Merasakan Ramadan yang Berbeda

  • Whatsapp

Photo by : Unsplash

beritalima.com | Masuknya virus corona (COVID-19) yang begitu cepat membuat banyak sekali perubahan yang harus terjadi. Begitu pula pada bulan Ramadan 2020.

Bulan Ramadan adalah bulan suci yang ditunggu oleh umat islam karena banyak sekali kebaikan di dalamnya. Bulan istimewa karena memiliki kelebihan dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain. Namun saat ini aku merasakan Ramadan yang sangat berbeda. Apakah kalian merasakan hal yang sama ?

Ya, benar. Karena kita harus merayakan Ramadan di tengah maraknya pandemi virus corona atau COVID-19 di Indonesia. Sejak saat itu diterapkannya social distancing dan lockdown diberbagai daerah membuat semua masyarakat harus #dirumah aja.

Setelah ditetapkan kapan hari puasa pertama, aku merasa sangat senang hingga senyum bahagia terukir di wajahku. Entah kenapa, senyum itu perlahan menghilang. Pergi jauh ketika aku teringat tidak diperbolehkannya untuk salat berjamaah di masjid. Untuk menghindari keramaian.

Rasa sedih itu datang, tanpa aku mau, dan aku minta. Bagiku, salat tarawih berjamaah adalah momen langka yang hanya bisa dilakukan saat Ramadan saja. Maka dari itu sangat sayang bila dilewatkan. Sekarang pun masjid-masjid sepi, hanya kumandang azan yang kudengar saat ini.

Ketika waktu berbuka puasa tinggal menghitung jam, biasanya aku menggunakan untuk berburu takjil yang tidak jauh dari rumahku. Berjalan sambil melihat banyaknya makanan dan minuman di sepanjang jalan, mengobrol santai, bercanda, dan tertawa karena tingkah lucu orang lain saat kita melihat bersamaan itu juga yang aku rindukan. Namun, kali ini tidak lagi. Karena kawasan tersebut sudah di lockdown sehingga para pedagang sudah tidak bisa berjualan lagi.

Bukan hanya pedagang makanan saja yang terkena dampaknya. Pedagang musiman seperti penjual pakaian, kue lebaran, dan pusat oleh-oleh yang berada di kampung-kampung merasakan hal yang sama.

Selain rindu akan berburu takjil, aku juga rindu ditanya kabar oleh orang lain. Ditanya aktivitas sekarang apa, lalu bertukar cerita satu sama lain, bahkan mengenang masa-masa itu. Itulah yang ku tunggu dari buka puasa bersama teman SD, SMP, dan SMA yang sudah jarang bertemu karena sudah memiliki kesibukan masing-masing.

Tidak bisa melakukan I’tikaf, tidak ada acara memperingati turunnya Al-Qur’an, dan yang paling ditunggu pada akhir Ramadan adalah salat idulfitri. Namun lagi dan lagi itu tidak akan ada terjadi. Sudah tidak bisa kuungkapkan rasa ini. Pasti kamu juga merasakan hal yang sama kan. Kini rasa itu sudah melebur jadi satu.

Momen inilah yang aku rindukan di Ramadan kali ini. Apakah versi kalian sama seperti ku ?
Aku tidak mengerti akan semua yang terjadi, namun kutahu ini demi kebaikan kita semua. Menjadi tidak egois dan menahan diri sejenak untuk saat ini adalah hal yang penting. Demi mencegah supaya wabah virus corona yang tidak semakin menyebar luas.

Dibalik kata rindu yang sering kutuliskan, ada kata yang tersimpan indah. Menurut kalian kira-kira kata tersebut apa ? Benar, ya hikmah adalah katanya.

Dengan diterapkan social distancing dan lockdown memiliki arti bahwa kita harus lebih bisa memanfaatkan waktu #dirumahaja sebaik mungkin, seperti membaca Al-Quran, buka puasa bersama keluarga, memperbanyak sedekah, menyempurnakan ibadah dengan shalat berjamaah di rumah, membuat karya dari hobi yang kalian sukai, dan banyak berdoa supaya wabah virus corona ini cepat usai. Indonesia cepat pulih, aku merindukanmu.

Penulis : Yuli Nurlaili Amar
Asal/Instansi : Politeknik Negeri Jakarta (PNJ)

beritalima.com
beritalima.com

Pos terkait