Tak pelak, masyarakat tumpah ruah datang untuk menyaksikan fenomena ini.
Panitia acara, Sudarmin, menyebut Jaranan adalah seni yang paling cocok digeber untuk memperingati hari Kemerdekaan. Karena dalam tiap gerak tari mengandung filosofi tentang kehidupan.
”Kesenian jaranan itu sebagai lambang bahwa manusia dalam kehidupan harus bersemangat dan pantang menyerah seperti jaran (kuda),” ucap Sudarmin.
Dalam seni Jaranan, sambungnya, ada tari Barongan, itu sebagai pitutur bahwa hasil kerja keras, yang utama untuk mencukupi kebutuhan hidup atau makan. Sedang tari Celengan yang selalu tampil dipuncak pagelaran, merupakan nasihat untuk berhemat.
”Celengan, jadi hasil kerja keras untuk makan, dan jika masih ada sisa, agar dicelengi (ditabung),” pungkas Ketua paguyuban Jaranan Sanggar Yakso, Desa Ringinmulyo, Kecamatan Pesanggaran ini.
Aksi cukup menegangkan tersebut adalah adegan dalam Festival kesenian Jaranan, HUT RI ke – 71, yang digeber komunitas seni setempat bersama PT Bumi Suksesindo (PT BSI).
Tercatat 15 kelompok seni Jaranan dari Kecamatan Pesanggaran dan Siliragung, akan adu kebolehan dalam pelaksanaan festival jaranan yang berlangsung selama empat hari 20-21, 23-24 agustus 2016. Sekarang dan Minggu besok di Lapangan Dusun Rejoagung, Desa Sumberagung. Dua hari lanjutan, Selasa dan Rabu depan (22 – 23 Agustus 2016 digeber di wilayah Desa Pesanggaran.
Acara yang digagas Komunitas seni Jaranan bersama PT Bumi Sukesindo (PT BSI) di Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, sebagai wujud dari kemerdekaan.
’Mampu mempertahankan dan mengembangkan seni dan budaya tradisional’, yang diharapkan dapat memberi manfaat positif pada masyarakat.(Abi)