JAKARTA, Beritalima.com– Pancasila sebagai idiologi telah terbukti mampu menyatukan bangsa Indonesia yang beragam suku, adat istiadat, bahasa dan agama.
“Karena itu, bangsa Indonesia harus terus menguatkan Pancasila dengan cara menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,” kata Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Mahyudin.
Permintaan itu disampaikan anggota DPR RI Dapil Provinsi Kalimantan Timur dalam orasi kebangsaan pelantikan pengurus Dewan Pimpinan Daerah Organisasi Masyarakat Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (DPD Ormas MKGR) Kalimantan Timur di Samarinda, semalam.
Tampak hadir pada acara tersebut antara lain, Ketua Umum DPP Ormas MKGR Roem Kono, Sekretaris Jenderal DPP Ormas MKGR Adies Kadir dan Gubernur Kalimantan Timur terpilih Isran Noor.
Menurut Mahyudin, Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai luhur yang telah terbukti dapat menyatukan bangsa Indonesai dari beragam baik suku, agama, budaya, daerah dan sebagainya.
“Indonesia pada awal kemerdekaan beberapa kali menghadapi tantangan, tapi bangsa Indonesia mampu memegang teguh persatuan dan terus menjaga persatuan karena memiliki Pancasila. Karena itu, bangsa Indonesia harus bangga memiliki idiologi Pancasila,” kata bupati Kutai Timur dua periode itu.
Diceritakan Mahyudin, pada satu kesempatan dirinya pernah berbicara dengan ketua Parlemen Yunani soal persatuan Indonesia. Ternyata ketua Parlemen Yunani itu kagum kepada bangsa Indonesia yang heterogen tapi persatuannya kuat. “Ketua Parlemen Yunani itu mengakui bangsa Indonesia sangat hebat karena mampu bersatu dalam keragaman.”
Mahyudin yang pada pemilu legislatif mendatang maju sebagai calon anggota DPD RI dari Dapil Kalimantan Timur ini menambahkan, setiap individu bangsa Indonesia harus bangga karena nilai-nilai luhur Pancasila bukan diciptakan tapi digali dan dikaji pendiri negara ini dari nilai-nilai luhur bangsa ini jauh sebelum merdeka.
Kebanggaan terhadap bangsa Indonesia, kata Mahyudin, harus muncul karena Pancasila telah terbukti sakti yakni sanggup mempertahankan negara kesatuan dari upaya penggantian Pancasila sebagai ideologi negara.
Salah satu upaya penggantian pancasila sebagai idiolohi negara itu adalah pengkhianatan PKI dalam Gerakan 30 September 1965, yang dikenal dengan G30S/PKI. “Namun, Pancasila tetap sakti tidak tergoyahkan sampai saat ini,” demikian Mahyuddin. (akhir)