Mulut Besar Yudian Wahyudi Menuai Badai

  • Whatsapp

Oleh:
Rudi S Kamri

“Mulutmu Harimaumu” pepatah ini rupanya pas mantap menghujam mulut besar Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang baru beberapa hari dilantik oleh Presiden Jokowi.

Entah mengapa dari awal feeling saya tidak sreg dengan sosok mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta ini. Awalnya sewaktu Ybs melecehkan secara terbuka Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim di forum resmi UIN Yogyakarta. Seorang Rektor Universitas Negeri mengkritisi secara terbuka seorang Menteri meskipun bukan atasan langsung bagi saya sangat tidak beretika.

Kapasitas seorang guru besar rasanya tidak layak melakukan pelecehan terbuka kepada pejabat negara. Seharusnya hal itu dilakukan secara elegan, ilmiah, solutif, tertutup dan sopan. Kesan saya terhadap Yudian Wahyudi semakin melorot saat seusai dilantik, dia terlihat mencium tangan sang Boss Besar BPIP Megawati Soekarnoputri. Perilaku “terlalu sopan” tersebut bagi saya terlalu “lebay” untuk seorang pejabat negara yang setingkat menteri.

Usut punya usut ternyata saya dapat info yang akurat bahwa Ybs memang punya kedekatan istimewa dengan partai banteng moncong putih. Hal ini menjawab kebingungan saya mengapa sosok yang tidak pernah muncul ke permukaan bicara tentang ideologi negara Pancasila di pentas nasional ini dipilih menjadi orang nomor satu di BPIP.

Secara terbuka dari awal saya memang tidak punya harapan lagi terhadap kiprah BPIP ke depan bila dipimpin oleh orang yang tidak jelas nasab nasionalismenya seperti Yudian Wahyudi. Dan ternyata kekhawatiran saya terbukti. Sepekan setelah dia dilantik menjadi Kepala BPIP, Yudian langsung membuat BLUNDER BESAR yang menghebohkan dengan mengatakan “Agama adalah musuh Pancasila”. Ini kesalahan fatal yang destruktif bagi seorang pejabat negara apalagi yang memegang portofolio pembinaan ideologi Pancasila.

Kesan atas pernyataan ngawur seorang Yudian Wahyudi seolah-olah Pancasila berseberangan dengan agama. Padahal sila pertama Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, yang artinya pengakuan de-facto dan de-yure bahwa agama adalah bagian integral dari ideologi negara Pancasila tidak terbantahkan. Dan hal itu menandakan narasi yang dibuat oleh Yudian Wahyudi sangat salah dan destruktif.

Meskipun saya yakin bukan itu yang dimaksud oleh Yudian Wahyudi. Tapi kesalahan besar Yudian Wahyudi adalah salah memilih narasi untuk disajikan menjadi konsumsi publik. Tapi apapun alasannya apa yang dilakukan Yudian Wahyudi sebagai pejabat negara adalah sebuah kesalahan besar. Padahal saya haqul yaqin sikap dan pandangan Presiden Jokowi terhadap Pancasila dan agama TIDAK seperti yang disampaikan Yudian Wahyudi.

Jadi saya sangat mengerti apabila banyak pihak termasuk MUI meminta kepada Presiden Jokowi untuk memecat Yudian Wahyudi. Karena hal itu sangat merugikan citra Presiden Jokowi maupun BPIP. Saran saya kepada Presiden Jokowi, hendaknya mendengar dengan seksama suara keberatan terhadap sosok yang terkenal bermulut besar ini. Karena kalau kesalahan fatal ini dibiarkan, bukan tidak mungkin Ybs akan berbuat kesalahan lebih fatal lagi ke depannya.

Jujur saya semakin skeptis terhadap figur Yudian Wahyudi dalam memimpin BPIP. Dengan kualitas pemimpin seperti itu, rasanya uang negara akan sia-sia dan mubadzir apalagi digunakan untuk menggaji tinggi dan memberikan fasilitas selevel Menteri untuk sosok seperti itu. Belum lagi tentang kualitas hasil kerja BPIP. Dengan kualitas etika pemimpin seperti itu bagaimana mungkin bisa kita harapkan BPIP mampu menciptakan program kebangsaan untuk penguatan karakter dan meningkatkan kualitas etika dan nasionalisme anak bangsa.

Suara keras saya ini saya suarakan ke publik semata-mata untuk melindungi marwah Presiden Jokowi dan Pancasila.

Btw benarkah Yudian Wahyudi lulusan Harvard University ? Yakin ?

Salam SATU Indonesia
12022020

beritalima.com
beritalima.com beritalima.com beritalima.com beritalima.com

Pos terkait