JAKARTA, Beritalima.com– Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti menyesalkan peristiwa pengeroyokan yang menyebabkan tewasnya santri di salah satu Pondok Pesantren (Ponpes) di Ponorogo, Jawa Timur.
Pengeroyokan santri berinisial M itu terjadi, Selasa lalu. Kejadian berawal saat korban mengaku mencuri uang Rp 100. 000 milik temannya. Masalah ini sebenarnya sudah selesai setelah pengurus Ponpes memanggil para santri dan korban mengakui. Namun, empat santri melakukan pengeroyokan hingga korban terluka parah.
Korban mengalami luka di sekujur tubuh dan pendarahaan hingga ke otak yang menyebabkannya meninggal dunia. M baru sebulan di pondok. “Saya sangat menyesalkan terjadinya pengeroyokan hingga menyebabkan santri meninggal. Miris karena hanya permasalahan uang Rp 100.000 nyawa seseorang melayang,” tutur LaNyalla, Sabtu (26/6).
Senator asal Jawa Timur ini mengatakan, pencurian memang tidak dapat dibenarkan. Namun penyelesaian masalah dengan kekerasan bukanlah solusi. Cara ini bahkan menyalahi banyak aturan. “Ini harus menjadi pelajaran buat pengasuh Ponpes. Pembinaan yang baik sangat penting untuk menghindari kejadian seperti ini,” kata LaNyalla.
Menurut LaNyalla, pelaku mungkin tidak bermaksud membunuh. Namun, perbuatan pelaku tetap harus mendapat ganjaran sesuai hukum yang berlaku. Hanya saja, dia meminta polisi menerapkan peradilan anak bagi pelaku yang masih di bawah umur. Apalagi, 3 dari 4 pelaku masih masuk dalam kategori anak.
“Selain itu, penting juga dilakukan pendampingan psikologis bagi para pelaku. Karena saya yakin pelaku anak mengalami guncangan moral karena tidak menyangka perbuatannya mereka sampai menyebabkan teman meninggal. Namun, tetap perilaku mereka tidak bisa dibenarkan.”
LaNyalla juga menyoroti maraknya kekerasan di lingkungan Ponpes yang belakangan kerap terjadi. Menurut dia, ada sistem yang harus dibenahi sehingga permasalahan kekerasan di lingkungan Ponpes dapat dihindari.
Ponpes perlu difasilitasi konseling atau psikolog. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama dapat memfasilitasinya agar ada pendampingan lebih dari ponpes terhadap santri-santrinya. Dari peristiwa ini kita bisa lihat ada sesuatu yang salah mengenai psikologi santri dan perlu ditangani dengan serius,” demikian AA LaNyalla Mahmud Mattalitti. (akhir)