Mengenal sosok Ketua Komisi A Mayjen TNI (Purn.) Dr. Istu Hari Subagio, MM Dalam Perjuangan dan Cinta

  • Whatsapp

SURABAYA, Beritalima.com|
Ketua komisi A DPRD provinsi Jatim, Mayjen TNI Dr Istu Hari Subagio MM, mengisahkan perjalanan hidupnya. Politisi partai Golkar ini menceritakan perjuangan dalam meniti karir dan keinginannya untuk mengabdi kepada bangsa dan negara Indonesia.

Istu Hari Subagio lahir di Kertosono pada tanggal 13 Desember 1958, beliau merupakan anak ke 6 dari 7 bersaudara dari pasangan Bapak Partosudjono (Alm.) & Ibu Rr. Siti Kamsiah (Alm.). Beliau menghabiskan masa pendidikan dari jenjang SD hingga SMA sepenuhnya di Kertosono, sehingga beliau cukup memahami tentang tempat kelahirannya serta perkembangannya juga. Pendidikan Istu dimulai dengan sekolah pendidikan dasar di SDN Lambang Kuning, Kecamatan Kertosono, Nganjuk selama 6 tahun, pendidikan merupakan aspek yang penting bagi Istu karena sekolah merupakan awal mula tempat ia menimba ilmu yang berguna bagi masa mendatang. Disamping itu Bapak dari beliau juga merupakan seorang guru yang mendorong Istu dan seluruh keluarganya diwajibkan untuk mengenyam pendidikan dengan baik agar dapat berguna kelak bagi nusa dan bangsa.

Lulus dari SDN Lambang Kuning Istu melanjutkan pendidikannya di SMP Khatolik Xaverius Kertosono, disini istu sedikit banyak beradaptasi dengan lingkungan baru dan mengenal keberagaman yang ada di Nusantara. Istu merupakan seorang muslim yang taat namun menghargai perbedaan keyakinan maupun pendapat dari masing-masing individu yang sudah diatur dalam UU NKRI, bersekolah di SMP Xaverius memberikan banyak pengalaman baru untuk Istu dalam hidup. Setelah lulus dari SMP Xaverius Istu melanjutkan pendidikannya di SMAN Kertosono (angkatan 74-77) sebagai keberlanjutan dalam bidang akademisnya, Istu menyadari bahwa pendidikan ini akan menjadi bekal dan mengantarkannya untuk masa depan yang lebih baik. Nyaris 12 tahun Istu menghabiskan masa mudanya dengan bersekolah di wilayah Kertosono, Kabupaten Nganjuk. Kota ini yang menjadikan Istu seperti saat ini yang membentuk sosoknya sukses sebagai mantan Pangdam Bukit Barisan.

Setelah menyelesaikan semua pendidikan dasar hingga menengah atas di Kertosono, Istu masih merasa kurang memiliki bekal dan ilmu sebagai bekalnya dalam menjalani hidup. Istu berangkat ke Jakarta untuk berkuliah Ekonomi di FE UKI Jakarta, disini beliau melanjutkan pendidikan lanjutannya dan bercita-cita melanjutkan karier di Perpajakan. Namun di tengah-tengah perkuliahan saat itu ada penerimaan TNI-AD, beberapa kakak beliau menyarankan untuk ikut tes seleksi mengingat beberapa kakak dari Istu berkecimpung di bidang militer. Istu mencoba ikut seleksi penerimaan TNI-AD saat itu yang dilakukan di Kodam Jaya Jakarta, dengan seizin Allah SWT beliau lolos dalam beberapa seleksi yang diadakan sesuai dengan standar penerimaan TNI-AD. Istu sendiri memang tertarik untuk masuk ke TNI-AD karena visinya dari kecil ingin berguna bagi masyarakat dan pekerjaan ini dapat menjembataninya meniti karir dan melaksanakan visinya.

Disinilah kehidupan Istu dimulai sebagai seorang Komandan Pleton I/A Yonif 141/AY JP di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Istu memulai tugasnya dengan penuh semangat demi menjaga keamanan dan stabilitas NKRI, sebuah tugas yang ia emban dengan penuh keikhlasan demi nusa dan bangsa.

Tinggal di wilayah baru Istu beradaptasi dengan perbedaan budaya dan banyak hal lainnya pada awal ia bertugas di Sumatera. Lain ladang lain belalang, pepatah itu sangat relevan bagi Istu dengan kondisi yang dihadapinya saat itu, orang Jawa dan Sumatera memiliki kebiasaan yang sangat berbeda mulai dari cara berkomunikasi, adat, budaya, hingga
ke makanan yang ada. Hal ini bukan menjadi penghalang bagi Istu, ini merupakan hal yang sangat menarik untuk dipelajari dan dipahami karena ia berpendapat, Nusantara ini dipenuhi dengan berbagai kebudayaan yang sangat berbeda dan menjadikan negara ini unik. Dimulai dari beradaptasi Istu mulai tersihir oleh indahnya Sumatera yang berbeda dengan keadaan di Jawa mulai dari alamnya hingga manusianya dan ia nyaman dengan rumah baru ini namun tetap merindukan kampung halamannya Kertosono.

Istu bercerita dimana seorang prajurit TNI bertugas awal di suatu daerah disana juga biasanya akan bertelur (menemukan pujaan hati) pada masa itu, mengingat pada masa itu teknologi komunikasi sangat terbatas dan transportasi sangat mahal jika ia ingin berhubungan dengan seorang wanita jika jauh. Di sela-sela tugasnya sebagai seorang Komandan Pleton Istu menemukan tambatan hatinya, seorang wanita cantik asal Jambi yang hingga kini setia menemani langkahnya dalam suka dan duka. Marina Azhar, itulah nama sosok yang menyihir hati Istu dan membuatnya merindu saat ia bertugas sebagai seorang prajurit TNI-AD. Roma cinta ini membuat Istu lebih bersemangat dalam setiap tugas yang diembannya sebagai aparatur negara saat itu.

Setelah perkenalan selama beberapa lama, mereka berdua sepakat seia sekata untuk membawa hubungan ini ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan. Penugasan di Sumatera ini merupakan perjuangan Istu dalam meniti karir dan perjuangan mendapatkan cinta pula seperti pepatah sambil menyelam minum air. Sosok istri menjadi penyemangat Istu dalam bertugas, ia lebih berhati-hati, lebih pantang menyerah dan tidak kenal lelah agar tugasnya segera terselesaikan dan kembali ke rumah bertemu belahan jiwanya. Sosok Marina juga yang selalu menjadi penyemangat Istu dalam segala kondisi baik susah dan senang selama perjalanan karir Istu hingga akhir jabatannya sebagai Staff Khusus Panglima TNI di Mabes TNI Cilangkap.

Kehadiran sosok Marina juga yang mengantarkan Istu hingga seperti saat ini.
Di sela-sela tugasnya yang selalu berpindah-pindah kota di seluruh pelosok Indonesia, Marina selalu setia menemani sang suami pula. Dari pernikahan ini lahir tiga dara cantik buah cinta mereka berdua, pertama drg. Dina Saptarini Subagio, kedua Lettu Kowal drg. Dian Dwi Pratiwi dan ketiga Dea Ayu Agathaningrum S.Psi, yang saat ini sudah dewasa dan berkeluarga juga.

Putri pertama drg. Dina Saptarini berprofesi sebagai dokter gigi memiliki suami yang bertugas di KOSTRAD Divis DAN YONIF 303, putri kedua berprofesi sebagai TNI Kowal dengan pangkat Lettu Kowal memiliki suami yang bertugas di kesatuan TNI AL dengan pangkat Lettu Teknik Laut dan putri ketiga berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga sambil melanjutkan pendidikan S2 di Fakultas Psikologi UNAIR jurusan psikolog yang memiliki suami yang bertugas di kesatuan KOPASSUS TNI AD.

Sosok Istu sendiri sangat diidolakan para putri-putrinya, terbukti mereka juga ingin memiliki suami dengan figur dari kesatuan TNI pula. Dibalik kesibukannya sebagai seorang TNI Istu sendiri selalu menyempatkan waktunya untuk para buah hatinya agar tidak kekurangan perhatian dan kasih sayang dari seorang Ayah. Bagi ia sendiri sosok seorang Ayah sangat penting bagi pertumbuhan anak-anaknya sehingga ia menjaga keseimbangan waktu antara pekerjaan dan keluarga.

Selepas masa jabatan sebagai Mayor Jendral TNI-AD, Istu tetap memiliki keinginan mengabdikan dirinya kepada masyarakat, beliau berkeinginan untuk melakukan beberapa perubahan untuk tempat kelahiran dan sekitarnya. Ingatan Istu tentang Kertosono dan sekitarnya masih sangat kuat karena kota ini yang membesarkannya hingga menjadi seorang Perwira TNI-AD. Melewati beberapa proses berpikir yang dilakukan oleh beliau di sela-sela kesibukannya, salah satu alternatif yang tepat adalah mengajukan diri sebagai calon legislatif provinsi Jawa Timur. Dengan menjadi anggota DPRD Provinsi menurut beliau, ia akan memiliki kewenangan dalam membantu dan mengatur agar wilayah Dapil yang diikuti untuk semakin berkembang dan maju.

Dalam keyakinan diri seorang Istu, berguna dan megabdikan diri kepada masyarakat adalah tujuan utamanya, dengan segala pertimbangan yang ada. Beliau bercerita sudah tidak memiliki tanggungan duniawi lagi melihat putri-putri cantik beliau sudah berkeluarga semua dan yang ingin dilakukan beliau hanyalah beribadah untuk bekal di kemudian hari.

Pada sisi lain Nganjuk dan Madiun memiliki potensi yang kurang terjamah dan tidak dikembangkan secara baik, fokus untuk pengembangan daerah ini menjadi prioritas mengingat wilayah ini merupakan daerah yang membesarkannya. Semua perjuangan akan dilakukan untuk memperbaiki dan mengembangkan tanah kelahirannya untuk mensejahterakan semua elemen masyarakat dari segala golongan.

Niat yang baik ini juga akan terjadi dengan dukungan dari masyarakat Nganjuk dan Madiun sekaligus atas seizin Allah SWT pula. Segala usaha saat ini dilakukan untuk melakukan yang terbaik dari beliau agar beliau dapat mewakili masyarakat Nganjuk dan Madiun di DPRD Provinsi nantinya. Semangat beliau saat ini berapi-api ingin melakukan kinerja nyata untuk mengembangkan dan memajukan Nganjuk serta Madiun agar masyarakat sejahtera.(Yul)

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait