Mau Hidup Sehat, Konsumsi Beras Pecah Kulit Yang Murah

  • Whatsapp

SURABAYA, Beritalima.com|
Banyak slogan yang menyatakan bahwa hidup sehat itu mahal. Kenyataannya, justru hidup sehat itu murah meriah. Dengan mengkonsumsi makanan yang tidak mahal, namun memiliki gizi yang seimbang, sudah menjamin kita bisa hidup sehat. Tidak perlu membeli berbagai jenis vitamin dan minuman-minuman herbal yang harganya tidak bersahabat.

Jaman dahulu, orang tua kita mengkonsumsi beras yang warnanya kecoklatan, dan menggunakan “Tajin” sebagai pengganti susu, kita sudah kenyang dan sehat. Tajin yang warnanya putih itu, memang menyerupai susu, penuh vitamin B yang sangat dibutuhkan tubuh untuk mencegah penyakit beri-beri (pembengkakan pada syaraf kulit).

Jaman kemudian berubah, banyak pabrik beras didirikan, beras sudah berubah menjadi lebih bersih dijual dalam kemasan yang sangat mahal. Kebiasaan hidup sehat dengan mengkonsumsi beras “selep” pecah kulit, akhirnya hilang, digantikan oleh beras yang diproses beberapa kali, sehingga vitamin dan mineral yang terkandung di dalam beras, terbuang dan hilang. Yang tertinggal hanya karbohidratnya saja dan rasa manis. Hal inilah yang kemudian menyebabkan jaman sekarang, jutaan orang meninggal karena mengidap Diabetes mellitus (kencing manis). Demikian penjelasan yang disampaikan oleh Viera Nu’Riza Pratiwi dari lembaga pengabdian masyarakat Unusa (Universitas NU Surabaya) dalam seminar bertajuk Hidup Sehat Konsumsi Makanan Mengandung Gizi seimbang. Acara tersebut dihelat di rumah Pangan kita dan diprakarsai oleh Hason Sitorus.

“Jadi salah satu keuntungan beras pecah kulit itu kalau dibandingkan dengan beras putih biasa, ya karena beras ini hanya mengalami satu kali proses yaitu pemecahan kulit paling luar. Ketika dalam bulan puasa kita konsumsi beras pecah kulit ini, keuntungannya adalah relatif lebih lama kenyangnya. Karena di komponen brand ataupun bekatul yang masih ada di beras tersebut, ya yang masih nempel di beras tersebut itu mengandung serat-serat, ini juga memberikan Efek kenyang lebih lama,” terang Viera.

Viera menjelaskan bahwa dengan mengkonsumsi protein katakanlah berbeda jumlah itu, juga akan memberikan efek lebih kenyang untuk waktu yang lebih lama, jika dibandingkan dengan mengkonsumsi beras putih bersih yang sudah mengalami banyak proses. Rasanya memang lebih enak, banyak rasa manisnya, hal ini memicu terjadinya penumpukan kadar gula dalam darah, yang akan menyebabkan terjadinya penyakit diabetes mellitus.

“Memang tidak bisa dipukul rata untuk semua. Ada sebagian masyarakat yang paham tentang kesehatan, makan nasinya terbatas atau dibatasi. Untuk menjadi sehat, konsumsi nasi itu dalam 1 hari, hanya membutuhkan 400 kalori. Jadi ini akan berbeda lagi ketika kita ngomongnya jenis kelamin. Tapi kalau dipukul rata, rata-rata kalori setiap orang adalah sekitar 2.000, dimana 2000 ini dibagi ya, dari asupan karbohidrat, protein, lemak dan yang lainnya. Untuk karbohidrat sendiri memang kisarannya adalah maksimal 400-500 kalori dalam 1 hari, bukan dalam satu kali makan. 500 kalori ini bisa kita bagi ke berapa kali makan. Kalau misalnya makannya tiga kali bisa dibagi tiga, kalau makannya dua kali, ya 500 dibagi dua,” sambungnya.

Bagaimana merubah mindset bahwa beras putih bersih dalam kemasan yang rasanya enak, manis, kemudian dikembalikan ke pola hidup sehat yang dulu diterapkan oleh orang tua, yaitu dengan mengkonsumsi beras coklat yang sehat, harganya murah.

“Yang banyak adalah masyarakat ini kurang bisa menerima tekstur, untuk masalah bau tidak terlalu bermasalah. Yang kurang diterima adalah tekstur dan mungkin warna tidak sebersih beras putih, teksturnya yang cenderung lebih cerah, dan mudah didapat,” lanjutnya.

Sementara itu Hason Sitorus memaparkan, untuk memproduksi beras pecah kulit itu sebenarnya lebih sederhana, karena itu bisa dikerjakan oleh orang-orang desa
yang keliling di desa-desa saat panen raya, untuk menawarkan jasanya menyelepkan padi yang baru dipanen.

“Beras pecah kulit warna coklat ini, biasanya dikonsumsi masyarakat pedesaan. Dan bagi mereka itu bisa diterima. Tapi masyarakat perkotaan kan ingin yang kristal, yang besar, dan untuk bisa mengikis kayak model kristal itu kan yang menjadi problema. Sekarang ini kalau beras putih bersih disebut beras premium harganya relatif mahal,” tandasnya.

Seminar yang dihadiri berkisar 50 orang dari berbagai latar belakang masyarakat tersebut, salah satunya yaitu Farida sekretaris majelis ekonomi Kota Surabaya. Wanita paruh baya ini menyampaikan bahwa pihaknya
memang harusnya perlu tahu manfaat bagi kesehatan masyarakat terhadap keberadaan beraneka ragam beras yang dijual di pasaran.

“Selama ini mungkin kita tidak tahu prosesnya, bagaimana beras yang dijual di pasaran itu seperti apa. Setelah mengetahui ini, menurut saya tidak semudah itu, untuk merubah mindset masyarakat yang sudah menikmati kehadiran beras premium yang rasanya lebih enak.
Butuh waktu untuk mensosialisasikan kualitas beras pecah kulit ini. Untuk bisa dikonsumsi oleh masyarakat, kita harus ber proses memberikan edukasilah, paling tidak kepada sekitar kita, kebetulan juga ini di Aisyah kan ada lumbung pangan, mudah-mudahan kami bisa menyampaikan hasil dari seminar ini. Juga sebagai bahan pengetahuan kita semuanya, bahwa beras pecah kulit yang warnanya kecoklatan ini, kualitas gizinya lebih lengkap, harganya juga jauh lebih murah,” pungkasnya.(Yul)

beritalima.com

Pos terkait