Mengapa Asian Games 2018 Tidak Jadi di Kota Surabaya

  • Whatsapp

Catatan: Yousri Nur Raja Agam

BANYAK di antara kita yang tidak tahu, bahwa pelaksanaan Asian Games 2018 itu, seharusnya berlangsung di Kota Surabaya. Bukan di Jakarta dan Palembang. Nah, apa alasan yang membuat keputusan Komite Olahraga Asia atau OCA (Olympic Council of Asia) menyetujui pindah ke Jakarta dan Palembang?

Indonesia ini, memang mendapat kesempatan “tanpa sengaja” sebagai tuanrumah. Seharusnya, Hanoi atau Ho Chi Min City. Saat pemungutan suara tahun 2012, Hanoi mengalahkan Kota Surabaya (Indonesia) dan Dubai (Uni Emirat Arab). Ternyata Vietnam dilanda siatuasi ekonomi, sehingga negara itu mengundurkan diri sebagai tuan rumah. Akhirnya, OCA (Olympic Council of Asia) sepakat menyerahkan kepada Indonesia.

Waktu itu, Kota Surabaya yang diajukan sebagai tempat penyelenggaraan. Namun, persiapan yang begitu singkat sejak ditetapkan tahun 2014, diperkirakan sarana dan prasarana belum siap. Lalu ditetapkanlah, kembali ke ibukota, Jakarta. Kecuali itu, ada alasan lain, karena Surabaya sudah ditetapkan menjadi tuanrumah Pekan Olahraga Remaja Asia tahun 2021 atau Asian Youth Games 2021

Indonesia, sebenarnya sudah berpengalaman menjadi tuanrumah pesta olahraga tingkat Asia ini. Indonesia pernah menjadi tuanrumah Asian Games (AG) ke-4 tahun 1962. Sedangkan yang sekarang ini, AG ke-18 berlangsung tanggal 18 Agustus hingga 2 September 2018, adalah tuarumah yang ke dua kalinya.

Pada AG ke-4 tahun 1962, segala jenis olahraga dipertandingkan di Jakarta. Tetapi, pada AG ke-18 sekarang ini, dilangsungkan di dua wilayah, yakni Kota Jakarta dan Palembang. Bahkan, Jakarta juga melimpah sampai ke wilayah Banten dan Jawa Barat.
Terpilihnya Indonesia jadi tuanrumah, tentu membanggakan. Betapa tidak, karena itu akan mengangkat nama Indonesia di mata dunia. Sekaligus, sebagai promosi Indonesia.

Namun, tentu persiapan menghadapi pesta olahraga terbesar kedua setelah Olympiade itu tidak mudah. Banyak yang harus dibenahi dan menyesuaikan dengan standar internasional.
Segala persiapan sudah dilakukan, sehingga pelaksanaan bisa berjalan seperti saat ini. Dua pekan ini sejak 18 Agustus lalu, perhelatan sudah berlangsung di dua kota, Jakarta dan Palembang.

Mengapa pelaksanaannya sampai menggunakan dua wilayah di Jakarta dan Palembang? Itu merupakan pilihan yang dilakukan oleh perwakilan 45 negara yang tergabung dalam Olympic Council of Asia.

Saat Jakarta melakukan inventarisasi kesiapan, ternyata belum mencukupi kebutuhan arena-arena pertandingan. Kemudian, dilakukan kaji ulang, sehingga tidak hanya di Jakarta, tetapi diperluas ke Palembang – sebab Palembang mempunyai sarana olahraga yang dibangun untuk pelaksanaan PON (Pekan Olahraga Nasional) XVI tahun 2004.

Pelaksanaan AG di dua kota ini memang baru pertamakali dilakukan dalam sejarah AG. Kendati sebagian besar pertandingan akan diadakan di Jakarta dan Palembang, namun beberapa venue di kota dan kabupaten di Jawa Barat dan Banten. Di antaranya: Stadion Jalak Harupat di Bandung, Stadion Pakansari di Bogor, GOR Patriot di Kota Bekasi, dan lain-lain.

Yang jelas, kebanggaan kita sebagai tuanrumah Asian Games 2018 memang terasa. Para kontingan dari negara-negara Asia yang datang ke Indonesia, khususnya Jakarta, Jabar, Banten dan Palembang sudah merasakan dan menikmati pertandingan di berbagai venue dan stadion yang memenuhi standar internasional. Boleh dikatakan “mereka” puas dan senang dengan sikap keramahan masyarakat kita.

Tidak hanya itu, walaupun perhelatan olahraga Asia ini berlangsung di beberapa kota di Jawa dan Sumatera, namun gaungnya terasa ke seluruh Indonesia. Sebab, para atlet yang mewakili Indonesia berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Apalagi, sebelum pembukaan, ada upacara membawa obor “api Asian Games 2018” yang melewati beberapa kota di Sumatera, Jawa dan Bali.

Bagaimanapun juga, upacara pembukaan Asian Games 2018 di GBK (Gelora Bung Karno) telah mampu membelalakkan mata para tamu. Dekorasi dan acara yang ditampilkan di Gelora Senayan itu, cukup menggugah dan semarak. Pokoknya, boleh dokatakan tidak memalukan.

Memang, walaupun seluruh cabang olahraga (cabor) yang dipertandingkan di arena AG 2018 ini, diikuti oleh atlet kita, namun harus diakui, bahwa atlet kita belum “sekelas” dengan Tiongkok atau China, Jepang dan Korea Selatan. Hingga hari ke Sembilan urutan perolehan medali kita, memang masih sejajar dengan Iran, Thailand, India, Korea Utara dan Taiwan (Taipe).

Harapan kita, di samping kebanggan sebagai tuanrumah pada perhelatan olahraga Asia ini, tentu kesan terhadap masyarakat Indonesia yang bersahabat, juga kenangan yang mereka bawa pulang ke negara masing-masing tidak mengecewakan. Tetapi, harus pula diakui, di sana-sini kita masih punya kekurangan. Kisruh dan kericuhan masalah penjualan karcis misalnya, jangan dianggap enteng. Janganlah ada kesan, membeli dan membayar, tidak gratis untuk menonton saja belum nyaman.
(rr)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *