Menerjang Luapan Derasnya Sungai Cimandiri

  • Whatsapp
Wina Armada Sukardi

Serial Lika-liku Perjuangan Caleg Perindo (4)
Oleh Wina Armada Sukardi

Saat ini , Sabtu, 23 Pebuari dini hari, saya masih berada kampung Tegal Rumain , Desa Mekar Sari, Kecamatan Simpenan, Palabuhan Ratu. Kami beberapa saat lalu baru saja rampung kampanye/sosialisasi kepada 48 orang perwakilan dari enam desa (Loji, Ciangrek,Tegal Ramaid, Lembah Sawah, Cibayur dan Ciburay) Perjalanan pulang pergi ke tempat sosialisasi/kampanye memerlukan perjuangan nyali, di samping keterampilan teknis berkendaraan. Salah sedikit mengambil jalan atau mengendarai mobil, taruhannya nyawa melayang.

  Tempat yang kami tuju rupanya berada di dalam hutan. Jalan yang harus kami lalui, selain hanya pas satu mobi, juga berbatu,  becek, tanjakan dan turunan berliku, dan tepat di sebelah kirinya, hanya beberapa senti meter dari ban mobil, ih,  langsung mengalir deras sungai Cimandiri. Tergelincir  sedikit saja, mobil pasti terjungkal  ke bawah dibawa hanyut arus sungai Cimandiri. 

Disanalah kita bakal merenggang nyawa apabila terjadi kecelakaan. Padahal route itu harus kami tempuh malam hari. Bener-bener ardenalin kami diuji.

 Pulangnya, beberapa menit berselang, ternyata, jalan yang tadi kami lewatkan sedang dilanda air pasang. Kami

mendapat kabar, di kota Sukabumi terjadi hujan sangat lebat dari sore sampai malam, sehingga airnya terkirim antara lain ke sungai Cimandiri.

Akibatnya sungai Cimandiri pun mengalir deras dan pada beberapa bagian menciptakan tumbahan “pasang,” termasuk di jalan yang kami lalui pulang dari tempat kami sosialisasi atau kampanye. Terpaksalah pulangnya kami menunggu sekitar 30 menit menanti air surut.

Tetapi setelah sekitar setengah jam berlalu, air tak juga kunjung berkurang. Akhirnya seorang relawan kami, spontan membuka celana panjangnya dan berjalan ke arah tumpahan air dari sungai Cimandiri yang kami bakal lalui dengan hanya memakai celana dalam saja. Dia nekad mau mengukur seberapa tinggi air pasang disitu, supaya ada kepastian kami bisa pulang atau harus menunggu. Setelah “nyemplung” ke dalam air, dari mulai pinggir sampai tengah, kami ketahuilah ketinggian air “hanya” sepaha dia.

  Untung kami naik mobil CJ7 yang memang sudab saya  siapkan untuk kampanye masuk ke plosok-plosok.

 “Kira-kira kita bisa lewat gak ni?” tanya saya kepada Deri, supir kami yang memiliki hobi off road.

   “Bisalah Pak,” jawab Si Deri, optimis. Saya tidak tahu apakah itu jawaban yang sebenanya, ataukah cuma untuk menyakinkan saya sekaligus menyalurkan  hobi dia off road.  Tapi lantaran waktu sudah menunjukan peralihan hari, saya mengiyakan saja agar mobil menerjang air itu.

Mobil pun menerabas air sungai, dan meskipun sempat bergoyang-goyang, tetapi tetap lewat dengan selamat. Lalu diikuti hadangan tanjakan rada terjal berbatu segera setelah  melalui genangan air itu. Garda pun dipasang. Lagi-lagi mobil perlahan lewat. Selanjutnya malam ini  jalan setapak dengan sisi kanan sungai siap menampung jika kami tergelintir, dapat kami lalui. 
  Waktu pulang keluar dari hutan tempat lokasi sosialisasi/kampanye membutuhkan  2  jam, atau  lebih lama setengah jam dari waktu pergi, karena menunggu air surut. 

  Kami pulang ke kota Sukabumi, diperkirakan makan waktu 2,5 jam lagi. Disana kami masih berjanji berjumpa dengan seseorang, masih seputar bagaimana meraup suara sebanyak mungkin.
  Lelah? Pastilah, kami hanya manusia biasa. Kami bukan superman. 

Apalagi kami juga masih harus pula mengeluarkan biaya penyelenggaraan acara itu. Tetapi mengingat ada potensi sekitar 4.000 suara yang bakal memilih saya, semua rasa lelah dan semua efort lainnya menjadi tidak berarti. Di daerah itu selama ini belum pernah dikinjungi langsung oleh caleg DPR RI partai manapun sejak Indonesia menyelenggarakan Pemilu.

Baru sayalah caleg DPR RI yang pertama datang kesana, diantar oleh Adang Suganda alias Jaro Adang, mantan Kades dan “mantan dukun” yang memjadi kader dan Caleg Perindo dari kabupaten wilayah itu. Oleh sebab itu warga disana antusias menyambut saya. Semula mereka mau semuanya hadir, sekitar seribu orang. Nanun akhirnya sepakat hanya perwakilannya saja.

    Semua kerja keras ini kami laksanakan untuk menjalankan instruksi ketua umum Perindo, Pak HT,  agar caleg Perindo selalu turun ke lapangan. Di samping itu  tentu saja juga untuk kemenangan Perindo.

Jayalah Perindo***

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *