“Lebur Batik” Pelopor Bagi Pemuda Desa Kreatif

  • Whatsapp

SUMENEP, beritalima.com| Sejarah bangsa membuktikan bahwa pemuda senantiasa berada pada lini terdepan pada setiap babak sejarah perjuangan bangsa.

Subiyako, SH. MH, Kabid PORA Disbudparpora Kabupaten Sumenep

Paradigma pemuda sebagai kategori social mengindikasikan adanya pengakuan /penghargaan terhadap potensi pemuda baik secara kuantitatif dan kualitatif, secara kualitatif, pemuda dalam aspek pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), dapat diakui bahwa pemuda memiliki aneka talenta dalam kaitannya dengan kepeloporan kewirausahaan, pendidikan, teknologi tepat guna, seni budaya dan pariwisata serta kebaharian.

Hal ini akan terkait denga potensi – potensi sumber daya alam sehingga dapat meberkan kontribusi yang siqnifikan dalam pembangunan nasional.

Melihat kondisi yang dihadapi oleh bangsa ini, maka kepeloporan pemuda di tuntut untuk dapat melakukan terobosan – terobosan yang dapat memberikan kontribusi yang berari bagi upaya mengatasi masalah yang dihadapi dai kondisi riil yang ada.

Seperti yang dilakukan Ummul Khair (24), perempuan kelahiran Desa Nyabakan Timur, Kecamatan Batang-Batang, Sumenep, Madura, Jawa Timur.

Perempuan yang pernah menjadi Duta Wisata Sumenep tahun 2017 ini menggagas berdirinya Komunitas “Lebur Batik” di desanya tepatnya desa Nyabakan Timur, Kecamatan Batang-Batang, Sumenep, Madura sejak Bulan Maret 2019 silam.

Menurut Ummul Khair, saat ditemui media beberapa waktu lalu menyampaikan, tujuan didirikannya komunitas membatik ini adalah untuk memberikan ruang kreativitas bagi masyarakat dan pemuda sekitar. “Sehingga aktivitas positif tidak melulu bertumpu di kota saja,” ujarnya.

Kita bersama-sama belajar membatik dalam kain panjang bentuk sampir. Motif kita sesuaikan dengan keinginan pemesan, made by order, imbuhnya.

Saat ini, lanjut Ummul Khair, kerajinan Lebur Batik yang ditekuninya menekankan pada bentuk kain batik, bukan busana baju batik. Mereka kini sudah sampai pada tahap pengenalan batik tulis kontemporer nusantara.

Ummul mengungkapkan, kegiatan membatik bagi warga Madura menurutnya bukan semata tentang sehelai kain, tapi lebih pada ikon budaya. Setiap motif dan warna harus merefleksikan karakter masyarakatnya.

Namun demikian, Lebur Batik saat ini masih fokus pada motif batik tulis dengan corak karya bernuansa alam dan sejarah.

“Tetap menggunakan cara tradisional, ditulis dan diberi pewarna yang ramah lingkungan,” tukasnya.

Tidak hanya itu, Komunitas Lebur Batik juga melakukan pelatihan membatik secara gratis bagi masyarakat dan siswa, terutama pemuda yang putus sekolah dan pengangguran.

Ummul Khair mengaku, motivasi awal yang membuatnya tergugah untuk mendirikan komunitas ini bermula saat dia melihat pemuda sekitar yang hanya kelayapan kesana kemari tanpa aktivitas positif.

“Lalu saya berpikir, kegiatan membatik ini merupakan solusi bagaimana menciptakan kegiatan positif sekaligus menjadi peluang kerja bagi para pemuda desa,” katanya.

Dia mengaku terinspirasi oleh pernyataan Presiden Indonesia Soeharto bahwa Indonesia tidak akan menyala hanya dengan satu lilin besar di kota, tetapi Indonesia menyala dengan lilin-lilin kecil di desa-desa.

Subiyako, SH. MH, Kabid PORA Disbudparpora Kabupaten Sumenep, menyampaikan Apresiasi yang tinggi kepada Komunitas “Lebur Batik”, karena keterampilan membatik bagi pemuda bertujuan untuk menciptakan jiwa ke wira usahaan yang berhasil dan tangguh menghadapi persaingan global dan meningkatkan SDM agar berdaya guna dan berhasil guna.

Selain itu menurut Kabid PORA Subiyakto, untuk mengurangi angka pengangguran sekaligus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mandiri bagi generasi muda, “serta mengurangi tingkat ketergantungan kepada pemerintah maupun orang lain”. imbuhnya.

(An)

beritalima.com

Pos terkait