Mengenal Post Covid Syndrome…?

  • Whatsapp

Oleh :
DR. dr, Robert Arjuna FEAS *
Berbicara covid akan mendata ngkan banyak pembicaraan bahwa penyintas covid akan membawa banyak sengsaraan kepada orang lain maupun diri sendiri seperti hslbys Bu Hariman terkena covid ,dia mengadskan 8solasi mandiri tzk berczmpur orang rumah dikunci dan tak terimz tamu.lain hal pada pak Teddy yang sakit covid selama seminggu dengan isolasi mandiri tak bergaul dan bsrkomunikadi sama teman, Di saat bulan Juni- Juli 21 Covid meninggi memakan banyzk korbanyang tK berdosa,sekarang mu cul pula penyakit post covid syndrome yakni gejals yang timbul setelah psnyintas covid?Penyintas COVID-19 perlu berhati-hati setelah sembuh dari COVID-19, karena berpotensi mengalami post-COVID syndrome. Apa itu post-COVID syndrome dan bagaimana mengenali gejalanya?

Post-COVID syndrome merupakan sejumlah masalah kesehatan atau gejala yang baru, kembali muncul, atau terus terjadi selama 4 minggu atau lebih sejak pertama kali Anda terinfeksi virus penyebab COVID-19. Walaupun mayoritas penderita COVID-19 akan membaik dalam beberapa minggu setelah sakit, sebagian penderita mengalami post-COVID syndrome yang gejalanya menetap selama beberapa waktu setelah sembuh. Kondisi ini sangat bervariasi dan memiliki jangka waktu yang berbeda antar penyintas COVID-19.

EPIDERMIOLOGI
Lbih dari 4 juta pasien di Indonesia sudah sembuh dari Covid-19. Meski sembuh dari Covid-19, sejumlah orang masih mengalami gejala seperti pada awal terinfeksi virus corona. Gejala seperti terinfeksi virus corona meski sudah sembuh dari Covid-19 ini disebut post covid syndrome. Hal ini menjadi pembahasan penting karena gejala post covid syndrome dirasakan oleh sebagian besar orang yang telah sembuh dari covid. Satgas Covid-19 mencatat hingga Jumat 1 Oktober 2021, jumlah yang sembuh dari kasus Covid-19 bertambah 2.811 orang sehingga menjadi sebanyak 4.039.835 orang. Sedangkan jumlah kasus aktif Covid-19 di Indonesia mencapai 34.867 kasus, berkurang 1.274 kasus aktif dibanding sehari sebelumnya.Banyak pasien yang sembuh dari Covid-19 mengeluhkan gejala post covid syndrome. Sejumlah gejala post covid syndrome yang paling sering dirasakan para penyintas Covid-19 adalah

GEJALA UMUM :
1. Fatigue
2. Sakit kepala
3. Gangguan atensi
4. Hair loss
5. Dyspnea

Post-COVID syndrome tidak hanya terjadi pada penyintas COVID-19 yang bergejala berat saja. Penyintas COVID-19 dengan gejala ringan, bahkan tidak bergejala, juga dapat mengalaminya. Gejala-gejala yang sering dilaporkan antara lain: sesak napas/sulit bernapas lega, fatigue/rasa lelah, gejala yang dirasa memburuk setelah aktivitas/post-exertion malaise, kesulitan berpikir/berkonsentrasi/brain fog, batuk, nyeri dada/perut, pusing, rasa berdebar, nyeri otot/sendi, rasa kesemutan, diare, gangguan tidur, demam, pusing ketika berdiri/lightheadedness, ruam kulit, perubahan suasana hati, perubahan kemampuan indra penciuman/perasa, perubahan siklus menstruasi, dan rambut rontok.

Hal ini menjadi pembahasan penting karena gejala post covid syndrome dirasakan oleh sebagian besar orang yang telah sembuh dari covid.

Adapun 5 gejala post covid syndrome yang paling sering dirasakan adalah sebagai berikut.
1. Fatigue atau kelelahan, dialami oleh 58 persen dari total keseluruhan gejala lain.
2. Sakit kepala yang menunjukkan angka sebesar 44 persen pada meta-analisis.
3. Gangguan atensi atau sering kehilangan fokus sebesar 27 persen
4. Hair loss atau rambut rontok dengan angka sebesar 25 persen.
5. Dyspnea atau sesak nafas yang menunjukkan angka sebesar 24 persen.

“Walau jarang, beberapa orang, terutama anak-anak, dapat mengalami MIS sesaat atau segera setelah mengalami infeksi Covid-19. MIS merupakan kondisi di mana berbagai organ tubuh mengalami inflamasi, termasuk jantung, paru, ginjal, otak, kulit, mata, atau sistem pencernaan,” papar dr.Desilia.Hingga saat ini, belum diketahui apa yang menjadi penyebabnya. MIS merupakan kondisi serius dan dapat menyebabkan kematian.Gejala yang perlu diwaspadai sebagai MIS adalah adanya demam disertai minimal satu dari gejala berikut: nyeri perut, kemerahan pada mata, diare, pusing atau lightheadedness, ruam kulit, dan muntah.

Penelitian Lancet yang dipimpin oleh ilmuwan dari University College London (UCL), merupakan penelitian peer-reviewed terbesar tentang post-COVID syndrome yang melibatkan 3.765 partisipan dari 56 negara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari 91 persen partisipan membutuhkan waktu lebih dari 35 minggu untuk pulih sepenuhnya. Selama sakit, partisipan mengalami rata-rata 55,9 gejala yang melibatkan 9,1 sistem organ. Gejala yang paling sering ditemukan setelah bulan keenam adalah kelelahan, post-exertion malaise, dan gangguan kognitif. Sebanyak 85,9 partisipan mengalami kekambuhan gejala yang terutama dicetuskan oleh olahraga, aktivitas fisik atau mental, serta stres. Sedangkan sebanyak 1.700 partisipan membutuhkan pengurangan waktu kerja. Gangguan kognitif atau ingatan ditemukan di seluruh grup usia.

“Dengan meningkatnya kasus aktif Covid-19 di Indonesia beberapa hari terakhir ini, kita seolah diingatkan kembali akan potensi bahaya yang dijinjing oleh Covid-19,” kata dokter spesialis paru dan pernapasan, dr. Desilia Atikawati, Sp.P, FAPSR, “Tak hanya menyerang saluran pernapasan, Covid-19 juga berpotensi mengakibatkan post-Covid syndrome pada penderitanya,” ucapnya.Post-Covid syndrome merupakan sejumlah masalah kesehatan atau gejala yang baru, kembali muncul, atau terus terjadi selama 4 minggu atau lebih sejak pertama kali Anda terinfeksi virus penyebab Covid-19.

Walaupun mayoritas penderita Covid-19 akan membaik dalam beberapa minggu setelah sakit, sebagian penderita mengalami post-Covid syndrome yang gejalanya menetap selama beberapa waktu setelah sembuh.”Kondisi ini sangat bervariasi dan memiliki jangka waktu yang berbeda antar penyintas Covid-19,”

Sebagian penderita COVID-19 yang bergejala berat mengalami dampak multiorgan atau kondisi autoimun dalam waktu yang lebih panjang dengan gejala yang menetap hingga beberapa bulan setelahnya. Dampak multiorgan dapat melibatkan banyak sistem tubuh, seperti jantung, paru, ginjal, kulit, dan fungsi otak. Kondisi autoimun terjadi ketika sistem imun mengalami kesalahan dan menyerang sel-sel sehat dalam tubuh, yang menyebabkan inflamasi (peradangan) atau kerusakan jaringan di berbagai bagian tubuh.

Walau sangat jarang, beberapa orang, terutama anak-anak, mengalami multisystem inflammatory syndrome (MIS) sesaat atau segera setelah mengalami infeksi COVID-19. MIS merupakan kondisi di mana berbagai organ tubuh mengalami inflamasi, termasuk jantung, paru, ginjal, otak, kulit, mata, atau sistem pencernaan. Hingga saat ini belum diketahui apa penyebabnya. MIS merupakan kondisi serius dan dapat menyebabkan kematian. Gejala yang perlu diwaspadai sebagai MIS adalah adanya demam disertai minimal satu dari gejala berikut: nyeri perut, kemerahan pada mata, diare, pusing atau lightheadedness, ruam kulit, dan muntah.

PENC3GAHAN
Penderita COVID-19 usia berapa pun dapat mengalami post-COVID syndrome. Walau post-COVID syndrome pada usia dewasa lebih sering terjadi dibandingkan grup usia anak atau remaja, tetapi kelompok anak dan remaja tetap berisiko mengalami post-COVID syndrome. Penelitian menunjukkan gejala jangka panjang pada anak, baik yang memiliki gejala ringan atau berat (termasuk MIS), antara lain kelelahan/fatigue, pusing, gangguan tidur, gangguan konsentrasi, nyeri otot dan sendi, serta batuk.

Cara paling baik untuk mencegah post-COVID syndrome adalah mencegah terjadinya infeksi COVID-19. Bagi Anda yang memenuhi syarat untuk vaksinasi, segera lakukan vaksinasi COVID-19 secepatnya sehingga dapat mengurangi risiko terkena COVID-19 serta melindungi orang sekitar Anda.Demikian agar dimaklumi ulasan kami ini.
RobertoNews 1394 《13,4.22(08.30》
• Praktisi Dokter & Penulis Ilmu Kesehatan 1

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait