Mahasiswa UGM Ciptakan Pregnancy and Estrous Kit for Cattle, Kit Deteksi Kebuntingan Dini dan Birahi Pada Sapi berbasis Internet of Things

  • Whatsapp

Tim PKM Karsa Cipta dari Universitas Gadjah Mada, yang diketuai oleh Rohhi Unggul Laksonowati (Fakultas Kedokteran Hewan) dan beranggotakan Rizky Pawestri Utami (Fakultas Kedokteran Hewan), Syifa Salsabila Putri Priambodo, Muhammad Thoriq Kusumo Satrio (Prodi Teknik Biomedis), dan Awinda Zharfani Puspasari (Prodi Teknik Industri) menciptakan Pregnancy and Estrous Kit for Cattle yang merupakan sebuah kit yang mampu membantu peternak untuk mendeteksi kebuntingan dini dan birahi pada sapi. Kit ini didukung fitur Internet of Things. Oleh karena itu, kit dilengkapi aplikasi smartphone yang bernama Farm.co yang bertujuan menghubungkan kit dengan ponsel peternak.

“Terkadang peternak sendiri masih sering salah menduga bahwa ternak mereka sedang birahi ketika ternak mengeluarkan lendir serviks, padahal pada sapi yang sedang bunting juga dapat mengeluarkan lendir serviks yang berguna untuk melindungi kebuntingannya. Keluarnya lendir serviks itu sering disangka oleh peternak sebagai tanda-tanda birahi, sehingga peternak melakukan Inseminasi buatan. Oleh karena itu, kami menciptakan kit yang mampu membantu peternak dalam mendeteksi birahi dan mendeteksi kebuntingan dini dengan usia janin 1 bulan, agar peternak melakukan Inseminasi Buatan (IB) yang tepat” jelas Rizky, anggota tim, Senin (4/10).

Rohhi, ketua tim, menjelaskan bahwa Pregnancy and Estrous Kit for Cattle mengadopsi konsep dari test pack digital pada ibu hamil. Namun pada testpack digital dari Pregnancy and Estrous Kit for Cattle terdapat beberapa ubahan dari testpack manusia. Pertama, Pada rangkaian testpack tersebut digunakan rangkaian dan desain PCB yang berbeda. Kedua, pada Pregnancy and Estrous Kit for Cattle, test pack digital digunakan untuk mendeteksi keberadaan hormon estrogen dalam urin. Tak hanya itu, Pregnancy and Estrous Kit for Cattle mengkombinasikan test pack digital dengan pH meter untuk mendeteksi pH lendir serviks.

Deteksi kebuntingan yang sering digunakan saat ini yaitu palpasi rektal, dikarenakan metode ini murah dibandingkan dengan deteksi lainnya seperti USG. Namun, palpasi rektal tidak dapat dilakukan pada awal kebuntingan karena tidak dapat mendeteksi adanya fetus dan bila dilakukan akan menyebabkan keguguran. Hal ini tentu tidak terjadi pada Pregnancy and Estrous Kit for Cattle karena saat kit digunakan untuk deteksi, kit tidak akan berkontak langsung dengan sapi. Sehingga kit ini aman dan tidak menimbulkan resiko pada sapi terutama pada sapi yang sedang bunting. Selain itu, kit ini dapat digunakan berulang-ulang karena peternak cukup mengganti strip dengan strip yang baru, sehingga peternak dapat menggunakan 1 kit yang cukup untuk digunakan seterusnya.

Pembuatan alat ini didanai oleh Kemenristekdikti dengan biaya sejumlah 8 juta dan memakan waktu 4 bulan lamanya.

“Kit ini telah dilengkapi fitur Internet of Things (IoT) dimana kami telah melengkapi kit ini dengan aplikasi smartphone yang diberi nama Farm.co. Oleh karena itu, pembacaan hasil deteksi dapat dilakukan melalui ponsel peternak. Selain itu, Farm.co memungkinkan peternak untuk menyimpan data sapi dan data pembacaan hasil deteksi. Dari data pembacaan hasil deteksi yang tersimpan, selanjutnya aplikasi akan memprediksi siklus birahi selanjutnya.” ujar Syifa, anggota tim, Senin (4/10).

Tim ini berharap Pregnancy and Estrous Kit for Cattle yang dilengkapi dengan aplikasi smartphone Farm.co mampu membantu peternak dalam recording juga memudahkan peternak dalam melakukan deteksi kebuntingan dini dan birahi untuk mencegah kerugian akibat kesalahan melakukan Inseminasi Buatan (IB).

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait