Beritalima.con – Melukat adalah salah satu tradisi ritual untuk membersihkan diri dari 10 sifat buruk manusia yang ada di Desa Adat Pakraman Sala, Abuan, Kabupaten Bangli Bali. Melalui ritual Malukat di sumber air suci Taman Pancamuhan, diyakini juga mampu menyebuhkan berbagai penyakit, termasuk sakit akibat black magic seperti pelet dan lainnya.
“Dengan melukat di sumber air Taman Pancamuhan, diharapkan Ida Sang Hyang Widi Wasa menganugerahkan kemampuan spiritual serta pengetahuan agar mampu dimanfaatkan dalam kehidupan,” jelas Bendesa Adat Desa Sala, Abuan, Bangli, Ir I Ketut Kayana kepada rombongan wartawan dari Korea dan PWI Pusat, Minggu, (3/11/2019).
Dijelaskan Kayana, makna dari tradisi Malukat, yaitu untuk mensucikan diri melalui air utama (Toya Daha). Artinya, air yang belum digunakan siapapun untuk mandi. Secara garis besar, masyarakat sekitar percaya mandi dengan Toya Daha, dapat membersihkan diri dari 10 energi negatif(Dasamala) yang ada dalam diri seperti Kama (nafsu atau keinginan yang tidak terkendalikan), Loba (ketamakan yang selalu ingin mendapatkan lebih), Krodha
(amarah yang tidak terlampaui batas), Mada (rasa maduk yang menggelapkan pikiran), Moha (kebingungan yang menyebabkan seseorang sulit untuk berkonsentrasi sehingga tidak dapat menyelesaikan pekerjaan dengan sempurna),
Matsarya (iri hati yang menyebabkan permusuhan).
“Ritual Malukat dimulai dari matur piuning, yaitu memohon restu pada Tuhan, agar prosesi pengelukatan berjalan lancar, serta diberikan restu oleh Tuhan. Selanjutnya prosesi mesiram di pecampuhan, yang mirip dengan pertigaan jalan,” terang Ketut Kayana.
Pecampuhan ini, jelas Kayana, diyakini sebagai sebuah tempat yang sangat suci, karena pertemuan dari dua buah sungai. Diyakini pula, pada pecampuhan tersebut sebagai tempat berkumpulnya para dewa atau yang biasa disebut Dewa Prayag.
Di sekitar sumber air suci Taman Pancamuhan terdapat beberapa air terjun dan juga beberapa kolam air tempat masyarakat melakukan ritual suci. Setiap orang yang ingin melaksanakan ritual Malukat wajib menggunakan kain merah sebagai perlindungan dari sanf pencipta, yakni Dewa Brahmana.