BONDOWOSO, beritalima.com – Warga Kampung Teplek khususnya RT 29 RW 07 Kelurahan Dabasah Kecamatan / Kabupaten Bondowoso dihantui rasa takut. Sebab longsor kembali melanda kawasan tersebut. Dan mereka berharap Pemkab Bondowoso turun tangan.
Longsor sudah terjadi dua kali. Pertama pada tahun 2018. Longsor kedua terjadi Senin (4/1/2021) kemarin malam sekitar pukul 20.00 WIB.
Longsor pertama menyebabkan tanah Supiya (50) susut hingga 3 meter, dapurnya rusak dan kamar mandi tak bisa ditempati karena retak dan khawatir sebab kondisinya sudah ada di bibir jurang.
Sementara longsor kedua, dapur milik Ibu Nova (tetangga Supiya) terbawa longsor. Sehingga bagian belakang dapur dan beberapa peralatan seperti kompor dan semacamnya masuk ke jurang dan tertimbun tanah.
Supiya menjelaskan, longsor yang sudah terjadi dua kali tersebut membuat tanhnya susut hingga empat meter. “Longsor pertama tiga meter ambles dan kemarin satu meter,” katanya saat dikonfirmasi di kediamannya, Rabu (6/1/2021).
Namun sayangnya kata dia, dari dua kejadian tersebut tak ada penanganan apa pun dari Pemerintah Kabupaten Bondowoso.
“Yang tahun 2018 tak ada penanganan pada longsornya. Tidak ada sama sekali. Hanya sembako. Dulu hanya petugasnya meninjau tak ada apa-apa lagi. Sekarang belum ada juga. Padahal bagian bangunan sudah mulai retak lagi,” ungkapnya.
Perempuan yang sehari-hari sebagai pedagang kelontong itu menunjukkan kondisi belakang rumahnya yang mulai retak.
“Dulu tanah yang ambles itu adalah tempat jemuran, kamar mandi, dapur dan sumur. Sekarang tak ada semua. Kamar mandi tak dipakai karena persis di bibir jurang sudah,” terangnya.
Saat ini dia mandi di samping rumahnya menggunakan ember. Sementara dapurnya juga mulai pindah memanfaatkan ruang sempit di dekat kamarnya.
“Dapur lama sudah lama tak ditempati. Sumur tidak ada airnya karena rembes ke jurang itu. Kita numpang air ke tetangga. Kalau siang mati airnya,” terangnya.
Dijelaskannya juga, bahwa tanah yang ia tempati adalah miliknya bukan hak pakai. Di dalam rumah itu terdapat dua KK. Dirinya dan anaknya yang sudah bersuami. “Sudah 20 tahun saya di sini. Tanah ini ada surat-suratnya. Kami tidak numpang,” paparnya saat dikonfirmasi.
Dia memastikan bahwa longsor bukan karena air sungai. Sebab sungai dengan tebing sangat jauh. “Jauh, tidak mengalir ke sini kalau air,” imbuhnya.
Ditambahkan oleh anaknya Juwariya (26), bahwa ban yang disebut untuk menanggulangi longsor oleh Pihak Kelurahan. Pihaknya berani bertanggung jawab itu bukan untuk antisipasi longsor.
“Karena ada di pinggir sungai dan jaraknya jauh dari tebing yang longsor. Ban itu kalau tidak salah Program anak SMK untuk mancing,” jelasnya.
Mereka berharap pemerintah Kabupaten Bondowoso memberikan perhatian khusus dan melakukan penanganan terhadap longsor tersebut. “Sebab kalau tidak, bisa-bisa habis rumah kami ini. Mau benerin sendiri tak ada biaya,” terangnya.
Sementara ketika hendak dikonfirmasi melalui sambungan telepon terkait longsor Kampung Teplek tersebut, Pj Sekretaris Daerah Pemkab Bondowoso Soekaryo dan Plt Kalaksa BPBD Kabupaten Bondowoso sama-sama tak memberikan jawaban. (*/Rois)