Menyambut PPKM Darurat Jawa Bali 3-20 Juli 2021, Kita Harus Bagaimana?

  • Whatsapp

beritalima.com | Dalam hitungan jam, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat akan berlangsung, tepatnya selama tanggal 3-20 Juli 2021. Seperti kita ketahui, kebijakan PPKM Mikro Darurat ini memberlakukan jam operasional pada mal, restoran, kafe, hingga warung-warung makan di pinggir jalan atau kaki lima hingga pukul 5 sore.

Tentu saja, kebijakan ini mengejutkan bagi para PKL, pedagang kecil yang sehari-harinya menjalankan usaha halalnya dengan cara konvensional dan memiliki pelanggan tetap yang membeli dagangan secara nyata, bukan secara online.

Saya terngiang dengan mbak pecel, yang biasanya buka justru jam 8 malam. Nunut di sebuah toko yang baru tutup di pukul 20.00 WIB, mbak bakul pecel ini mulai menggelar dagangan dengan suaminya setelah toko tutup. Sebelum PPKM Darurat yang memberlakukan jam operasional hingga 5 sore, mbok bakul ini pernah menangis tatkala dirinya diobrak-obrak pada pukul 10 malam dengan dalih pemberlakuan jam malam. Padahal, mereka baru siap melayani pembeli di pukul 9 malam, dan baru saja mendapat pembeli beberapa dalam 1 jam, mereka harus menutup dagangan. Fix, makanan yang tidak bisa terjual pun harus mereka bawa pulang. Tentunya, dengan beban kerugian.

“Saya nangis mikir anak-anak saya juga pegawai saya. Tapi saya tidak mau anak-anak jadi susah hanya karena melihat orang tuanya hidupnya susah sekarang,” begitu tangisnya.

Problem serupa dialami banyak PKL yang biasa saya beli. Persoalan pangan sudah menjadi keseharian mereka. Ini bukan lagi soal sandang dan papan. Yaah, memang, lagi-lagi soal ‘isi perut masyarakat”. Saya pun bisa nggumun, apa yang terjadi jika kemudian PPKM dengan batasan jam buka hingga pukul 5 sore selama tanggal 3-20 Juli? Apakah mereka memiliki tabungan cukup untuk ‘berpuasa’ selama 17 hari?

Belum reda curhatan dan tangisan para PKL, kita pun terngiang dengan jeritan hati para pegawai mall dan restoran. Mereka juga mengalami dampak serupa. Dan lagi-lagi, ini soal nafkah yang mereka harapkan dapat mengisi perut atau membayar tagihan bulanan mereka.

Sangat jelas dalam ingatan. Saat mereka bilang: “Kenapa takut dengan covid, kalo gak kerja kami gak makan akhirnya mati kelaparan”. Mereka juga selalu bilang jika usaha jualan nya tutup lalu kami makan apa? Tolonglah Pak, Bu, kami beri solusi, begitu curhatan para PKL yang selalu terngiang di telinga saya.

Saya yakin, mereka sama halnya kita semua sebagai warga negara yang patuh, bahwa kita semjua telah patuh pada protokol kesehatan. Namun, jika lonjakan covid 19 masih terjadi, apakah yang salah?

Mereka, para pedagang, adalah warga negara yang sehari-hari hidupnya dengan berjualan. Jika dilihat secara ekonomi, maka mereka inilah sektor penyelamat perekonomian bangsa. Maka, tolongkah, beri mereka solusi yang bisa membangkitkan geliat ekonominya di tengah pandemi.

Pandemi telah membuat pendapatan mereka menurun, bahkan banyak yang bangkrut. Namun jika PPKM darurat semakin membatasi jam operasional pukul 5 sore, maka seperti apa jadinya usaha mereka?

Kepada pemangku kebijakan di negeri ini mohon dengarkanlah curhatan para pelaku usaha juga para PKL serta pegawai-pegawai Mall. Covid 19 memang harus diwaspadai, dan sekali lagi, kami semua telah menerapkan protokol kesehatan. Yang kami butuhkan sekarang adalah bagaimana imun tubuh kami meningkat. Tapi mohon dipahami oleh para pemangku kebijakan, bahwa suplemen untuk meningkatkan imun tubuh, itu tidak gratis. Makanan bergizi juga tidak gratis. Semoga tulisan ini dapat menggugah hati para pemangku jabatan.

Penulis adalah, Siti Rafika Hardhiansari
Mantan Ketua PUAN Jatim

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait