JAKARTA, Beritalima.com– Pimpinan Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat di Sibolangit, Max Sopacua menuding Kepala bidang Komunikasi Strategis kubu AHY, Herzaky Mahendra Putera sosok penjilat paripurna karena menuding Marzuki Alie melakukan playing victim dan menyebut jabatan Sekjen Demokrat sebagai pemberian Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“Herzaky masuk kelompok panjang lidah di lingkungan Partai Demokrat. Pak Marzuki itu banyak berkorban untuk Partai Demokrat. Dia itu punya saham. Dari Partai Demokrat nothing menjadi something seperti saat ini,” kata Max kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (22/5).
“Herzaky baru masuk Demokrat 2018 lewat Kogasma. Namun, dia seolah merasa sebagai owner. Kalau mau merasakan bagaimana perjuangan dan jadi Ketua DPR seperti Pak Marzuki, Demokrat harus menjadi pemenang Pemilu dulu. Belum jadi anggota DPR saja seolah menjadi pejuang partai,” tambah Max.
Menurut Wakil Ketua Komisi IX DPR RI 2009-2014 ini, sangat pantas Pak Marzuki Alie merasa dizalimi karena selama ini berjuang banyak untuk partai dan menjadikan SBY dari nobody menjadi somebody.
“Pak Marzuki selalu mendampingi SBY setiap blusukan ke daerah dengan mengorbankan jabatan direksi di BUMN. Pak Marzuki juga selalu menjadi tameng karena saat itu SBY takut permainan politiknya diketahui Mega.
Namun, apa balasan SBY menzaliminya, disingkirkan, difinah, dipecat dan digugat seperti sekarang ini,” ujar Max emosional.
Max mengingatkan Herzaky dan kader Demokrat lainnya, Marzuki menjadi Ketua DPR 2009 bukan hadiah SBY. Menjadi Ketua DPR RI bukan hadiah SBY, tetapi keniscayaan. Waktu itu Marzuki Alie Sekjen Partai Demokrat yang menjadi pemenang Pemilu.
“Jadi, wajar saja SBY merestuinya karena Demokrat waktu itu masih dalam track yang benar sebagai partai terbuka dan untuk rakyat,” kata Max, politisi yang tiga periode mendapat kepercayaan menjadi wakil rakyat dari Dapil V Provinsi Jawa Barat tersebut.
Waktu itu, Ketua Umum Partai Demokrat dipercayakan kepada almarhum Hadi Utomo, sedangkan SBY pada masa itu masuk periode kedua sebagai Presiden pilihan rakyat. “Masa Pak Marzuki menjadi Ketua DPR RI hadiah dari SBY. Aya-aya wae. Jadi, nikmati sajalah posisi sekarang sebagai penikmat,” sindir Max.
Ditambahkan politisi kelahiran Ambon, Maluku, 2 Maret 1946 tersebut, saat Pak Marzuki menjadi Ketua DPR RI, beliau didampingi Muhammad Anis Matta dan Pramono Anung sebagai wakil. Anis kala itu merupakan Sekjen PKS dan Pramono menjadi Sekjen PDIP.
Priyo Budi Santoso yang menjadi wakil Ketua DPR RI dari Fraksi Partai Golkar merupakan Ketua bidang Hubungan Legislatif dan Lembaga Politik Partai berlambang Pohon Beringin itu. “Jadi, jangan disamakan dengan sekarang, hasil Kongres 2020 dimana ketua DPRD atau ketua DPD dan DPC harus disetujui ketua majelis tinggi,” ujar Max.
Max mengkritik Partai Demokrat saat ini yang sudah melenceng jauh dari cita-cita semula. Partai Demokrat dibangun sebagai partai terbuka tetapi kini menjadi partai dinasti. “Mau bantah apa Herzaky, kenyataan Partai Demokrat telah menjadi dinasti. Dari ketua umum dan majelis tinggi,” demikian Max Sopacua. (akhir)