Membangun Ibukota

  • Whatsapp

beritalima. com | Faldo Andreo Honggowidjojo. Award Winner (Italy 2019) in Architecture, Building & Structure Design.

Design Consultant (Property Development, Architecture & Interior). Top 10 Designer in Indonesia (WDR 2019). Registered in World Design Consortium. Listed in World’s Leading Designer in Architecture Category (DAC 2019). Listed as Popular Designer in the World (PopDes 2019-2020) and Best Designers of the World (R+ 2019-2020). Anggota Dewan Internasional untuk Industri Kreatif Dunia (ICCI).

Artikel:
Kita telah banyak mendengar dari para ahli tentang spekulasi atas kemungkinan lokasi yang pantas sebagai Ibukota Negara yang baru untuk Indonesia. Kita juga telah mendengar dari para pakar yang melihat dan membahas pentingnya kajian aspek Ekonomi, Sosial, Politik, Budaya, Pertahanan dan Keamanan untuk suatu Ibukota.

Namun, dibalik semua itu, yakinlah bahwa dimanapun lokasi yang dipilih oleh negara adalah suatu keputusan yang memiliki dasar yang kuat untuk kebaikan masyarakat bersama. Lalu, apa kompleksitas dan tantangan lainnya yang memiliki beban yang sama berat akan aspek-aspek di atas? Oleh karena itu, tidak ada salahnya kita mengenal peran desainer dalam merancang sebuah ibukota secara umum dan mengetahui titik penting apa saja yang kemungkinan menjadi kajian program perancangan dalam sisi arsitektur dan tata kota.

Dibutuhkan lebih dari para arsitek untuk merancang sebuah pengembangan ibukota (termasuk secara sederhana; kota atau wilayah pengembangan dalam bidang properti). Secara umum, masyarakat lebih populer dengan tugas seorang arsitek.

Akan tetapi, dalam sebuah pembangunan secara dasar, kita membutuhkan profesi dari masing-masing tenaga ahli untuk menunjang sebuah proses di wilayah keahlian individu yang bergerak dalam kesatuan pada satu tujuan. Selain profesi arsitek yang bertanggung jawab dalam desain perancangan sebuah bangunan, contoh tenaga ahli yang lain yang dibutuhkan dalam mendukung kinerja pembangunan sebuah kota adalah; Insinyur Sipil (atau Ahli Struktur), Geodesist (Ahli Geodesi dalam memonitor dan mengukur bentuk, ukuran, fenomena geodynamic secara akurat), Photogrammetrist (mengumpulkan, mengukur dan mengintepretasi informasi geografik untuk mendukung Geodesist, Ahli Struktur dan Arsitek), Ahli MEP (dalam perancangan mekanika, listrik dan perpipaan), Properti Development Analyst (merancang studi kelayakan serta data arsitektur), Desainer Interior, Urban Planner (Insinyur Tata Kota/ Arsitek Lansekap) dan profesi-profesi lainnya yang juga dibutuhkan untuk keahlian tertentu.

Singkatnya, pembangunan sebuah kota atau ibukota sebenarnya memiliki dasar agenda yang sama dengan mengembangkan sebuah lahan pengembangan properti baru secara peran dan kebutuhannya. Namun, dengan keperluan-keperluan khusus dalam penunjangan tugas negara, perancang perlu membenamkan beberapa poin penting lebih dalam pada aspek yang menjadi prioritas.

Berikut tujuh (7) dari beberapa aspek yang dapat menjadi perhatian khusus dalam sebuah perancangan ibukota baru pada agenda arsitektur.
Dalam ilmu desain, kita mengenal dengan istilah Space Zoning Plan. Ini adalah ilmu pemetaan wilayah berdasarkan ruang dan zona dalam sebuah dasar perancangan.

Pemetaan tersebut berlaku secara 2-dimensi (denah) atau 3-d (ruang, struktur dan topography secara hierarchy). Dalam hal ini, perancangan sebuah ibukota baru tentu membutuhkan zonasi wilayah yang mencakup gedung-gedung inti (pemerintahan) dan gedung-gedung pendukung (fasilitas). Peletakan atau region dalam zonasi bukan ditentukan dari demand semata, tetapi membutuhkan kajian akan Tugas dan Fungsi setiap gedung demi menciptakan alur yang baik dalam ritme kerja, koneksi dan kesinambungan antara gedung (dan departemen). Bila kita bicara tentang perancangan zona, hal ini tidak cukup hanya pada tata kota saja, namun per satuan tiap gedung juga dirancang dengan zonasi yang baik untuk mencapai sistem Walk Flow (Alur Jalan) dan Work Flow (Alur Kerja) yang baik. Selain berbicara dalam alur yang baik, zonasi juga dilakukan atau dirancang dalam tingkatan privasi. Peletakan tersebut didasari oleh pembatasan zona publik menuju zona privasi, yang berlaku baik secara lansekap dan arsitektur. Setelah semua perancangan tersebut, desain diteruskan pada kajian Room Reserving Plan, di mana akan diterapkan pembagian tiap ruang pada prinsip-prinsip yang sama pada Space Zoning Plan.

Selanjutnya yang juga menjadi bagian penting dalam perancangan ibukota adalah keamanan. Terlepas dari kajian keamanan pada lokasi terpilih, perancangan baik pada tata kota dan arsitektur juga melibatkan dan membentuk kajian keamanan secara desain. Pada dasarnya, ada dua (2) faktor keamanan yang terlibat dalam arsitektur, yaitu; Natural Disaster (Bencana Alam) dan Outer Threats (Ancaman Luar).

Sebenarnya hal ini bukanlah spesifik pada perancangan ibukota, namun sebagai tempat penting yang mempunyai tanggung-jawab tugas negara, faktor keamanan dalam perancangan arsitektur lebih ditekankan secara mendalam. Dalam perancangannya, desainer membutuhkan perhatian khusus pada Pencegahan, Penanganan dan Evakuasi yang diterapkan dalam sebuah desain. Sebagai contoh; salah satu dari natural disaster yang mungkin terjadi adalah kebakaran. Dalam tindak pencegahannya, desainer menerapkan standar dan kalkulasi dari Fire Bureau untuk menetapkan jumlah dan lokasi Sprinkler, Hydrants, Alarm, Tabung Pemadam dan berikut system perpipaan yang melibatkan air dengan tekanan terpisah dari suplai umum. Pada penanganannya, rancangan desain dari tindak pencegahan tersebut harus berfungsi dengan baik secara mekanisme otomatis dan standar prosedur petugas dalam operasional nyata.

Selain itu, perancangan juga memerlukan kajian denah dan material pada evakuasi untuk penerapan titik kumpul, rute evakuasi dan akses pertolongan (contoh: kaca yang dapat dipecahkan dengan tanda segitiga dari pemadam kebakaran). Hal yang sama pada perancangan tindak pencegahan, penanganan dan evakuasi juga didesain sedemikian rupa untuk menghadapi bencana yang lain dan ancaman luar. Ada baiknya apabila perancangan memiliki konsiderasi yang seimbang antara penerapan teknologi sekuriti dan mekanisme manual guna persiapan yang maksimal pada semua kondisi. Selain itu, keamanan tidak hanya berfokus pada pengguna saja, tetapi juga pada arsip dan aset penting negara.

Yang menjadi perhatian ketiga adalah kajian Transportasi dan Logistik. Ini juga menjadi dasar dalam perencanaan pengembangan kota yang secara prinsip diperlukan untuk mendukung jalannya operasional dan kegiatan pada suatu tempat. Secara spesifik, perancangan di sini melibatkan infrastruktur dan suplai sehari-hari. Dengan akses infrastruktur yang baik, tentu segala bentuk transportasi yang melibatkan pengguna (manusia) dan barang akan lebih lancar. Kelancaran transportasi dan logistik secara langsung mempengaruhi kegiatan sebuah kota, itulah kenapa dari masa ke masa, perkembangan sebuah kota (bahkan provinsi atau negara) sangat dipengaruhi akan kemudahan transportasi dan logistik di suatu daerah. Pada sisi perancangannya, hal ini juga membutuhkan pembangunan tempat-tempat khusus seperti gudang, pelabuhan, landasan udara (termasuk landasan helikopter) sampai sistem lalu lintas dan penunjang transportasi masal/ publik lainnya.

Faktor yang tidak kalah penting dengan Transportasi dan Logistik adalah Power Supply, Water Supply dan Data Supply (Connection Route untuk jaringan komunikasi). Jangankan sebuah ibukota, pengembangan suatu lahan properti saja bila tidak mendapatkan suplai listrik, air dan data yang baik dapat mempengaruhi keseluruhan kesuksesan sebuah pengembangan. Itulah mengapa, tidak heran apabila seringkali perusahaan pengembang properti menilai faktor suplai terlebih dahulu sebelum masuk dalam perencanaan apapun. Tentu saja, bukan tidak mungkin untuk saat ini bahwa kemajuan teknologi dapat membantu memperbaiki keterbatasan suplai, tetapi semua itu akan menjadi beban tambahan dalam biaya dan desain.

Dua cara desainer mendapatkan suplai yang baik dalam sebuah pengembangan apabila lokasi memiliki keterbatasan suplai adalah; Membuat sambungan dari daerah terdekat (apabila ada kelebihan suplai dari lokasi terdekat) dan Membuat Source Plan baru (apabila tidak ada suplai dari lokasi terdekat atau biaya koneksi lebih mahal).
Perhatian yang lain adalah Waste Management (Pengolahan Pembuangan). Sebuah kota dengan desain dan fasilitas terbaik pun bila tidak memiliki pengolahan pembuangan yang baik akan menjadi ancaman sewaktu-waktu, dan inilah yang sering terjadi di kota-kota berpenduduk padat yang tidak siap dengan pengolahan sampah. Pengolahan pembuangan alangkah baiknya apabila sudah disematkan dalam perancangan mula-mula agar tidak menjadi gangguan yang kerap terjadi kapanpun.

Sepertinya sepeleh, namun hal ini dapat berakibat pada bencana alam (banjir, dll.), gangguan kesehatan, polusi (udara dan air) serta akibat-akibat di luar prediksi lainnya. Pada perancangannya, separasi pembuangan perlu difasilitasi dari sumber awal dengan penyebaran fasilitas pembuangan sampah di titik-titik kota, pengolahan awal pada per satuan gedung (regulasi dan fasilitas pembuangan baik secara arsitektur seperti waste disposer dan pengumpulan sampah), fasilitas pengangkutan dan sampai pengolahan akhir pada pengelolahan daur ulang. Semuanya itu perlu dirancang dari awal.

Sektor lainnya yang penting dalam kajian perancangan sebuah ibukota dalam bidang arsitektur adalah bangunan dan fasilitas pendukung. Selain gedung-gedung inti, dalam mendukung kinerja tugas dan fungsinya, diperlukan bangunan pendukung seperti Hunian dan Rekreasi. Hunian dan rekreasi adalah salah satu yang terpenting dalam perancangan sebuah kota karena ini berbicara tempat tinggal dari sumber daya manusia (user) yang akan berkerja dan berkegiatan di tempat tersebut. Hal ini juga bisa menjadi pembahasan tersendiri karena kompleksitas perancangan dan keperluan hidup manusia yang tergolong rumit. Terlepas dari sisi pekerjaan, masing-masing individu secara psikologis memiliki kebutuhan hidup secara siginifikan. Dalam sebuah kota, desainer perlu merancang dengan baik dari beberapa aspek dan sampel, pada setiap lapisan dan kelompok. Ketika kita berbicara pengembangan sebuah properti (developer), perancang mengetahui persis tentang siapa yang menjadi target pasar akan suatu development. Melalui target market tersebut, perancangan akan terklasifikasi berdasarkan kebutuhan dan membenamkan fasilitas-fasilitas tertentu untuk mendukung aktifitas sehari-hari. Tanpa mengetahui akan hal ini, perancangan akan terkendala dalam memutuskan sikap desain yang tidak dilandasi dengan pernyataan absolut. Maka akurasi tujuan dengan desain yang disediakan dapat menjadi tidak sinkron. Pada hal ini, pembahasan adalah ibukota.

Dengan mengetahui user (pengguna) dari lembaga mana saja, departemen mana saja dan non-department (pendukung) mana saja yang akan menempati ibukota yang baru, perancang dapat secara spesifik mengatur pengelolahan desain yang baik akan keputusan bangunan dan fasilitas pendukung di dalamnnya. Klasifikasi hunian dalam arsitektur bisa berupa landed house, mid-rise apartment, high-rise apartment, condominium, hotel (tamu tinggal jarak pendek), employee housing (tempat tinggal karyawan) dan lainnya untuk menunjang masing-masing keperluan. Sedangkan rekreasi bukan hanya berbicara entertainment, namun juga pada rumah makan, gedung/ tempat olahraga, taman dan sebagainya.

Terakhir adalah desain itu sendiri. Pembangunan sebuah ibukota adalah cerminan dari suatu negara yang dipandang oleh dalam dan luar negeri. Tentu dalam sisi desain itu sendiri, baik secara fungsi dan estetika, arsitektur tersebut perlu untuk menggambarkan “inilah kita, inilah Indonesia”. Bukan hanya terbatas pada iklim, adat, budaya, teknologi dan lokasi, tetapi secara estetika dan bentuk, arsitektur tanpa secara verbal sudah berbicara. Sebagai contoh konkrit, setiap lokasi, setiap negara, setiap benua, memiliki gaya arsitektur yang khas akan tempat tersebut yang tentu tidak dimiliki oleh tempat lainnya. Inilah yang disebut gaya arsitektur. Dalam perancangan desain, desainer bukan hanya perlu konservasi gaya arsitektur lokal, namun juga sebagai focal point dalam design concept untuk menunjukan identitas kepada dunia.

Selain tujuh aspek di atas, tentu terdapat banyak aspek-aspek lainnya yang berpotensi menjadi kajian penting dalam perancangan sebuah ibukota dari sisi arsitektur. Kemungkinan-kemungkinan lainnya seperti anggaran, teknologi, tenaga ahli dan peran masyarakat juga menentukan keberhasilan dalam pembangunan ibukota. Dengan hal ini, kita dapat melihat bahwa desain sebenarnya adalah ide kompleks yang dapat ditranslasi menjadi informasi secara visual. Ketika peran para perancang berhasil menerapkan ide desain menjadi proyek nyata, maka tidak mustahil untuk mendapatkan gambaran kota yang sempurna. Akan tetapi, kesempurnaan itu sendiri perlu dipertahankan dari masa ke masa melalui kreatifitas, inovasi dan perkembangan jaman, tanpa henti.

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *