beritalima.com | Pada tahun 2018 ketika diadakan KTT ASEAN Smart City Network (ASCN) di Singapura. Indonesia mengusulkan tiga kota, yakni Jakarta, Makassar, dan Banyuwangi masuk dalam jaringan kota pintar ASEAN.
Indonesia sendiri pada tahun 2019 sedang mengembangkan Gerakan Menuju 100 Smart Cities yang mendorong penggunaan teknologi untuk memajukan kota guna mewujudkan tata kelola pemerintahan yang lebih efektif, transparan dan terpercaya.
Namun, kota pintar tidak hanya mengenai penggunaan teknologi atau pembangunan fisik semata. Menurut Bapak Joko Widodo Presiden RI terpilih periode 2019 – 2024, “Yang lebih penting adalah bagaimana kita dapat membangun pola pikir, sikap dan karakter masyarakat yang lebih baik,”.
Oleh karena itu, harus dipertimbangkan kebutuhan dan potensi masing-masing kota, kearifan lokal, berorientasi pada peningkatan yang baik, dan memberikan perhatian pada upaya pemberdayaan masyarakat, lanjutnya.
Kota pintar sendiri adalah sistem yang dibangun dengan tujuan meningkatkan produktivitas daerah terpencil dan daya saing ekonomi, dengan memungkinkan terjadinya aktivitas pertukaran data seperti teknologi pencahayaan pintar, sistem parkir pintar, manajemen sampah, sistem drainase pintar, dan sistem kelistrikan pintar.
Biasanya, infrastruktur kota pintar terdiri dari berbagai objek dan mesin yang terhubung dalam sebuah jaringan kompleks yang saling mengirimkan data menggunakan teknologi nirkabel dan komputasi awan.
Konektivitas internet of things yang dapat dipercaya merupakan salah satu dari sekian banyak persyaratan untuk mengembangkan suatu kota pintar dan dapat mendukung layanan lain seperti analisa big data, implementasi kecerdasan buatan (AI), pembelajaran mesin (ML), dan teknologi blockchain.
Sedangkan pengertian integritas adalah suatu konsep berkaitan dengan konsistensi dalam tindakan-tindakan, nilai-nilai, metode-metode, ukuran-ukuran, prinsip-prinsip, ekspektasi-ekspektasi dan berbagai hal yang dihasilkan. Pemimpin berintegritas berarti memiliki pribadi yang jujur dan memiliki karakter kuat.
Melihat fenomena diatas dan adanya agenda besar Pilwali 2020, kami mengusulkan kepada calon Walikota dan wakil Walikota Surabaya supaya visi misinya mengacu pada kemajuan teknologi informasi. Sehingga lima tahun mendatang Surabaya akan menjadi smart city dan berintegritas.
Dengan melihat antusiasme masyarakat, dan banyaknya calon yang mau maju di bursa Pilwali Surabaya 2020. Kontestasi Pilwali tersebut akan menjadi bergengsi jika calon yang mendapat rekom dari partai mempunyai kapabilitas, elektabilitas dan kompeten di bidangnya. Sehingga siapapun nantinya yang terpilih, menjadi orang nomor satu di kota Surabaya bisa melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan pendahulunya. Kota tertata dengan rapi, nyaman untuk tempat tinggal dan usaha. Sehingga kita semua patut memberikan apresiasi.
Kota sebesar Surabaya ini jika ingin tambah maju, menjadi “megapolitan” harus dipimpin oleh seorang pemimpin yang mumpuni. Supaya pembangunan khususnya infrasrtuktur yang sudah baik akan bertambah lebih baik. Terjalin konektivitas dan kerjasama yang lebih baik dengan kota sekitarnya. Selain itu yang tidak kalah lebih penting adalah tata kelolanya harus benar, terukur dan transparan.
Tata kelola kota yang benar, terukur dan transparan menjadi tanggung jawab Walikota beserta jajarannya. Semua itu akan bisa terlaksana, jika pengambil kebijakan dalam hal ini Walikota dan wakil Walikota mau bekerja besar, bekerja cerdas, dan bekerja iklas. Masyarakatnya pun tidak boleh bersikap apriori terhadap masa depan kotanya. Kita semua harus berikhtiar, berusaha dan berupaya, supaya harapan itu akan segera terwujud.
Ingat !!!, tantangan lima tahun mendatang semakin berat. Jika kita salah memilih seorang pemimpin akibatnya bisa fatal. Sekarang, mumpung belum terlambat, dan masih ada waktu mari kita tanggalkan ego masing-masing. Ayo kita songsong masa depan, harapan besar menuju Surabaya smart city dan berintergritas. Bagaimana pendapat Anda.
Surabaya, 10 September 2019
Cak Deky