Menyongsong Takmir Masjid yang Profesional‬ Serta Pembelajaran Pengelolaan Managemen

  • Whatsapp

Banyuwangi beritalima.com – PT Bumi Suksesindo (BSI), operator pertambangan emas di Gunung Tumpangpitu, Desa Sumber agung Kecamatan Pesanggaran, sedang giat-giatnya meluncurkan program pemberdayaan masyarakat. Sasarannya, tak lain warga Banyuwangi, terutama di wilayah ring satu Tumpangpitu. Seperti acara pelatihan yang diberikan kepada para Takmir Masjid di wilayah Kecamatan Pesanggaran.‬

‪Materi pelatihan fokus pada peningkatan kapasitas sumberdaya manusia. Yaitu, manajemen pengelolaan masjid dan revitalisasi peran masjid serta Fiqih sehari-hari. Adapun pemateri yang dihadirkan dari The Wahid Institute, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) serta Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ketiga lembaga, ini adalah lembaga yang kompeten di bidangnya.‬

‪Pelatihan ini digelar mulai Sabtu (23/4) hingga Kamis (29/4) di tiga masjid berbeda secara serentak yang ada di Desa/Kecamatan Pesanggaran. Diantaranya, yaitu Masjid Baitu Sasongko di Dusun Krajan, Masjid Baitul Huda Dusun Ringinsari, Masjid Baiturrahman Dusun Ringinagung.‬

‪”Tema yang kita angkat berdasarkan hasil dari pengamatan, bahwa Banyuwangi memiliki potensi masjid yang sangat besar. Disamping itu kita berikan materi fiqih sehari-hari seperti tata cara memandikan jenazah terutama jenazah korban tenggelam dan pengidap AIDS/HIV,” kata Nur Khoiri, Ketua Panitia Pelaksana, kepada awak media ditemui usai membuka acara di Masjid Baitu Sasongko.‬

‪Nur Khoiri melanjutkan, selama ini belum ada lembaga atau badan yg melaksanakan kegiatan dengan tema itu, khususnya dalam hal manajemen pengelolaan masjid. Kebanyakan Takmir masjid yang ada tidak punya bekal manajemen, hanya mengandalkan sosok ketokohan seseorang saja. Untuk itu, pelatihan yang sudah diberikan mampu menjadi pendongkrak kapasitas sebagai pengurus masjid yang profesional.‬

‪Gamal Ferdhi, Program Officer Pemberdayaan Masyarakat The Wahid Institute menambahkan, dari hasil studi terlihat bahwa Banyuwangi memiliki potensi masjid yang besar namun belum optimal. Senada dengan Nur Khoiri, Gamal menyebutkan bila pengelolaan masjid perlu dilakukan secara profesional meliputi keseluruhan aspek. Semisal kemandirian sumber dana dan dalam hal pengelolaan potensi ekonomi umat.‬

‪”Jadi materi ini kita berikan sebagai bagian untuk memupuk kemandirian masjid. Sehingga tidak perlu lagi ada kasus meminta sumbangan di jalan raya atau tergantung dengan proposal bantuan. Banyak hal yang lebih elegan,” paparnya.‬

‪Contoh kecilnya, lanjut Gamal, apa yang sudah dilakukan takmir masjid Al Akbar Desa Pesanggaran. Mereka bisa memanfaatkan gedung masjid sebagai pemasukan bagi operasional masjid. Dimana tower masjid selian digunakan sebagai sarana penunjang kegiatan ibadah, juga disewakan kepada operator seluler dengan sistem kontrak.‬

‪”Masjid itu punya potensi terpendam namun tergantung takmir masjidnya mau apa tidak (mengelolanya dengan baik). Sebenarnya banyak cara yang elegan yang bersumber dari potensi ekonomi masjid itu sendiri,” ujarnya.‬

‪Namun diakuinya, menggali potensi tersebut dibutuhkan proses dan pendampingan dari lembaga kompeten. Tatap muka dalam pelatihan hanya membuka wawasan para peserta pelatihan agar menyadari bahwa takmir masjid juga mengemban tugas dalam ekonomi umat.‬

‪Ali Sobirin, pemateri lainnya dari The Wahid Institute menegaskan, yang tidak kalah penting lag adalah penguatan ummat. Dimana dengan mengembalikan fungsi masjid sebagai pusat dari peradaban umat. Dia menceritakan, di zaman nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, masjid memiliki peran yang sangat vital dalam kehidupan umat. Hal yang sama masih berlangsung di tanah Nusantara di era para wali.‬

‪”Revitalisasi peran dan fungsi masjid perlu dilakukan. Dari studi diketahui bahwa masjid-masjid pasca para wali banyak yang hanya sebatas untuk kebutuhan keagamaan. Bahkan hari ini mulai sepi dari kegiatan keagamaan,” ungkapnya.‬

‪Padahal, sambung dia, masjid sangat memiliki posisi vital dalam penguatan ummat. Dari sektor kesehatan, pendidikan, sosial, ekonomi terlebih dalam peningkatan spritual. Peran dan fungsi masjid inilah yang ingin dikembalikan dengan cara memberikan pelatihan dan pendampingan kepada takmir masjid secara terus menerus yang bekerjasama dengan pengurus NU di wilayah setempat.‬

‪”Masjid bisa menjadi lokasi posyandu, pendidikan, sosial, peringatan keagamaan, ekonomi ummat. Jaman Rasulullah masjid menjadi pusat kegiatan umat, ini yang saat ini perlu juga menjadi perhatian,” tuturnya lagi.‬

‪Sementara itu, pelatihan yang digelar PT BSI tersebut mendapat sambutan baik masyarakat. Salah satunya Lukman Wahyudin, peserta asal Dusub Tembakur Desa sumbermulyo. Takmir masjid Al Akbar, Desa Pesanggaran, ini mengaku sangat antusias karena tema dan materi dalam pelatihan sangat menarik.‬

‪Apalagi, kata lukman, dia selama menjadi takmir masjid belum memiliki ilmu manajemen yang mumpuni untuk mengelola masjid secara profesional. Yang dilakukan sejauh ini ia dan rekan-rekannya hanya mengelola masjid semampunya saja.‬

‪”Sangat bermanfaat. Kami masih buta soal manajemen pengelolaan masjid. Jarang pelatihan dengan materi seperti ini. Apalagi ustad yang memberikan ilmu manejemen pengelolaan masjid juga sangat menguasai,” katanya.‬

‪Lukman berharap, pelatihan terus diberikan dengan melakukan pendampingan. Sehingga kedepan, para takmir masjid bisa menularkan ilmu yang didapatkan tidak hanya kepada sesama pengurus masjid tetapi juga pengurus musola di pelosok-pelosok desa.‬

‪”Terima kasih kepada BSI dan para narasumber, semoga kegiatan ini tidak berhenti sampai disini,” pungkasnya(abi)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *