PADANG – Kota Sawahlunto tercatat sebagai salah satu kota tua terbaik di Indonesia yang terus berkembang sebagai kota tua multi etnik. Kota ini memiliki tagline ‘Kota Wisata Tambang yang Berbudaya’, berada di Provinsi Sumatera Barat. Masih banyak berdiri bangunan tua peninggalan Belanda di kota ini, sebagiannya ditetapkan sebagai cagar budaya.
Muhsin Lahajji, Penyanyi asal Kecamatan Talawi – Sawahlunto, mengangkat keindahan daerahnya ini pada videoklip lagu perdananya, berjudul ‘Ramadan yang Dinanti’, dirilis pada hari Rabu 25 Maret 2020 di kanal YouTube Muhsin Lahajji, sebagai lagu tema Ramadan 2020.
Saat kami wawancarai melalui akun Whatsapp-nya, Kamis (26/3/2020), Muhsin Lahajji mengatakan, “Syuting videoklip lagu Ramadan yang Dinanti berlokasi pada beberapa objek menarik di Sawahlunto; Camping Ground (danau), Puncak Cemara, Museum Kereta Api Mak Itam, Masjid Agung, Tenun Songket Silungkang, Gedung PT. BA UPO, dan ruas jalan Kota Sawahlunto. Konsep videoklipnya menggambarkan betapa indahnya ciptaan Allah SWT, agar kita bisa lebih mensyukuri atas segala nikmat dari keindahan itu.”
“Di Kota Sawahlunto bertebaran situs-situs bersejarah peninggalan Kolonial Belanda saat mereka mengekploitasi batubara yang memiliki standar kualitas terbaik dunia milik kota ini. Sawahlunto dengan keindahan alam yang sangat mempesona memang pantas dinobatkan sebagai kota warisan dunia. Di sini aman, di sini tenang, datanglah ke Sawahlunto! Saya berharap dengan dirilisnya videoklip lagu Ramadan yang Dinanti, semoga bisa lebih mengenalkan Kota Sawahlunto kepada dunia yang telah dinyatakan oleh UNESCO sebagai kota warisan dunia atau heritage town,” kata Muhsin.
Muhsin juga mengatakan, “Harapan saya kepada masyarakat dan pemerintah, demi masa depan Sawahlunto, kita bisa mencontoh Melaka yang telah lebih dahulu dinobatkan sebagai kota warisan dunia. Semoga pemerintah bisa jeli memanfaatkan momen tersebut agar kunjungan wisata masyarakat dunia ke Sawahlunto makin meningkat ke depannya. Tentu saja dengan meningkatkan fasilitas agar berkelas dunia, dan juga SDM masyarakat supaya makin memikat para wisatawan.”
Selain bernyanyi, Muhsin pernah mengekspos keindahan alam Kota Sawahlunto melalui karya novelnya. Sudah ada 4 novel yang ia rilis, berjudul; Perjalanan Menuju Langit, Romantika Roman, Jawi-Jawi, dan Aku Ingin ke Surga. Untuk novel ke limanya, masih dalam proses penulisan. Sebelum menjadi solois, Muhsin pernah menjadi munsyid di grup nasyid AlHamas yang ikut ia dirikan pada tahun 2000.
Lebih lanjut Muhsin mengatakan, “Lagu adalah sebuah keindahan. Kita bisa menyampaikan pesan lewat lagu. Bahkan tak sedikit seseorang terinspirasi dari lagu. Sebagai seorang yang aktif di organisasi keislaman, saya ingin menginspirasi diri sendiri dan orang lain lewat lagu Ramadan yang Dinanti. Lagu ini saya tulis saat masih aktif di grup nasyid AlHamas, pada tahun 2005, terinspirasi dari suasana Ramadan yang begitu menggetarkan jiwa, sangat menyentuh. Aransemen musiknya digarap oleh Heru Erlangga di studio musik Soni Audeo Records – Padang.”
“Lagu Ramadan yang Dinanti bercerita tentang seseorang yang merindukan datangnya bulan Ramadan, dan berdoa agar di Ramadan yang mendatang ia bisa bertemu kembali. Lagu ini juga tentang suasana yang indah saat Ramadan tiba, baik itu di desa maupun di kota. Pesan lagu ini agar kita benar-benar mencintai bulan Ramadan seperti para sahabat Rasulullah SAW yang bersedih bahkan berlinang airmata ketika ditinggal oleh bulan Ramadan. Bersangatan rindu mereka kepada bulan mulia yang bernama Ramadan,” kata Muhsin.
Selain itu Muhsin juga mengatakan, “Menyambut bulan Ramadan tentu saja mental harus kita siapkan. Mental untuk menikmati Ramadan sebagai tempat untuk mendulang pahala. Di bulan ini setiap pahala dilipatgandakan oleh Allah SWT. Yang kedua, tentu saja ilmu, agar ibadah kita tidak sia-sia.”
“Mari kita berdoa, agar Ramadan kali ini kita bisa melaksanakannya dengan baik tanpa terganggu oleh apa yang kini tengah melanda dunia, pandemi corona,” kata Muhsin.
Lagu ‘Ramadan yang Dinanti’ bisa kita dengar lewat link berikut ini; https://youtu.be/s4ygT1M5IOA
(Dilaporkan oleh Muhammad Fadhli)