Junda Alwafi Marzuki
Masyarakat di dunia menganggap pendidikan adalah suatu hal yang sangat penting. Jepang, China dan Finlandia merupakan negara yang berpendidikan maju. Tetapi masih banyak negara yang berpendidikan rendah, sebagai contoh adalah negara Indonesia. Pendidikan di Indonesia adalah tangung jawab menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Siswa di Indonesia diwajibkan belajar di sekolah minimal 12 tahun. Pendidikan di Indonesia ada beberapa jenjang yaitu Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan serta Pendidikan Tinggi.
Pendidikan di Indonesia banyak mengalami permasalahan. Masalah pendidikan di Indonesia salah satunya adalah seringkali bergantinya kurikulum pendidikan. Hal ini membuat pelaksanaanya selalu membutuhkan pelatihan dan segala macamnya. Hingga kini saja, kurikulum 2013 masih banyak pelatihannya. Artinya dalam 7 tahun pelaksanaannya, penguasaan kurikulum belum final. Sehingga kurikulum ini sangat rumit untuk diterapkan di sekolah. Terjadinya gonta-ganti kurikulum ini karena setiap pergantian menteri selalu ada perubahan kurikulum. Pembelajaran murid-murid seringkali membingungkan.
Tidak hanya murid tetapi juga guru-guru akan juga merasa bingung, ini terlihat dari gaya dan metode guru mengajar seprtinya begitu-begitu saja. Kenapa guru juga merasa bingung? Karena seandainya kurikulum sering berubah, guru akan membuat ulang model-model perangkat pembelajaran dang pengembangan silabus, dll.
Selain masalah kurikulum masalah pendidikan di Indonesia adalah lamanya belajar setiap hari. Murid atau pelajar dituntut untuk belajar paling tidak selama 12 tahun, selama satu hari siswa belajar di sekolah selama 7-9 jam dan juga siswa dibebani oleh tugas-tugas sekolah maupun pekerjaan-pekerjaan rumah. Sering tugas terlihat tidak masuk akal saking banyaknya tugas. Siswa harus mampu menguasai banyak mata pelajaran. Akhirnya siswa menerima lebih dari sepuluh mata pelajaran. Hal ini membuat pemahaman tidak fokus. Ibaratnya, siswa mengetahui banyak hal tetapi dangkal. Lain halnya kalau mata pelajarannya dipangkas menjadi sedikit. Maka siswa akan mengetahui sedikit hal tetapi pengetahuannya mendalam dan fokus.
Tingkat literasipun di Indonesia masih sangat rendah. Hal ini yang menyebabkan murid atau pelajar kurang wawasan atau minim wawasan. Penekanan literasi masih kurang di sekolah-sekolah. Mengapa? Yang bukan lain adalah karena padatnya kurikulum sehingga seolah-olah tidak ada waktu lagi bagi siswa untuk mendalami literasi seperti membaca buku-buku ilmu pengetahuan dan sastra, menulis, dll.
Masalah lain pendidikan di Indonesia adalah buruknya infrastruktur atau pembangunan hingga kurangnya mutu guru atau guru yang berprofesional. Beberapa kali kita dikagetkan oleh ambruknya bangunan sekolah. Sedihnya, peristiwa itu sampai mernggut nyawa siswa maupun guru. Ada juga seorang guru yang mengajar sambil mengenakan helm di kepalanya. Dia merasa khawatir kejatuhan benda-benda atap ruangan yang sudah rapuh. Perhatian terhadap infrastruktur perlu ditingkatkan lagi.
Masalah lainnya adalah kualitas guru yang masih rendah. Salah satu penyebabnya adalah minimnya peningkatan kapasitas guru dan pelatihan-pelatihan yang mampu meningkatkan pemahaman guru terhadap proses belajar mengajar. Ada juga guru yang masih mengampu mata pelajaran yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Misalnya, guru Matematika terpaksa mengajar Mata Pelajaran Bahasa Inggris. Hal ini terjadi di banyak sekolah di Indonesia.
Solusi yang tepat menurut saya mengenai permasalahan pendidikan di Indonesia adalah tidak selalu mengganti kurikulum pendidikan. Artinya pemerintah harus bisa membuat kurikulum yang bertahan lama misalnya 20-30 tahun. Namun demikian perbaikan minor boleh saja dilakukan selama pelaksanaan kurikulum tersebut. Penambahan jam untuk kegiatan praktek daripada teori itu penting karena dengan teori selama 8-9 jam menyebabkan pelajar merasa bosan.
Pelajar juga diwajibkan untuk menerapkan literasi terlebih dahulu sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Hal ini dilakukan supaya potensi pelajar semakin berkembang dan memiliki wawasan yang luas. Mengenai permasalahan infrastruktur atau pembangunan gedung sekolah yang buruk atau tidak merata sebaiknya pemerintah segera menganggarkan biaya pembangunan terhadap sekolah-sekolah yang sudah tidak layak, jangan malah menambah fasilitas bagi sekolah-sekolah yang sudah maju.