Tidak banyak informasi terkait potensi ragam hayati hutan Raja Ampat yang terangkat termasuk ragam hayati burung yang ada di dalamnya. Padahal selain terkenal karena kekayaan keanekaragaman hayati bawah lautnya, Kepulauan Raja Ampat juga menyimpan kekayaan darat yang luar biasa. Hutan di Kepulauan Raja Ampat adalah rumah bagi beragam tumbuhan dan hewan yang unik dari jenis amfibi, reptil, mamalia, serta bermacam jenis burung yang tidak dapat ditemukan di tempat lain.
Khusus untuk burung, terdapat lebih dari 250 jenis burung di Kepulauan Raja Ampat ini. Enam dari sepuluh jenis burung yang hanya ditemukan di Pulau Papua merupakan endemik Kepulauan Raja Ampat. Tak heran hal ini menjadikannya salah satu target utama bagi pecinta burung dunia untuk menikmati pesonanya.
Diantara pulau-pulau di Kabupaten Raja Ampat yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati tinggi untuk wisata burung adalah Pulau Waigeo, Pulau Misool, Pulau Kofiau, Pulau Batanta, dan Pulau Salawati.
Di Pulau Waigeo, wisatawan dapat melihat dengan mudah Burung Cenderawasih Merah dan Burung Cenderawasih Kecil yang sangat menarik yakni Cendrawasih Botak. Selain itu ada burung Maleo Waigeo (Aeypipodius bruijni), yang merupakan burung endemik yang hanya terdapat di Pulau Waigeo, dan tidak ada di tempat lainnya. Fauna and Flora International (FFI) mencatat bahwa di Pulau Waigeo terdapat 173 spesies burung, dimana 11 diantaranya adalah burung endemik Pulau Papua.
Michael K. Tarburton dalam The Avifauna of Misool mencatat bahwa di Pulau Misool terdapat 141 jenis burung dan mempunyai potensi untuk wisata burung yang luar biasa. Pulau Misool adalah satu dari empat pulau besar di Kepulauan Raja Ampat.
Sedangkan dalam pengamatan di Pulau Kofiau, mereka bertemu dengan sekitar 50 jenis burung. Kofiau memiliki daya tarik bagi para peneliti maupun pengamat burung karena memiliki dua spesies burung endemik yaitu Kofiau Paradise King Fisher atau biasa disebut dengan Burung Raja Udang (nama Lokal: Mampitosoi) dan Kofiau Monarch, biasa disebut Kehicap Kofiau (nama lokal: Baikolei Hutan).
Kemudian pada tanggal 23 Agustus 2016 lalu bertempat di Kantor Bupati Raja Ampat di Waisai, Pemerintah Kabupaten Raja Ampat melalui Dinas Pariwisata, The Nature Conservancy (TNC), Fauna and Flora International (FFI), Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), dan Papua Bird Club menggelar kegiatan Ekspose Ragam Hayati dan Pesona Burung di Kabupaten Raja Ampat. Kegiatan ekspose ini bertujuan sebagai upaya untuk menyebarkan informasi ragam hayati dan pesona burung yang ada di Kepulauan Raja Ampat. Juga ajang berbagi tentang pengelolaan wisata burung. Sehingga terbuka potensi, peluang, strategi pengembangan berikut upaya untuk mengatasi tantangannya.
“Raja Ampat juga menyimpan potensi kekayaan daratan yang luar biasa dimana bermacam jenis burung bisa ditemukan disini. Jika hal ini bisa dikembangkan serta dikelola secara baik dan berkelanjutan, tentu akan mendatangkan manfaat bagi lingkungan dan masyarakat,” kata Bupati Raja Ampat Abdul Faris Umlati pada kesempatan tersebut. Bupati Raja Ampat Abdul Faris Umlati menambahkan bahwa Pemerintah Kabupaten Raja Ampat akan mendukung upaya pengembangannya melalui kegiatan ekowisata berbasis masyarakat yang pengelolaannya mengedepankan prinsip-prinsip konservasi sehingga kelestariannya senantiasa terjaga.
Tindak lanjut dari kegiatan tersebut adalah saat ini sedang dirintis pembentukan Forum Pemerhati Wisata Darat Raja Ampat yang anggotanya terdiri dari lintas elemen masyarakat, organisasi dan para pemangku kepentingan terkait untuk bersama-sama mendorong dan memajukan pengelolaan wisata darat di Kabupaten Raja Ampat agar mampu memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat dengan tetap mengedepankan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan. ***
Salah satu burung endemik di Pulau Kofiau yaitu Kofiau Paradise King Fisher atau biasa disebut dengan Burung Raja Udang. (Foto: Riza Marlon/TNC)
Bupati Raja Ampat Abdul Faris Umlati memimpin kegiatan Ekspose Ragam Hayati dan Pesona Burung di Kabupaten Raja Ampat pada (23/8) lalu. (Foto: Nugroho Arif Prabowo/TNC)