HUNGARIA, Beritalima.com|
Universitas Airlangga (Unair) tercatat aktif dalam program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), khususnya pada Indonesian International Student Mobility Award (IISMA).
Kegiatan tersebut merupakan program beasiswa oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk mendukung mahasiswa Indonesia dalam menjalani mobilitas satu semester di perguruan tinggi terkemuka dunia.
Sebanyak 57 mahasiswa Unair berhasil menerima beasiswa IISMA dan tengah menjalani kegiatan perkuliahan di berbagai perguruan tinggi dunia. Salah satunya adalah Muhammad Salman Sanie Smeer, mahasiswa Rekayasa Nanoteknologi, Fakultas Teknologi Maju dan Multidisplin (FTMM). Ia berhasil menerima beasiswa IISMA di University of Szeged, Hungaria.
Berani Manfaatkan Peluang
University of Szeged merupakan salah satu perguruan tinggi terbaik di Eropa, khususnya dalam bidang health sciences. Perguruan tinggi tersebut juga terkenal dengan perpustakaan terbesar di Eropa Tengah serta Timur. Hal tersebut menjadi pertimbangan Salman dalam menentukan perguruan tinggi tujuan program IISMA.
Pengalaman akademik dan profesional tingkat internasional merupakan alasan terbesar Salman untuk mengikuti program IISMA. Menurutnya, menempuh pendidikan di luar negeri akan membuka pintu untuk memahami perspektif global, mengembangkan jaringan yang luas, dan meningkatkan keterampilan bahasa serta pemahaman lintas budaya.
Butuh waktu sekitar tiga bulan bagi Salman untuk mempersiapkan pendaftaran IISMA. Mulai dari melengkapi dokumen hingga seleksi wawancara. Berkat semangat dan keyakinan, Salman berhasil lolos hingga tahap akhir sebagai penerima beasiswa IISMA di perguruan tinggi impiannya itu.
“Wawancara merupakan tahap tersulit menurutku. Sebab jadwalnya bertabrakan dengan Ujian Tengah Semester (UTS). Waktu untuk mempersiapkannya juga sangat singkat, hanya lima hari. Sebenarnya cukup sulit untuk membagi waktu antara belajar UTS dan persiapan wawancara,” jelasnya.
Hadapi Culture Shock
Tidak dapat dimungkiri, Salman mengalami beberapa culture shock setibanya di Hungaria. Masyarakat setempat sangat menghargai pejalan kaki. Mobil-mobil di jalan akan berhenti cukup jauh ketika mengetahui terdapat pejalan kaki yang ingin menyeberang.
Hal lainnya yang mengagetkannya adalah makanan di negara daerah Magyar tersebut cenderung tidak berempah seperti di Indonesia. Sehingga, ia lebih sering memasak dari pada membeli di luar.
“Mayoritas masyarakat di Hungaria tidak dapat berbahasa Inggris. Mereka menggunakan bahasa aslinya yaitu bahasa Magyar. Aku mengalami sedikit kesulitan untuk berinteraksi dengan mereka. Namun, itu semua aku atasi dengan mengikuti extra class untuk mempelajari bahasa setempat,” jelasnya.
Salman mengaku IISMA merupakan program yang sangat bermanfaat dan tidak akan terlupakan. Melalui IISMA, mahasiswa mendapatkan pengalaman internasional yang harganya tak akan ternilai. Pengalaman tersebut sangat berguna untuk perkembangan mahasiswa ke depannya.
“Setelah kegiatan ini berakhir, aku ingin mengaplikasikan pengetahuan dan berbagi pengalaman untuk berkontribusi bagi Indonesia. Kita harus percaya diri karena itu merupakan kunci keberhasilan. Jangan lupa, di balik usaha keras, pasti ada doa yang kuat. Work for your world as if you will live forever, and work for your Hereafter as if you will die tomorrow,” tutup Salman. (Yul)