Malam 1 Suro, Tradisi Jawa yang Sakral dan Mistis

  • Whatsapp
Hj. Monalisa YL . Tokoh spiritual asal Surabaya Jawa timur merayakan dan memperingati Malam 1 Suro melakukan ritual labuhan hingga berendam di pantai dan melarung ancak berupa nasi tumpeng

Yogjakarta, beritalima.com| Menjelang malam tahun baru Hijriyah atau 1 Muharam, sejumlah pantai di Kabupaten Bantul jogjaJogja Karta menjadi tempat untuk merayakan tahun baru lewat berbagai ritual yang dilakukan oleh masyarakat, khususnya di Pantai Parangkusumo.

Hj. Monalisa YL . Tokoh spiritual asal Surabaya Jawa timur merayakan dan memperingati Malam 1 Suro melakukan ritual labuhan hingga berendam di pantai dan melarung ancak berupa nasi tumpeng

Seperti yang dilakukan oleh Hj. Monalisa YL . Tokoh spiritual asal Surabaya Jawa timur merayakan dan memperingati Malam 1 Suro melakukan ritual labuhan hingga berendam di pantai dan melarung ancak berupa nasi tumpeng.

Hj. Monalisa mengatakan seperti tradisi setiap malam 1 Muharam atau malam 1 Suro, Pantai Parangkusumo dipadati oleh ribuan masyarakat. Mulai dari sekadar merayakan pergantian tahun baru Hijriyah hingga melakukan tradisi melabuh sesaji atau berendam di pantai yang punya sugesti positif bagi warga yang mempercayainya.

Menurut Monalisa, Suro dimaknai sebagai bulan pertama dalam sistem kalender Jawa-Islam. Penyebutan kata ‘suro’ bagi orang Jawa ialah bulan Muharam dalam kalender Hijriah. Kata tersebut berasal dari kata ‘Asyura’ dalam bahasa Arab dan dicetuskan oleh pemimpin Kerajaan Mataram Islam, Sultan Agung.

Namun Sultan Agung masih memadupadankan penanggalan Hijriah dengan tarikh Saka, “Tujuannya dapat merayakan keagamaan diadakan bersamaan dengan seluruh umat Islam dan menyatukan masyarakat Jawa yang terpecah saat itu antara kaum Abangan (Kejawen) dan Putihan (Islam)”, jelasnya.

Ketua Sahabat Polisi Jawa Timur ini mengungkapkan, Makna malam 1 Suro memang banyak diisi dengan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan tradisi budaya Jawa, pada dasarnya hal tersebut dilakukan sebagai bukti kekayaan Indonesia yang beraneka ragam dan perlu untuk dilestarikan.

(An)

beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *