Oleh :
Rudi S Kamri
Persahabatan antara Jusuf Kalla yang karena terkenal lincah dan banyak akal sering disebut Si Kancil dengan Si Brewok Surya Paloh sudah terjalin puluhan tahun. Bahkan mereka pernah duet di kepengurusan Golkar pada periode 2004 – 2009 dimana Jusuf Kalla menjadi Ketua Umum dan Surya Paloh didapuk menjadi Ketua Dewan Penasehat Partai Golkar.
Pada saat Surya Paloh hengkang dari partai Golkar setelah kalah dari Aburizal Bakrie dalam persaingan menjadi Ketua Umum Partai Golkar, kemudian mendirikan ormas Nasdem yang akhirnya berubah wujud jadi partai politik, juga tidak lepas dari peranan dan support dari sahabatnya, Jusuf Kalla.
Dalam sejarah perkembangan kontestasi politik di negeri ini, Jusuf Kalla dan Surya Paloh seringkali berada di sisi yang sama. Dari rekam jejak kerjasama diantara mereka terlihat sudah ada chemistry yang padu diantara kedua orang itu. Kesamaan yang nyata terlihat dari keduanya adalah sama-sama berlatar belakang pengusaha dan sama-sama punya talenta yang mumpuni untuk menjadi pengatur strategi perang. Kedua orang itu menurut prediksi saya juga sama-sama sudah tidak punya keinginan untuk memegang jabatan di pemerintahan. Tapi satu hal yang harus diingat mereka juga sama-sama terlihat punya potensi, bakat dan ambisi kuat untuk menjadi “King Maker”.
Dan menurut perkiraan saya, berakhirnya masa jabatan Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden pada tanggal 20 Oktober 2019 nanti, akan menjadi momentum bersatunya kembali dua kekuatan besar dalam perpolitikan nasional. Antara Jusuf Kalla dan Surya Paloh. Entah secara terang benderang atau diam-diam di balik layar. Dan kalau dua kekuatan ini bersatu, sudah pasti akan menjadi kekuatan yang harus diwaspadai dan diperhitungkan. Mengingat koneksi, networking dan resources yang mereka miliki. Hal ini bisa membawa berkah untuk Indonesia tapi kalau ternyata pilihan mereka secara obyektif tidak kapabel dan tidak berkualitas bisa menjadi mala petaka bagi negeri ini.
Sebagai contoh pada peristiwa politik kemaren, saat Surya Paloh bertemu dengan Anies Baswedan. Peristiwa biasa ini harus tetap kita waspadai secara cermat dan seksama. Saya berharap apa yang diutarakan Surya Paloh saat memuja muji sundul langit Anies Baswedan kemaren hanyalah basa-basi politik semata. Tapi tidak menutup kemungkinan hal ini merupakan upaya dan strategi Surya Paloh untuk “test the water”. Dugaan ini tidak sepenuhnya salah mengingat Jusuf Kalla adalah pendukung utama Anies Baswedan saat Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.
Dan kalau ternyata duo Jusuf Kalla dan Surya Paloh benar-benar akan mendukung Anies Baswedan pada Pilpres 2024 nanti, saya akan menjadi orang pertama yang akan melawan keras dominasi koalisi politik Si Kancil dan si Brewok. Dan saya akan berjuang keras sekuat tenaga menggalang semua kekuatan untuk bersama-sama menolak pilihan mereka. Karena bagi saya, menolak Anies Baswedan adalah sikap wajib yang harus saya pilih selama hayat di kandung badan.
Anda tahu penyebabnya, kan ?
*Salam SATU Indonesia*
25072019