“Saya Ingin Mewakafkan dan Mengabdi Sebagai Dosen”
PERJUANGAN Panjang dan menapak terjal akhirnya berbuah manis. Sesuai hadits qutsi, Allah berfirman: “Wahai Anak Adam, engkau lah yang mengisi (buku catatan amalmu) dan Aku (Allah) yang akan mencatatnya.”
Inilah sekelumit sosok pria bertalenta: Mayor Laut (P) Dr. Hadi Priyono, pilot helikopter di jajaran Puspenerbal. Pria kelahiran Demak, 6 Januari 1985 memiliki kualifikasi sebagai instruktur pilot dengan berbagai jenis, heli Colibri, Heli Bilkow, Bell-412, ternyata moncer di bidang akademik.
Baru-baru ini, 12 Agustus 2023, jerih payahnya berbuah sebagai wisudawan terbaik S3 Pascasarjana Universitas Airlangga (Unair).
Apakah yang dikejar ayah dari ketiga putri penyuka hobi memacu adrenalin, sudah mendaki hampir semua gunung menjulang di Jawa? “Mungkin sudah takdir dan garis hidup. Setidaknya, saya selain abdi negara saya bisa membagikan ilmu bagi generasi mendatang,” kata Hadi Priyono.
Lanjut Ndan Priyo, sapaan akrabnya, pengalaman paling terkesan saat di Pascasarjana Unair, ketika mengerjakan tugas terbang di Papua. Dengan segala kesulitan, tantangan, dan syarat ujian kelayakan disertasi, akhirnya bisa tuntas.
“Itulah kenangan luar biasa. Kuncinya, selalu berpikir positif dan perjuangkan apa yang kamu cita-citakan. Yakin akan tercapai. Harus optimis,” ulasnya.
Begitu pula saat menjadi penerbang di Kesatuan TNI Angkatan Laut (TNI AL) tidaklah mudah. Berbagai rintangan harus dilalui oleh seorang Hadi Priyono. Dirinya, Selain jadi pilot AL, ia tetap bisa menjalankan perannya dengan penuh tanggung jawab. Berkat kegigihannya itulah Hadi Priyono dinobatkan sebagai Wisudawan Terbaik jenjang S3 Unair periode 233.
“Ini merupakan prestasi bersama. Saya bersyukur karena prestasi ini merupakan pencapaian yang tidak serta merta prestasi pribadi. Ada doa yang dikabulkan seperti orang tua, istri, dan anak serta dukungan semua pihak,” tuturnya sambil menerawang.
Kisah lain, tantangan yang dihadapi saat kuliah adalah saat ia dihadapkan dengan dua tanggung jawab. Meski demikian kondisi pembelajaran secara daring saat pandemi Covid-19 kala itu menjadikan proses yang dilaluinya sedikit lebih mudah.
“Tantangannya itu saat waktu saya mendapat tugas dari kesatuan dan ada tugas belajar. Tapi karena pembelajaran saat Covid-19 secara online jadi bisa belajar dimana-mana tidak harus di kampus,” terangnya.
Tidak kalah penting peran rektorat Unair. Dukungan pihak Pascasarjana Unair terhadap kelancaran studinya. “Saya bersyukur mendapat dukungan penuh dari Ketua Program Studi (KPS) utamanya terkait penugasan. Jadi saya masih tetap bisa menyelesaikan tugas meskipun sedang bertugas,” tuturnya.
Menurut Ndan Priyo, dirinya memilih program studi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) adalah berkat ketidaksengajaan. Tetapi setelah melaluinya, ternyata ketidaksengajaan itu yang membantunya dalam meningkatkan karir. “Nanti ke depan saya akan banyak mengurusi personil sehingga banyak ilmu saat kuliah yang akan mendukung karir saya,” paparnya.
Usai lulus dari Pascasarjana Unair, berharap bisa melanjutkan pengabdiannya kepada negara dan menjadi seorang dosen. “Saya akan mengabdi sebaik-baiknya sebagai kapasitas saya sebagai abdi negara. Dari sisi akademik, ada rencana jangka panjang akan mewakafkan diri di beberapa kampus swasta dan kampus pertahanan di Indonesia,” tutupnya.
(*)