Citizen Reporter
Laporan: Ulfa Amalia
Mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UMMA
Sebanyak 19 mahasiswa prodi S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muslim Maros (FKIP UMMA) kuliah lapangan di Mesjid Tua Katangka, Makam Sultan Hasanuddin, dan Mesjid Muhammad Cheng Hoo di Samata Gowa, Selasa (01/5/2018).
Selama dalam kunjungan mahasiswa ini didampingi oleh dua dosen, yakni dosen pengampuh mata kuliah Jurnalistik Dr. Muhammad Yahya, M. Si dan dosen mata kuliah Sosiologi Pendidikan Dr. Ahdan Sinilele, M. Si.
Studi lapang ini diharapkan para mahasiswa bisa mendapatkan wawasan dan pengetahuan tentang jejak-jejak kehadiran Islam di Sulawesi Selatan dengan mengunjungi mesjid tua Katangka serta mengunjungi Raja Gowa yang pertama Sultan Alauddin yang namanya diabadikan dalam Universitas Alauddin Makassar.
Kemudian lokasi ketiga yang dikunjungi adalah Mesjid Muhammad Cheng Hoo, mesjid ini berada di bundaran Samata yang dibangun oleh Persatuan Islam Tionghoa Indonesia.
Sebuah komunitas Tionghoa yang memeluk Islam dan bangunannya itu unik-unik dibanding mesjid-mesjid yang ada di Sulawesi Selatan. Salah satu bangunan yang unik adalah struktur bangunannya dan dihiasi oleh perpaduan berwarna merah yang khas dengan Tionghoa.
Selama di dua tempat yakni di Mesji Tua Katangka dan Makam Sultan Hasanuddin itu didampingi oleh bapak Kamaruddin S. Sos yang juga adalah tenaga purbakala yang memberikan informasi dan pengetahuan tentang mesjid dan makam Sultan Hasanuddin.
Ketika berada di mesjid Tionghoa mahasiswa diterima oleh dua pengurus, yang pertama bapak Abdul Halim dan Syarifuddin Tangco. Keduanya memberikan informasi dan pengetahuan secara mendetail sekali termasuk pembangunannya yang serba satu-satu.
Didirikan pada tanggal 11 November 2011 pukul 11.00 WITA oleh orang Tionghoa. Sumber dana yang diterima yaitu dari ummat dan datang dari beragam lintas agama.
Kegiatan study lapangan ini akan terus dilakukan di tahun akan menurut salah satu dosen pengampuh yakni, Ahdan Sinilele dengan membawa mahasiswa keluar kampus itu akan menambah wawasan dan membuka pikiran semakin luas setelah menyelesaikan studinya.
Selama dalam studi lapang ini juga melibatkan aktivis dari pers mahasiswa Universitas Sawerigading Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) sebanyak empat orang dan menjadi pembimbing di lapangan sekaligus membagi pengalaman dalam hal pengembangan UKM pers kampus.