi.
“Para seniman dan budayawan ini tetap harus bekerja untuk menghidupi keluarganya. Pemerintah harus memikirkan apa saja yang bisa dilakukan untuk memfasilitasi seniman dan budayawan,” ujar LaNyalla.
Menurut LaNyalla, pemerintah bisa memanfaatkan para seniman dan budayawan untuk melakukan sosialisasi penanganan Covid-19. Di daerah, kata LaNyalla, Pemda bisa melibatkan seniman-seniman jalanan. (akhir)