TORAJA UTARA, beritalima.com – Meriah acara Lovely Desember 2017, dengan menampilkan berbagai tarian khas Toraja yang berlangsung di lapangan Bakti Rantepao, Kamis (28/12).
Serta dihadiri oleh sejumlah petinggi daerah ini. Namun, dibalik meriahnya Lovely Desember itu rupanya ada jeritan pegawai tenaga kontrak guru hingga hari ini terhitung 7 bulan belum menerima honor mereka, miris nasibnya.
Sementara Lovely Desember berlangsung terlihat meriah. Tenaga Kontrak guru itu belum lama ini diketahui mendatangi gedung DPRD Toraja Utara guna mempertanyakan nasibnya bekerja tanpa menerima upah.
Seperti apa yang sempat diungkapkan oleh PHT saat rame-rame mendatangi gedung DPRD Toraja Utara yang enggan nama ditulis wartawan ini, akunya, sudah tujuh bulan mereka bekerja sebagai guru PHT belum dihonor.
“Nasib kami sebagai guru PHT sudah tujuh bulan belum terima upah,” jelasnya belum lama ini.
Sementara dikutif dari salah satu on line lokal, justru Bupati Kalatiku Paembonan mempersalahkan adanya sejumlah sekolah memiliki tenaga PHT kelebihan dari yang dibutuhkan sehingga salah satu memicu upah mereka tidak dapat dipenuhi.
Dan ini kejelasan Bupati Kalatiku soal tenaga PHT belum terima upah mereka. ” Kita akan cek ulang baik-baik, setelah adanya sekolah SD yang memiliki PHT nya melampui batas yang wajar,” jelas Kalatiku.
Sambung Kalatiku, sementara PNS SD itu berjumlah sembilan orang sementara PHT nya lebih banyak dari pada jumlah PNS nya. ” Ini ada apa, jumlah PHT disalah satu SD itu sudah Overlot dan harus disesuaikan dengan kebutuhan yang ada,” ungkapnya kembali.
Dari keterangan orang nomor satu di Bumi penghasil kopi terbaik ini, jumlah PHT yang dimiliki Pemda Kabupaten Toraja Utara sebanyak kurang lebih 5000 PHT dengan gajih 1 juta.
Akibatnya, ” Daerah ini harus siapkan anggaran untuk honor PHT sebesar Rp.49 milyar. Sementara target PAD Kabupaten Toraja Utara 101 milyar tidak terealisasi dan imbasnya kepada PHT yang ada,” tungkasnya.
Lantas terlantarnya honor PHT saat ini Pemerintah tetap mencarikan solusinya serta bertanggungjawab dan tidak terkesan saling menyalah satu sama lain atau ‘cuci tangan’. (Gede Siwa).