JAKARTA, beritalima.com | Ketika banyak pihak menghujat kinerja Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan yang dinilai tidak punya kapasitas menyelesaikan masalah DKI Jakarta, LSM LIRA (Lumbung Informasi Rakyat) yang kerap mengkritisi justru memberi pembelaan. Menurut LSM LIRA, Anies yang digadang-gadang punya peluang pada Pilpres 2024 itu, mimiliki kapasitas dan kapabilitas yang cukup untuk menyelesaikan berbagai masalah di DKI Jakarta.
Kepada Wartawan di Jakarta Pendiri dan Presiden LSM LIRA, HM. Jusuf Rizal menyebutkan hujatan yang ditujukan pada Anies lebih banyak bermuatan politik karena Anies memiliki Potensi untuk maju pada Pilpres 2024. Ada grand design untuk melakukan pembunuhan karakter seolah-olah Anies tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk membenahi berbagai masalah di DKI Jakarta.
“Menurut saya Anies punya kapasitas dan kapabilitas yang cukup untuk menyelesaikan berbagai masalah di DKI Jakarta. Tetapi memang tidak bisa sekaligus. Perlu tahapan yang cukup, apalagi ingin memuaskan semua pihak. Masalah di Jakarta bukan hanya Sampah dan Polusi, tapi juga masalah sosial kemasyarakatan yang perlu menperoleh perhatian,” tegas Jusuf Rizal yang Ketua Presidium The President Center Relawan Jokowi-KH.Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019 itu.
Dikatakan berbagai masalah Yang muncul, misalnya Polusi Udara tidaklah bijak jika masyarakat hanya bisa menyalahkan Anies. Banyak faktor yang menyebabkan buruknya kualitas udara Jakarta. Tidak hanya disebabkan polusi kendaraan, terutama motor, tetapi juga dipicu pembangunan sebelum Anies memimpin Jakarta yang menggerus ruang hijau Jakarta.
Untuk itu diperlukan Kebijakan yang konprihensip tapi tidak merugikan masyarakat. Problem dari polusi terbesar adalah kendaraan. Karena itu perlu regulasi terhadap sektor ini. Pembatasan kendaraan 10 tahun, lanjut Jusuf Rizal bukan solusi karena dapat merugikan masyarakat. Yang diperlukan adalah semua kendaraan harus “lolos uji emisi”. Bagi kendaraan yang tidak lolos uji emisi “tidak dikeluarkan izin perpanjangan STNK” dan mobil diberi dengan tanda tertentu agar diketahui umum.
Lebih jauh menurut Jusuf Rizal usia kendaraan 10 tahun belum tentu kualitas kendaraannya jelek, apabila yang memakai pemeliharaannya bagus. Jika substansinya ingin memekan polusi udara bukan pembatasan usia 10 tahun, tapi uji emisi yang ketat. Semua kendaraan wajib uji emisi termasuk sepeda motor. Pemda tinggal menyiapkan pelayanan terpadu dengan Dishub dan Kepolisian.
Berikutnya adalah ruang hijau. DKI Jakarta mulai kekurangan ruang hijau karena pembangunan yang merusak ekosistim. Pembangunan jalan, mall dan perkantoran menggusur ruang hijau yang dapat menekan polusi. Ruang-ruang hijau disetiap Kelurahan telah habis karena tidak terpelihara. Dinas pertamanan dinilai kurang baik pemeliharaannya. Di daerah Tugu Tani Kembang banyak kering karena tidak terpelihara.
“Jadi Anies perlu memberi perhatian penuh untuk menghijaukan kembali Kota Jakarta. Dulu monas hijau dan rindang, kini kering kerontang. Dulu Gelora Bung Karno hijau, kini jadi beton-beton kering. Padahal itu jadi paru-paru Kota. Galakkan kembali penghijauan di Jakarta dan setiap perkantoran, fasum fasos, dan rumah-rumah wajib tanam pohon. Buat Gerakan Hijau Jakarta,” tegas pria berdarah Madura-Batak itu sambil menyebutkan buruknya kualitas udara Jakarta turut dipicu kemarau panjang.
Begitu juga masalah sampah di Jakarta sejak lama sudah bermasalah karena keterbatasan lahan pengolahan sampah, tehnologi yang tepat guna, lemahnya budaya bersih masyarakat dan Penegakan hukum atas Perda. Sampah terbesar di DKI Jakarta adalah sampah rumah tangga. Untuk itu perlu digalakkan bersih lingkungan mulai dari RT, Ibu-Ibu PKK, Karang Taruna dan masyarakat.
Masalah sampah di DKI Jakarta ada dua. Pertama kebersihan yang berpengaruh pada lingkungan. Masyarakat masih kurang disiplin dan sembarangan membuang sampah. Pada aspek ini Pemda perlu tegas menegakkan aturan. Yang melanggar denda. Siapkan tempat pembuangan sampah kering dan basah. Agar Wajah Jakarta bersih.
Kedua masalah pengelolaan sampah. Untuk mencari solusi pengelolaan sampah Pemda DKI Jakarta perlu mengajak semua pihak bekerjasama dan menjadikan pengelolaan sampah sebagai kegiatan usaha. Tidak hanya sebatas penggunaan tehnologi, tapi juga unit usaha yang membuka peluang usaha. Diberbagai negara sampah dapat di plan kembali menjadi berbagai produk, seperti baju dan selimut, dll
“Saya ini orang Madura. Urusan barang bekas dan sampah bisa jadi duit. Anies perlu juga tau tehnis masalah pengelolaan sampah dibawah. Dibawah itu ada mafia sampah. Ada juga kebocoran pengelolaannya Anggaran yang kami duga sudah berlangsung sejak Gubernur dipimpin Sutiyoso. Banyak investor yang mau inves pengelolaan sampah. DKI Jakarta bukan keluar duit, tapi dapat duit, namun ini banyak tak berjalan,” papar Jusuf Rizal
Jadi menyelesaikan masalah DKI Jakarta bukan hal yang sulit bagi Anies. Ini ditunjukkan dengan berbagai penghargaan atas prestasinya selama dua tahun pimpin Jakarta. Ada yang tidak puas, itu wajar. Anies memang beda gaya dengan Ahok dalam memimpin DKI Jakarta. Jika saat ini sering di bully itu karena ingin merusak elektabilitas dan citranya sebagai Gubernur Yang berhasil.
Agar serangan tidak melulu terfokus pada Anies, sebaiknya Anies segera meminta kepada DPRD untuk mengisi kekosongan Wagub yang di tinggal Sandiaga Uno. Pengelolaan DKI Jakarta yang sangat kompleks ini tidak bisa hanya ditangani Gubernur sendiri, tapi juga perlu Wagub agar ada pembagian tugas dalam tata kelolanya.
“Prinsip LSM LIRA mendukung Anies untuk mengelola DKI Jakarta yang lebih baik dan maju. LSM LIRA siap menjadi “mata dan telinga” bagi kemajuan Jakarta serta akan memberikan gagasan, masukan dan kritikan yang konstruktif mendukung kinerja Anies. Hendaknya Anies lebih banyak lagi melibatkan Civil Society Organization,” papar pria yang juga menjabat Wakil Ketua Umum KSPSI (Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) itu. (rr)