PONOROGO, beritalima.com- Puluhan mantan buruh migran (TKI/TKW) dan pengurus pers mahasiswa se-Eks Karesidenan Madiun (Madiun Kota/Kabupaten, Ngawi, Ponorogo, Pacitan dan Magetan) melakukan gerakan menyilangkan tangan di depan dada, mendorong, hingga bersujud menjadi gerakan yang sering muncul dalam One Billion Rising dance, di aula Kampus STAIN Ponorogo, Jawa Timur Minggu 19 Pebruari 2017.
Pengurus Keluarga Besar Buruh Migran (Kabar Bumi) Erwiana, menyatakan, tarian massal ini mereka lakukan sebagai bentuk kampanye perlawanan terhadap kekerasan terhadap perempuan dan anak yang semakin marak akhir-akhir ini.
“Tarian ini sudah marak di seluruh dunia. Di Eropa, Asia dan banyak negara lain sudah mulai dilakukan. Hari ini kita melakukan One Billion Rising untuk turut mengkampanyekan gerakan ini, gerakan anti kekerasan terhadap perempuan dan anak,” terang Erwiana, kepada wartawan.
Menurutnya lagi, tarian yang dilakukan secara massal ini divideokan untuk diunggah di dunia maya. “Tentunya agar gerakan ini semakin dikenal dan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak bisa semakin ditekan,” harapnya.
Gerakan yang sering disingkat OBR ini, tambahnya, harus benar-benar didukung. Apalagi seringkali kekerasan ini dialami oleh para buruh migran atau tenaga kerja Indonesia atau TKI.
“Kita dukung dengan ikut menari dan unggah. Menari kan mudah dilakukan dan lebih menarik sehingga kami berharap lebih terdengar, terlihat dan lebih banyak yang mengetahui dan memperhatikan kampanye ini,” papar Erwiana.
Salah satu pengurus PPMI, Ikhsan Fauzi, menambahkan, saat ini para pengurus pers mahasiswa memang cukup concern terhadap perjuangan buruh migran. Termasuk perlawanan terhadap kekerasan yang sering menimpa buruh migran, terutama para TKW. “Dan cara ini (flashmob One Billion Rising dance), cara yang kreatif. Sehingga kami ikut berpartisipasi,” kata Ikhsan.
Harapannya, lanjut Ikhsan, kampanye ini akan membuat kekerasan terhadap perempuan dan anak semakin menurun angkanya. Bahkan kalau bisa hilang dihilangkan.
Isu tentang buruh migran, juga menjadi perhatian tersendiri bagi para pengurus pers mahasiswa. Karena itu, mereka akan mengangkat isu buruh migran ini menjadi salah satu topik bahasan dalam tulisan mereka di majalah kampus. (Rohman/Dibyo).
Foto: Istimewa