DENPASAR, beritalima.com – Pawai Ogoh-Ogoh lazim diselenggarakan sehari sebelum Umat Hindu di Indonesia khususnya di Bali merayakan Hari Raya Nyepi dan Tahun Baru Caka. Tahun 2019 Hari Raya Nyepi dan Tahun Baru Caka jatuh pada hari Kamis (7/3/2019). Ogoh-ogoh merupakan salah satu kearifan lokal yang ada di Bali berupa karya seni yang terbuat dari anyaman bambu yang dihias menjadi sebuah bentuk yang sangat artistik. Bentuk Ogoh-Ogoh kebanyakan berukuran besar, sedang maupun minimalis. Karaktek Ogoh-Ogoh yang dibuat berasal dari cerita-cerita dalam Mitologi Dewa-Dewi Agama Hindu, cerita Mahabarata, dan yang paling banyak Ogoh-Ogoh bisa berwujud Bhutakala (Raksasa yang memiliki sifat jahat dan sangat menakutkan).
Kesenian Ogoh-Ogoh sudah sejak lama ada di Bali. Satu buah Banjar (rukun warga) di Bali wajib membuat satu buah Ogoh-Ogoh untuk diarak pada prosesi pengrupukan sebelum Hari Raya Nyepi dan Tahun Baru Caka. Pawai Ogoh-Ogoh dilakukan dengan membawa Ogoh-Ogoh yang sudah dihias mengelililingi areal Desa, Kecamatan maupun Kota. Pawai Ogoh-Ogoh menjadi daya magnet warga lokal maupun wisatawan asing untuk menyaksikan kreasi karya seni pemuda-pemudi Bali. Untuk menambah kemeriahan tradisi kesenian Ogoh-Ogoh beberapa daerah di Pulau Dewata membuat kompetisi perlombaan dalam pawai Ogoh-Ogoh.
Salah satu yang terpantau adalah perlombaan kompetisi pawai Ogoh-Ogoh yang berlangsung di Desa Tegal Kertha, Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar pada hari Rabu (6/3/2019) pukul 18.00 wita. Puluhan Ogoh-Ogoh ikut berlomba di bawa berkeliling dan disaksikan ribuan warga. Ogoh-Ogoh yang siap di perlombakan dihias dengan cantik bahkan ada beberapa ogoh-ogoh terlihat bergerak dengan ditambahkan mesin penggerak dan mengeluarkan cahaya dari kedua mata yang bersumber dari energi genset.Ogoh yang dibawa berkeliling ditempatkan diatas bilah bambu yang dibentuk bujur sangkar. Kemudian diangkat oleh puluhan pemuda untuk digerakkan.
Kesenian Ogoh-Ogoh yang diperlombakkan tidak sekedar dibawa berkeliling saja. Pengunjung dapat menyaksikan beberapa pemuda menari dan ada seorang penduduk desa yang membacakan cerita sembari mengolah kata mengenai latar belakang karakter Ogoh-Ogoh dibuat. Beberapa pemuda-pemudi menyalakan kembang api untuk mencuri perhatian pengunjung yang menyaksikan pawai Ogoh-ogoh.
Kesenian Ogoh-Ogoh tahun ini pun oleh pemerintah setempat dilarang menggunakan Styrofoam sebagai bahan dasar untuk kampanye Go Green dan iringan musik yang membawa iringan pawai Ogoh-Ogoh dilarang menggunakan sound sistem dan musik modern. Musik yang membawa iringan kesenian Ogoh-Ogoh harus murni dari Gamelan Bali. Ogoh-ogoh yang sudah dibawa berkeling desa, kecmaatn maupun kota selanjutkan dibakar di setra (kuburan) sebagai simbol memusnahkan energi jahat yang ada di semesta.
(HAD)