Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungn DLH Kota Ternate, Syarif Tjan
TERNATE,beritaLima.com |Dalam mewujudkan zero waste ( sampah nol), Pemerintah Kota (Pemkot) Ternate melalui Dinas Lingkungan Hidup ( DLH ) terus mencari solusi penanganan sampah dengan melakukan inovasi dan terobosan yg revolusioner untuk mensukseskan salah satu program prioritas Walikota Ternate, DR. M. Tauhid Soleman, M.Si, yaitu pengelolaan sampah berbasis partisipasi masyarakat.
Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungn DLH Kota Ternate, Syarif Tjan menjelaskan bahwa untuk soal sampah, DLH terus melakukan langkah – langkah revolusioner dan inovatif yg bertujuan mengurangi sampah Di Kota Ternate mulai dari hulu sampai hilir dengan berbasis pada partisipasi masyarakat sebagaimana yang diharapkan Pak Walikota. Skema kumpul, angkut dan buang sudah saatnya kita tinggalkan. Kita harus beralih pada skema penanganan sampah zero waste. Salah satu upaya yang dilakukan DLH Kota Ternate untuk mengatasi sampah organik yang dihasilkan rumah tangga yang kian meningkat volumenya adalah dengan meluncurkan program yang diberi nama ” Mama Mengangguk ( Membuang Sampah, sambil Menabung Pupuk)
Syarif mengatakan bahwa untuk mendukung program ” Mama Mengangguk ” maka DLH Kota Ternate menerapkan inovasi “Porous landfill”, dimana sampah organik yg dihasilkan dari aktivitas rumah tangga seperti sisa makanan, sayuran, dan sampah organik lainnya akan ditanam dipekarangan rumah untuk selanjut dibuat pupuk kompos dengan menggunakan metode Porous Landfill.
“Pengolahan sampah organik rumah tangga menjadi pupuk kompos melalui Metode Porous Landfill adalah cara yg sangat sederhana untuk meminimalisir produksi sampah rumah tangga yg dibuang ke TPA Takome”, ujar Syarif.
Proses porous Landfill cukup mudah diterapkan di dalam pekarangan rumah, karena membutuhkan lahan yg tidak terlalu besar. Pengolahan sampah organik rumah tangga menjadi pupuk kompos melalui Porous Landfill, yaitu cara penggalian lubang pekarangan rumah dengan diameter 25 cm dan kedalaman 1 meter yang selanjutnya sampah organik rumah tangga seperti sisa sayuran, kulit buah buahan, dan sisa makanan selanjutnya dibuang pada lubang tersebut dan diberi tanah penutup secukupknya untuk diproses secara aerob untuk menghasilkan pupuk kompos.
“Kalau skema penanganan sampah dengan model ini bisa terealisasi secara maksimal maka problem sampah organik di Kota Ternate akan terjawab. Kita tahu setiap hari kota Ternate menghasilkan sampah sekitar 130 Ton sampah. Didalamnya ada 80 ton sampah organik yg dihasilkan dari rumah – rumah warga. Nah dengan skema ini sampah organik yang 80 ton/ hari itu bisa dituntaskan dari sumbernya tanpa harus dibuang ke TPA Takome”. Ungkap Syarif.
Syarif mengatakan, dalam penerapannya DLH berfungsi sebagai penyedia fasilitas pembuatan porous Landfill. Petugas DLH akan mendatangi rumah-rumah masyarakat untuk membuat Porous Landfill dengan menggunakan alat land drill. Untuk satu lubang porous landfill bisa dikerjakan dalam waktu 5 menit, jadi sangat efektif dan efisien dalam pengerjaannya. Juga daya tampung sampah organik per lubang porous landfill diprediksi bisa sebulan. Agar program ini bisa maksimal, maka DLH akan melibatkan pihak Kecamatan, Kelurahan, RW dan Pihak RT sekota Ternate.