JAKARTA, Beritalima.com– Untuk meningkatkan hubungan antar negara berpenduduk Muslim dalam memerangi radikalisme, ekstrimisme dalam menjaga perdamaian perlu dibentuk semacam Forum Majelis Syuro Dunia.
Untuk itu, kata Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo MPR RI menginisiasi pembentukan Forum Majelis Syuro sedunia beranggotakan negara-negara yang tergabung dalam negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
“Alhamdulillah pimpinan Majelis Syuro (MPR-red) Maroko mendukung penuh gagasan MPR RI membentuk Forum Majelis Syuro Sedunia itu,” kata Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo dalam keterangan tertulis yang diterima awak media Parlemen Indoneisa, Rabu (25/12).
Dalam kunjungan ke Rabat, Maroko, Rabu (25/12). politisi senior Partai Golkar ini bersama rombongan didampingi Duta Besar Indonesia, Hasrul Azwar. Rombongan diterima Ketua MPR Maroko, Hakim Benchamach di Gedung Parlemen Maroko di Rabat.
Dalam pertemuan itu, kata pria yang akrab disapa Bamsoet ini, Majelis Syuro Maroko memberi dukungan. Sebelum Maroko, Majelis Syuro Arab Saudi dan Raja Salman juga telah memberikan dukungan serupa.
Itu semakin memperkuat MPR RI membentuk Forum Majelis Syuro Sedunia.
Dikatakan, Maroko tidak hanya sekadar mendukung, juga berjanji terlibat aktif mewujudkan gagasan itu. Untuk itu, Ketua Majelis Syuro Maroko akan mengajak negara-negara Arab, Eropa dan negara lainnya di Afrika untuk bergabung,” tutur Bamsoet.
Dalam pertemuan itu, Bamsoet mengungkapkan keprihatinannya terkait banyaknya generasi muda terjerat dan menjadi korban ideologi terorisme, radikalisme dan ekstremisme.
Regionalisasi terorisme banyak melibatkan generasi muda, termasuk perempuan dan anak-anak yang menjadi teroris dan Foreign Terorist Fighters (FTF).
“Diperlukan upaya bersama, terutama yang tergabung dalam OKI, untuk mtningkatkan upaya kolektif dalam penanggulangan terorisme. Khususnya, dengan mengatasi akar masalah dan melakukan kontranarasi terhadap ideologi radikal,” kata Bamsoet.
Pria kelahiran Jakarta, 10 September 1962 ini
mengatakan masih banyak negara di dunia yang mengkaitkan terorisme dengan agama Islam, sehingga memunculkan Islamophobia.
Padahal, kata Bamsoet, agama Islam sama sekali tidak mengajarkan serta membenarkan aksi radikalisme dan terorisme.
Tidak bisa dipungkiri masih ada ketakutan sejumlah negara di dunia terhadap masalah radikalisme dan terorisme yang diidentikan dengan agama Islam.
“Pandangan seperti ini harus kita luruskan bersama. Sebab, kita semua sepakat antara agama dan terorisme sama sekali tidak berhubungan dan bertolak belakang. Tidak ada satupun agama di dunia yang mengajarkan tentang terorisme,” demikian Bambang Soesatyo. (akhir)